Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Habis Assad Terbitlah Bashar

Kematian Hafez al-Assad meninggalkan beban berat bagi penggantinya, Bashar. Atmosfer Timur Tengah pun berubah.

18 Juni 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RIBUAN orang menangis di Damaskus, Selasa pekan lalu. Cuaca cerah pun seperti tak mampu menyingkap mendung kesedihan rakyat Suriah yang sedang mengebumikan kepala negaranya, Hafez al-Assad. Kesedihan yang cukup wajar. Presiden yang wafat pada usia 69 tahun ini mungkin bukan orang yang penuh belas kasih, tapi negeri berpenduduk 17 juta ini telah menikmati 30 tahun pemerintahannya yang relatif stabil—suatu prestasi besar di kawasan Timur Tengah yang penuh konflik itu. Tak mengherankan jika Madeleine Albright, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, yang menghadiri acara pemakaman ini, menyebut Assad sebagai "tonggak stabilitas di wilayah yang penuh gejolak". Sejarah memang mencatat peran vital mendiang presiden Suriah itu dalam proses perdamaian negara-negara Arab dengan Israel. Bahkan musuh bebuyutannya pun mengakui hal ini. "Tidak ada perdamaian tanpa Suriah dan tidak ada perang tanpa Mesir," kata Perdana Menteri Israel, Ehud Barak, yang memperkirakan kepergian lawannya itu akan membawa perubahan. Perubahan yang pasti adalah pergantian kepemimpinan nasional di Suriah. Presiden Assad, yang dikenal hidup bersahaja, telah mempersiapkan anaknya, Bashar Assad, 34 tahun, untuk menjadi penggantinya. Persiapan yang tidak sia-sia. Terbukti parlemen secara aklamasi langsung mengubah undang-undang yang mensyaratkan presiden berumur 40 menjadi 34 tahun, pada hari yang sama Assad wafat. Kemudian, Kamis pekan lalu, pihak pemimpin parlemen Suriah mengumumkan akan mengangkat Bashar, dokter mata lulusan Inggris itu, menjadi presiden Suriah pada 25 Juni 2000 nanti. Tak kurang dari Wakil Presiden Abdul Halim Kaddham termasuk yang mendukung usul ini. Begitulah. Di dalam negeri posisi Bashar bisa dikatakan relatif aman, kendati sempat ada ancaman Rifaat Assad, yang hidup dalam pengasingan di Spanyol setelah gagal melakukan kudeta pada saat abangnya terkena serangan jantung pada 1997. Ancaman yang menjadi bumerang karena para pengikut setia Bashar malah menyiapkan penangkapan untuk sang Paman bila berani kembali ke tanah airnya. Bashar memang dikenal lebih dekat dengan rakyat kecil ketimbang ayahnya—yang dikenal suka menyendiri—dan berpandangan cukup terbuka terhadap kemajuan teknologi. Setelah kembali dari London, pria tampan ini getol mengembangkan upaya komputerisasi di Suriah, serta berusaha memasukkan teknologi telepon selular, televisi satelit, dan laptop, untuk melonggarkan pembatasan yang diterapkan ayahnya. "Setelah Bashar duduk di posisi puncak, perubahan itu bisa lebih cepat," kata Saadalla Agha al Kalaa, profesor pemimpin Masyarakat Komputer Suriah. "Bashar menginginkan Suriah yang lebih modern," tambahnya. Tapi, bagaimana dengan kemampuannya melanjutkan peran Assad dalam perundingan damai di Timur Tengah? Bashar menjawab pertanyaan itu dengan langsung membuat pernyataan resmi pada saat upacara pemakaman Assad. Ia menjanjikan akan melanjutkan setiap kebijakan ayahnya. Dalam pertemuan singkat dengan Menteri Luar Negeri AS, Madeleine Albright, Bashar menyatakan komitmen untuk tetap berada di jalur yang sudah disepakati. Bashar juga sudah melakukan langkah awal yang diplomatis. Menjelang acara pemakaman, lelaki berpostur tinggi ini menyambut hangat Yasser Arafat, pemimpin Otoritas Palestina (PA), yang merupakan "musuh" ayahnya. Bahkan Menteri Pertahanan Suriah, Mustafa Tlas, yang pernah mencaci Arafat dengan sebutan "anak dari 60.000 pelacur", menyambut Arafat dengan terbuka. Selain itu, Bashar juga menempatkan Arafat dengan oposisi PA, seperti kelompok Hamas, dalam satu delegasi. Ia seperti ingin menunjukkan bahwa pemimpin PA adalah Arafat. Langkah tersebut diartikan sebagai taktik baru Suriah dalam konstelasi perdamaian Timur Tengah dengan Israel. Maklum, almarhum Assad adalah orang yang berseberangan dengan Arafat. Assad tidak saja sering memojokkan posisi Palestina dalam perundingan, tapi juga bersama Iran mendukung persenjataan milisi Hamas dan memberi perlindungan kepada tokoh-tokoh—yang disebut Barat sebagai—radikal Islam. Lantas mengapa Bashar mengambil langkah berbeda? Agaknya, ia ingin memperkuat posisi Suriah pada masa pasca-Perang Dingin dengan gaya bermain yang berbeda. Dengan kedekatan Suriah-Palestina, perundingan antara Suriah dan Israel, untuk masalah Dataran Tinggi Golan dan Lebanon, akan bisa lebih lancar dan menguntungkan pihak Suriah. Maklum, selama ini pemerintah AS bersikap bahwa perundingan antara Palestina dan Israellah yang harus mendapat prioritas. Pemerintah AS bersikeras—terutama karena Bill Clinton segera habis masa jabatannya—agar negara Palestina merdeka dapat terbentuk menurut jadwal, yaitu pada September 2000. Nah, Bashar berharap bisa "mendompleng" intensitas perundingan Israel dengan Palestina. Selain itu, Suriah tampaknya tetap ingin mempertahankan dominasi di Lebanon, yang ditandai sejak masuknya tentara Suriah ke Lebanon pada 1976 (lihat boks: Assad pun Berlalu). Sejak itu, pemerintah Suriah memiliki peran penting di negeri itu, termasuk dalam proses perdamaian—melalui kesepakatan Taif—dengan milisi Shiite. Padahal, menurut kesepakatan, bila tentara Israel keluar dari Libanon, tentara Suriah juga harus keluar. Tapi berbagai media Lebanon memprediksikan bahwa Suriah ingin "melegalkan" posisinya di negara yang pernah menjadi bagian dari Suriah Raya itu. Mengingat begitu banyak langkah penting sudah dilakukan Bashar hanya tiga hari setelah ayahnya meninggal, kepemimpinan pria yang dikenal pemalu itu tidak bisa diremehkan. Bashar agaknya siap berhadapan dengan tokoh berpengalaman seperti Arafat, Husni Mubarak, Saddam Hussein, bahkan Clinton dan Albright. Tapi, jelas masih banyak hal yang harus dilakukannya, sebelum ia dapat mewarisi julukan sang ayah sebagai "Singa dari Damaskus". Bina Bektiati (Jakarta) Zuhaid el-qudsy (Kairo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus