Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Biden Kukuhkan Kemenangan di Arizona

Kubu Trump mengajukan gugatan untuk memblokir sertifikasi hasil pemilihan di Pennsylvania.

14 November 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden, di Wilmington, Delaware, 10 November 2020. REUTERS/Jonathan Ernst

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Presiden terpilih Joe Biden mengukuhkan kemenangan elektoralnya dengan merebut Negara Bagian Arizona pada Kamis malam lalu.

  • Biden telah menyiapkan transisi dan mengumumkan sejumlah langkah menjelang pelantikannya pada 20 Januari 2021.

  • Adapun kubu Trump meluncurkan gugatan baru untuk memblokir sertifikasi hasil pemilihan di Pennsylvania. 

WASHINGTON – Presiden terpilih Joe Biden mengukuhkan kemenangan elektoralnya dengan merebut Negara Bagian Arizona pada Kamis malam lalu. Meski begitu, proses transisi pemerintahan masih stasis karena Presiden Donald Trump berkukuh menolak menerima kekalahan. “Biden diproyeksikan menang di Negara Bagian Arizona setelah lebih dari seminggu penghitungan suara,” demikian pernyataan Edison Research, salah satu lembaga penghitungan suara, seperti dilaporkan Reuters, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Presiden terpilih Amerika ke-46 bernama lengkap Joseph Robinette Biden Jr ini menjadi kandidat dari Partai Demokrat dalam tujuh dekade yang mampu menang di negara bagian yang secara tradisional merupakan kantong suara Partai Republik. Kemenangan Biden di Arizona—dengan 11 suara elektoral—memberikan 290 suara Dewan Elektoral kepada Partai Demokrat, menjadikan lebih dari 270 suara sebagai syarat untuk mengklaim kemenangan. Biden juga memenangi suara pemilih dengan lebih dari 5,3 juta suara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Biden telah menyiapkan transisi dan mengumumkan sejumlah langkah menjelang pelantikannya pada 20 Januari 2021. Salah satunya membentuk satuan tugas guna menekan penyebaran pandemi virus corona atau Covid-19. Biden kemarin menggelar rapat dengan tim penasihat transisi kepresidenan. Dia memetakan upaya penanganan pandemi dan bersiap menunjuk orang-orang yang bakal bertugas, termasuk anggota kabinet.

Biden menyiapkan Ron Klain sebagai kepala staf Gedung Putih. Klain sebelumnya menjabat kepala staf semasa Biden menjadi wakil presiden pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama. Klain juga ditunjuk Obama sebagai pejabat yang bertanggung jawab ihwal respons Amerika terhadap wabah ebola pada 2014.

“Pengalamannya yang beragam dan mendalam serta kemampuannya bekerja sama dengan orang dari semua spektrum politik merupakan yang saya perlukan pada seorang kepala staf Gedung Putih saat kita menghadapi masa krisis ini dan membuat negara kita bersatu kembali,” demikian pernyataan Biden, seperti dilansir Voice of America.

Namun transisi tersebut tidak berjalan mulus karena Badan Administrasi Umum atau General Services Administration (GSA) belum mengucurkan dana transisi dan persiapan pelantikan. Badan tersebut masih menunggu hasil akhir suara dewan elektoral. Biden juga belum bisa mengakses data intelijen berupa laporan harian kegiatan kepresidenan karena kubu Trump masih berkukuh menolak kemenangan Biden.

Klain mengatakan kepada MSNBC bahwa dana transisi itu penting, mengingat pemerintah Amerika akan meluncurkan kampanye vaksinasi virus corona pada awal tahun depan. “Semakin cepat bisa mendapatkan dana transisi, kami segera menggelar pertemuan dengan orang-orang yang merencanakan kampanye vaksinasi. Transisi seharusnya bisa berjalan lancar,” kata Klain.

Adapun kubu Trump meluncurkan gugatan baru untuk memblokir sertifikasi hasil pemilihan di Pennsylvania.  ABC News melaporkan bahwa tim pengacara Presiden Trump dan mereka yang mewakili Negara Bagian Pennsylvania mengajukan argumen ke pengadilan Distrik Amerika. Tim kampanye Trump menilai pengadilan perlu menghentikan proses sertifikasi sebelum 8 Desember—batas akhir untuk negara bagian mempresentasikan hasilnya kepada Kongres.

Mereka berpendapat, jika penghitungan suara dilanjutkan, hasilnya tidak valid karena akan disertifikasi sebelum adanya putusan pengadilan. “Penggugat bisa kehilangan kesempatan untuk mendapat hasil yang sepenuhnya jika total suara disertifikasi,” demikian bunyi memo pengacara kampanye Trump. Kubu Trump menilai pengamat pemilu tidak dapat “mengamati secara bermakna” penghitungan. Mereka mendesak 600 ribu surat suara di Allegheny dan Philadelphia dibatalkan.

Pakar hukum mengatakan gugatan tersebut hanya memiliki sedikit peluang untuk mengubah hasil. Para pejabat pemilihan negara bagian mengatakan mereka tidak melihat bukti penyimpangan penghitungan suara. Para pegiat hak-hak sipil dan kepentingan publik menyebut gugatan tersebut sebagai upaya yang tidak adil dan mencabut hak-hak pemilih. Jaksa Agung Negara Bagian Pennsylvania Josh Shapiro mengatakan kepada ABC News bahwa kubu presiden hanya berusaha menebar keraguan dalam proses pemilihan.

REUTERS | VOA | NBC NEWS | SUKMA LOPPIES


Presiden Cina Xi Jinping dan Joe Biden saat masih menjabat sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat di Beijing, Cina, 4 Desember 2013. REUTERS/Lintao Zhang

Cina Akhirnya Ucapkan Selamat

Cina akhirnya mengucapkan selamat kepada presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden. Ucapan tersebut disampaikan hampir tiga pekan sejak 3 November setelah mantan wakil presiden pada masa pemerintahan Barack Obama itu merebut suara dewan elektoral di sejumlah negara bagian.

“Kami menghormati pilihan rakyat Amerika. Kami menyampaikan ucapan selamat dari kami untuk Tuan Biden dan Nyonya Harris,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin, dalam keterangan pers hariannya, kemarin. Wenbin mengacu pada wakil presiden terpilih Kamala Harris. “Kami memahami bahwa hasil pemilu Amerika akan ditentukan sesuai dengan hukum dan prosedur Amerika.”

Hubungan Amerika dan Cina bertambah tegang beberapa tahun belakangan di bawah pemerintahan inkumben Presiden Donald Trump. Hubungan yang berada pada titik terburuk ini terjadi karena perselisihan, dari teknologi dan perdagangan hingga persoalan Hong Kong. Pemerintahan Trump juga menyalahkan Beijing atas wabah virus corona atau Covid-19 serta kerap mengkritik catatan hak asasi manusia Cina di kawasan Xinjiang dan Hong Kong. Pemerintahan Trump telah mengeluarkan rentetan sanksi terhadap Beijing.

Trump sendiri belum bisa menerima kenyataan dan berkukuh menolak kemenangan Biden. Tim kampanye Trump telah mengajukan gugatan terhadap penghitungan suara. Kondisi ini menempatkan Beijing dalam posisi yang canggung, karena Cina enggan melakukan apa pun untuk memusuhi Trump. Kubu Trump mengajukan gugatan pengadilan terhadap pemungutan suara dan Trump tetap menjabat presiden hingga pelantikan pada 20 Januari mendatang.

Cina berada di antara beberapa negara besar, termasuk Rusia, yang belum memberikan selamat kepada presiden terpilih. Sebelumnya, sekutu Amerika di kawasan Asia, yakni Jepang dan Korea Selatan, serta sekutu di kawasan selatan, yaitu Australia, sudah memberi ucapan selamat kepada Biden. Pada 2016, Presiden Cina Xi Jinping mengirim ucapan selamat kepada Trump pada 9 November, sehari setelah pemilihan presiden.

REUTERS | SUKMA LOPPIES

 

 

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus