Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kota yang Ditinggalkan Penduduknya

Detroit bangkrut. Utang yang menumpuk hingga US$ 18,5 miliar tak terbayar. Penyebabnya mulai korupsi hingga salah urus.

28 Juli 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dua puluh tahun bekerja di kantor Wali Kota Detroit, baru kali ini Diane Robinson merasa cemas. Desas-desus yang membawa kabar tak enak itu akhirnya diajukannya kepada orang yang tepat: Ketua Dewan Kota Sandy K. Baruah. Dari mulut pejabat kota ini, Senin dua pekan lalu, ia mendengar pengakuan yang membenarkan desas-desus kebangkrutan yang tak enak itu.

"Bagaimana nasib kami? Apakah gaji kami tetap dibayarkan?" kata Robinson. Namun Baruah kemudian menjelaskan panjang-lebar: Detroit sedang terlilit utang sebesar US$ 18,5 miliar atau sekitar Rp 180 triliun. Kebangkrutan ini yang terbesar, melebihi Stockton, California, yang mengajukan pailit pada Juni 2012 dengan utang US$ 4 miliar. Baruah mengakhiri penjelasannya dengan kata-kata tegas sekaligus putus asa: pemerintah kota sudah tak mampu lagi membayarnya. Meski demikian, Baruah berharap semua warga Detroit tidak khawatir dan tetap bekerja seperti biasa.

Kusutnya kondisi keuangan Detroit memaksa Gubernur Michigan Rick Snyder turun tangan. Maklum, Detroit adalah penyumbang hampir separuh produk domestik bruto Negara Bagian Michigan. Politikus Partai Republik ini menunjuk Manajer Darurat Kota Kevyn Orr memegang sementara kewenangan Wali Kota Dave Bing dan Dewan Kota—meski Wali Kota dan Dewan kota tetap memiliki kewenangan dalam kebijakan sehari-hari.

Kevyn Orr mengatakan Detroit mengajukan permohonan perlindungan ke pemerintah federal merujuk pada bab 9 dalam aturan kebangkrutan. Nantinya, setelah permohonan disetujui, akan dilakukan penataan ulang pemerintahan kota. Pemerintah federal akan mengambil alih debitor. Saat ini, Orr sedang bernegosiasi dengan 10 ribu kreditor, termasuk meminta pengurangan bunga utang.

Tanda-tanda kebangkrutan sudah terlihat pada awal tahun ini. Banyak penduduk kota itu mulai hijrah ke kota lain. Jumlah penduduk mengkerut sekitar 25 persen dari tahun 2008 menjadi 700 ribu. Kini Detroit terlihat sepi. Sebanyak 60 ribu rumah ditinggalkan pemiliknya dan 78 ribu bangunan kosong teronggok tidak terawat. Sampah menggunung di beberapa ruas jalan, hampir separuh kota gelap-gulita tanpa lampu setiap malam, dan taman kota ditutup.

Menurut Orr, laporan audit terbaru menyebutkan pemerintah telah salah urus, tak ada pembatasan anggaran, dan pelayanan publik tidak optimal. Ditambah korupsi dan ketidakmampuan membayar kepada kreditor, faktor-faktor itulah yang menjadi awal kebangkrutan. "Skala dan kedalaman masalah Detroit memang unik," ujarnya.

James E. Spiotto, ahli kebangkrutan kota dari firma hukum Chapman and Cutler, Chicago, mengatakan kebangkrutan kota berawal dari ambruknya tiga raksasa pabrikan otomotif, General Motors, Ford, dan Chrysler, saat krisis menghantam pada 2008. Mereka merestrukturisasi pabrik—hampir separuh pekerjaan manufaktur dipindahkan.

Saat itu, kontrak ribuan pekerja harus diputus. Tiga perusahaan tersebut mendapat kucuran dana bailout US$ 80 miliar untuk bangkit. Namun perampingan itu telah mengakibatkan pendapatan pajak Detroit berkurang. "Itulah kesalahan kota yang mengandalkan satu industri saja," kata Spiotto.

Detroit memiliki pendapatan US$ 1,1 miliar pada tahun lalu. Jumlah itu merosot US$ 100 juta dibanding tahun sebelumnya. Penurunan pendapatan ini terjadi sejak 2008. Anggaran kota pun mengalami defisit US$ 327 juta. Detroit lebih banyak mengandalkan utang untuk menjalankan pemerintahan. Sekadar untuk menjaga lampu jalan menyala, Detroit harus meminjam US$ 80 juta dari Bank of America tahun lalu, bahkan berencana menjual kebun binatang dan museum seni untuk membayar utang.

Wali Kota Dave Bing menerapkan pajak individu yang tinggi untuk menambah pemasukan. Detroit memperoleh pembayaran pajak dari 12 ribu pekerja, sedangkan pensiunan yang harus ditanggung mencapai 130 ribu.

Kepala Asosiasi Pensiunan Polisi dan Pemadam Kebakaran Don Taylor mengatakan jumlah pensiunan terus tumbuh karena banyak pegawai yang mengalami kecelakaan dalam tugas dan tidak bisa bekerja untuk bidang lain. Apalagi jaminan kesehatan minim. Jumlah penganggur mencapai 17 persen dari 700 ribu penduduk kota. "Masalahnya sudah kompleks. Bahkan, jika mereka berhasil melunasi semua utang, masalah tak akan terpecahkan semuanya," kata Steve Miller, Ketua Dewan AIG, perusahaan raksasa asuransi.

Beban hidup di Detroit memaksa sebagian warga meninggalkan kota yang pernah jaya pada 1950 itu. Mereka mengeluhkan pelayanan umum yang buruk. Jalan kota rusak tak kunjung diperbaiki, sebagian besar lampu kota padam, sementara polisi dan pemadam kebakaran baru datang selang satu jam setelah dihubungi melalui panggilan darurat 911. Apalagi armada polisi, perangkat pemadam kebakaran, dan ambulans tidak terurus. Hanya beberapa yang dapat beroperasi. "Jika Anda sakit jantung mendadak, sudah dipastikan tidak akan tertolong," kata Kirk Mayes, Ketua Aliansi Warga Bright­moor, kawasan miskin di Detroit.

Pelayanan umum buruk karena peme­rintah memotong anggaran pelayanan ­publik dan pensiunan untuk membayar utang. Mereka memotong uang pensiun hingga 70 persen. Tahun lalu saja, pemerin­tah membayar US$ 11 miliar utang dengan mengambil porsi US$ 9 miliar dari anggaran pelayanan publik dan pensiunan.

Kentalnya birokrat dengan budaya korupsi juga memberi peran dalam kemerosotan kota. Maret lalu, Kwame Kilpatrick, bekas Wali Kota Detroit, dinyatakan bersalah dalam sidang atas 20 tuduhan korupsi selama tujuh tahun dia memimpin pemerintahan. Politikus Partai Demokrat ini juga menerima suap dari kontraktor kota Bobby Ferguson agar sang kontraktor tetap mendapat proyek. Ia divonis 20 tahun penjara. "Dia tidak memimpin kota, tapi menjarahnya," kata Barbara McQuade, pengacara Kota Detroit.

Kilpatrick mengundurkan diri pada 2008 setelah dinyatakan bersalah karena berbohong saat menjadi saksi dalam gugatan perdata atas penembakan seorang polisi yang tak terkait dengan kasus korupsi. Dia kemudian dipenjara selama 14 bulan karena melanggar masa percobaannya dengan menyembunyikan aset untuk menghin­dari pembayaran restitusi.

Orr telah mempersiapkan pembenahan di Detroit selama proses kebangkrutan. Ia mengusulkan penurunan pajak pendapatan dan tarif pajak properti untuk menarik pendatang. Jumlah warga yang terbatas mengakibatkan pemerintah kelimpungan. Ia juga sedang membahas upaya mengerek pendapatan dengan menarik investor baru. "Kami harap bisa menarik warga baru untuk menggerakkan perekonomian," katanya.

John Pottow, pengamat kebangkrutan kota dari Universitas Michigan, meminta pemerintah tetap memotong dana pensiun yang dialihkan untuk pelayanan publik. Tanpa pelayanan yang memadai, ia melanjutkan, tidak ada yang betah tinggal menetap. "Banyak orang yang ingin polisi kembali muncul dan sampah-sampah di pojok jalan dikumpulkan," ujarnya.

Norman Mighty, warga Detroit yang telah meninggalkan kota itu, mengatakan akan kembali. Namun ia berharap kondisi sudah membaik dengan pelayanan umum yang memadai. Ia pun siap membuka usaha baru jika ada jaminan dari pemerintah. "Mungkin saya akan kembali secepatnya," katanya.

Bekas Vice President General Motors Bob Lutz mengatakan kebangkrutan Detroit seharusnya tidak menghambat kebangkitan perusahaan otomotif ini. Bahkan, menurut dia, perusahaan otomotif itu akan mengerek Detroit dari keterpurukan. Dia menuturkan, saat ini, penjualan mobil terus meningkat. "Ini menjadi awal baru bagi perbaikan kota," ujarnya.

Eko Ari Wibowo (Detroit Free Press, Reuters, New York Times, Washington Post)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus