PEMERINTAH koalisi dari Kanselir Helmut Schmidt kena musibah.
Jaksa Penuntut Umum pekan lalu mengumumkan bahwa 9 orang akan
diinvestigasi karena terlibat masalah penyuapan dan
penyelundupan pajak. Dan tiga dari 9 orang tersebut, paling
penting: Otto Lambsdorff, Menteri Ekonomi dari FDP (Partai
Demokrasi Bebas), Hans Matthoefer, Menteri Keuangan dari SDP
(Partai Demokrasi Sosial) dan Manfred Lahnstein, Kepala Staf
Kabinet Schmidt.
Jubir Kejaksaan Dieter Irsfeld mengatakan bahwa investigasi akan
difokuskan kepada sebuah perusahaan konglomerat industrii yang
kenamaan. Irsfeld tidak menyebutkan nama perusahaan tersebut.
Tetapi diduga bahwa Flick Group -- nama perusahaan tersohor
tersebut--yang telah "berhasil" mengelabui pajak sekitar DM 120
juta.
Enam lainnya yang terlibat ialah seorang anggota parlemen (Horst
Ludwig Reimer), seorang Menteri Ekonomi dari negara bagian
Baden-Wuerttemberg (Rudolf Eberle), Manfred Nemitz dari Flick,
Friendrich Karl Flick, sang direktur dan pemilik perusahaan itu,
wakil Karl Flick yang bernama Eberhard von Brauchitsch dan bekas
Menteri Ekonomi yang kini menjabat Direktur Dresdner Bank AG
Hans Friderichts. Skandal ini menyangkut masalah keuangan untuk
kampanye politik. Jaksa juga menyebutkan ada sekitar 700 kasus
kericuhan pajak yang akan menyangkut beberapa pribadi,
perusahaan dan juga 4 partai politik besar di Jerman Barat.
Erosi dan Krisis.
Banyak yang menduga masalah penyuapan ini akan menyebabkan bukan
saja erosi kekuasaan dan kepercayaan terhadap Helmut Schmidt,
tetapi akan menimbulkan krisis tata politik seluruh negeri itu.
Kanselir Schmidt sendiri sebetulnya bukan baru kesandung sekali
ini.
Majalah Der Spiegel telah menulis tentang kisruhnya DGB
(federasi serikat buruh) yang mempunyai anggota 7,8 juta orang.
Ada kaitannya dengan Neue Heimat--kontraktor bangunan terbesar
di Eropa. Ternyata Albert Vietor, Direktur Neue Heimat, dan
beberapa orang gede lainnya telah menjadi subkontraktor Neue
Heimat. Semacam perusahaan dalam perusahaan. Vietor--yang biasa
dipanggil King Albert karena senang kemewahan--semula menyangkal
hal itu. Tapi tiga hari kemudian dia mengakui keterlibatannya
dalam memanipulasi Neue Heimat yang mempunyai biaya operasi
sebesar US$ 2,8 milyar. Akibatnya, banyak anggota DGB yang
menempati rumah bikinan Neue Heimat menjadi Teuere Heimat (rumah
mahal) karena sewanya dianggap di atas kewajaran. Akhirnya
banyak anggota DGB kehilangan kepercayaan, sementara inflasi
telah mencapai 6% dan pengangguran naik menjadi 8,2%. Di samping
itu, bank milik DGB (Bank fur Gemeinwirtscbaft) meminjamkan pada
pemerintah Polandia sejumlah US$ 350 juta, dan ini tentu tak
ketahuan nasibnya. DGB guncang, dan ini berarti guncang pula
partai Helmut Schmidt (SDP), karena selama ini DGB mendukung
kebijaksanaan ekonomi kabinet Schmidt.
Belum usai masalah Neue Heimat ini, muncul pula skandal
penyuapan dan penyelundupan pajak. Ini ada kaitannya dengan
sumbangan dunia perusahaan untuk partai politik. Peraturan
menentukan bahwa sumbangan politik diperbolehkan dalam jumlah
tertentu yang bebas pajak. Ternyata ada pula yang namanya
"sumbangan amal" demi bertambahnya dana partai. Celakanya,
partai yang mendapat dana ekstra kemudian membolehkan
pengelabuan sejumlah angka keuntungan. Permainan angka ini
selalu seimbang. Yaitu, kalau memberi sedekah besar kepada suatu
partai, besar pula keuntungan perusahaan yang tidak tersenggol
pajak.
Jadi, kabinet Schmidt dengan koalisi FDP dan SDP, terancam
krisis, walaupun Schmidt, setelah pengumuman jalsa, juga
mengumumkan bahwa ketiganya bersih. Tetapi kericuhan ini telah
mengundang partai politik lain untuk unjuk gigi. Partai Kristen
Demokrat yang beroposisi, misalnya, pagi-pagi telah mengaukan
suara agar pemihhan umum segera dimulai, untuk memilih
pemerintahan yang bersih. Padahal pemilu berikutnya direncanakan
di tahun 1984.
Krisis kepercayaan memang diakui oleh Kanselir Schmidt yang kini
malah terjadi terhadap beberapa orang pimpinan partainya. Dalam
satu interviu The New York Times, Schmidt berkata: "Memang hal
yang buruk, karena kepercayaan terhadap partai jadi pudar . . .
Tapi hal itu terjadi bukan dalam satu partai saja."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini