Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Penghuni Sinai mulai digusur

Pemerintah begin (israel) akan menepati janji mengembalikan sinai pada mesir. penduduknya mulai digusur. memenuhi undangan israel, husni mubarak bersedia pergi ke tel aviv, tidak ke jerusalem.(ln)

13 Maret 1982 | 00.00 WIB

Penghuni Sinai mulai digusur
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SESUDAH hampir 15 tahun menetap di Sinai, warga negara Israel harus angkat kaki dari sana. Ini sesuai dengan isi persetujuan Camp David dan didukung oleh Knesset (parlemen Israel), tapi mereka tidak rela meninggalkan Sinai. Adalah berkat kerja keras mereka, jazirah yang semula gersang itu sekarang penuh gerumbul hijau, ladang sayur dan kebun buah-buahan. Maka gerakan pembangkang mereka lancarkan. Kaum ibu dan tokoh agama malah terlibat di dalamnya. Terpaksa pemerintah mengerahkan tentara untuk mengungsikan penduduk dari tempat-tempat pemukiman, bahkan dengan kekerasan pekan lalu di Hatzer Hadar. Pemerintah Israel kelihatan berusaha menepati janji untuk mengembalikan Sinai pada Mesir, 26 April. "Meskipun penghuni Sinai tersakiti dan menderita, kita akan tetap menghormati kewajiban kita," PM Menachem Begin menegaskan dalan Knesset. Partai kecil Tebia dari sayap kanan mengajukan mosi tidak percaya--menuntut agar pengunduran Israel dari Sinai dihentikan. Mosi ini pekan lalu kandas dengan 58 lawan 4 suara, dengan 43 blanko. Kemudian tentara Israel, yang biasa mengganyang pasukan Arab, berhadapan dengan bangsa sendiri. Bersenjatakan kapak, sejak dinihari Rabu tentara mendobrak pintu-pintu rumah di Dusun Hatzer Hadar, 19 km dari Yamit. Mereka yang membangkang itu justru menyanyi, menari dan berdoa. Semangat "perjuangan" mereka dipacu oleh para pemimpin agama. "Ini adalah tanah suci menurut kitab Injil dan kami tidak bermaksud mengembalikannya pada negeri yang bukan Yahudi," kata seorang tokoh agama. Dan negeri bukan Yahudi itu adalah Mesir. Sejak terbunuhnya Presiden Sadat Oktober tahun lalu, hubungan Israel-Mesir baik-baik saja, walaupun gejala retak mulai terasa. Namun berita terakhir dari kawasan itu justru menambahpanas suhu di Timur Tengah, gara-gara Israel mengundang Presiden Mesir Husni Mubarak berkunjung ke Jerusalem. Mubarak hanya bersedia pergi ke Tel Aviv. Jika ia pergi ke Jerusalem, berarti itu pengakuan Mesir secara tak langsung atas kedaulatan Israel di kota suci itu. Krisis Buatan Menlu Israel Yitzak Shamir yangberkunjung ke Kairo selama 2 hari, pekan lalu, berkata: "Kalau Mubarak tidak bermaksud berkunjung ke Jerusalem, sebaiknya ia tidak usah datang sama sekali." Di Tel Aviv, Radio Israel segera mengutip komentar Begin yang antara lain berbunyi, "Israel tidak akan menjamu seorang tamu yang tidak mengakui kedaulatannya atas Jerusalem." Israel memang lihai, paling senang membuat kejutan. Tapi ulahnya yang terakhir ini diduga tidak akan sampai mengubah sikap tegas Mubarak. Para dutabesar Mesir di Eropa dan AS sudah mendapat tugas, khusus menjelaskan bahwa kunjungan Mubarak ke Jerusalem hanya akan membahayakan usaha perdamaian di Timur Tengah. Dalam kenyataannya, Mesir ataupun AS, negara penandatangan persetujuan Camp David, sama-sama belum mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel. Presiden Sadat pernah berkunjung ke Israel, tapi dia tidak lupa menegaskan di depan Knesset bahwa bagi Mesir, Jerusalem Timur tetaplah wilayah Arab. Hal ini diingatkan kembali oleh satu suratkabar Mesir Mayo. Ketegangan Mesir-lsrael tersebut masih dibumbui oleh beberapa hal lain: ledakan bom di Beirut yang jelas tidak menghormati gencatan senjata di kawasan itu, pembajakan sebuah pesawat Kuwait baru-baru ini, dan situasi dalam negeri Suriah yang belum stabil sampai kini. Berusaha meredakan ketegangan, Presiden AS Ronald Reagan mengutus lagi Philip Habib dalam satu misi ke Damaskus, Amman, Jerusalem dan Riyadh. Presiden Prancis Francois Mitterand pekan lalu memperjelas dukungan Prancis pada Israel--satu hal "baru", sejak zaman Presiden Charles de Gaulle yang nampak lebih condong pada negara-negara Arab. Tapi Mitterand dalam kunjungan ke Israel itu tetap mendukung otonomi untuk Palestina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus