Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kunci selatan digebuk

Gerilyawan mujahidin membuka serangan kilat atas kandahar dengan korban 300 tentara afghanistan tewas. faksi parcham dibawah presiden najibullah dan faksi khalq dibawah sayed mohamad g terancam pecah.

18 Juni 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ROKET-roket mendadak menghujani Kandahar. Sementara itu, ribuan gerilyawan menyelusup ke tengah kota menebar maut dengan peluru dan granat. Puluhan pos militer pun berubah jadi puing, dan prajurit Soviet penjaga bandar udara bergelimpangan tak bernyawa. Belum sebulan Soviet menarik sekitar sepertiga dari 115.000 tentaranya dari Afghanistan, gerilyawan Mujahidin membuka serangan kilat, sebuah blietzkneg, Selasa pekan lalu. Hingga awal pekan ini belum ada kcpastian pemenangnya. Kedua pihak malah mengklaim sebagai penguasa kota di provinsi selatan itu. Mungkin keduanya benar: ~siang hari gerilyawan raib, dan pada malam hari para prajurit ngumpet. Yang jelas, Kandahar, yang terletak dekat ~lengan perbatasan Pakistan, salah satu kota kunci di wilayah selatan, sejak beberapa bulan lalu hampir sepertiga wilayahnya ~memang dikuasai Mujahidin. Dan sejak dua pekan lalu, jalan-jalan utama Kandahar sudah dikuasai pula oleh para pejuang Islam. Serangan mendadak itu agaknya diputuskan setelah gerilyawan yakin bahwa kekuatan tentara Soviet di situ sudah berkurang. Adalah memang jadi kebijaksanaan Presidcn Najibullah untuk melonggarkan sepanjang perbatasan dengan Pakistan. Dengan maksud agar para pengungsi bersedia pulang kampung. Untuk itu, 50 pos militer dikosongkan. Cuma lima basis militer terbesar dipertahankan: Asmar di utara, Gardez dan Khost di tengah, Jalalabad di timur, dan Kandahar di selatan - ini pun kekuatan tentara Sovietnya dikurangi pula. Dan dari kelimanya, Jalalabad-lah yang mendapat perhatian istimewa, karena cuma 150 km dari Kabul, dan dari Peshawar - pusat gerilyawan Mujahidin di Pakistan - jaraknya pun tak begitu jauh. Bisa jadi, serangan Mujahidin pekan lalu itu sebuah penjajakan, seberapa kuat sebenarnya tentara A~ghanistan sendiri. Dan proses penjaiakan ini tampaknya sudah dimulai men~elang tentara Soviet dltarik. Dari April lalu hin~a awal bulan ini. 19 kota kabupaten sepanjang perbatasan dengan Pakistan telah direbut gerilyawan. Dipilihnya Kandahar sebagai percobaan pertama - andai teori itu benar - pos ini masih dekat dengan basis-basis Mujahidin di perbatasan Pakistan, dan pertahanannya tak sekuat Jalalabad. Ada dugaan, Mujahidin merencanakan mengepung Kabul dari selatan, timur, dan utara. Serangan atas Kandahar sendiri, menurut saksi mata, sedikitnya menewaskan 300 tentara di pihak Afghanistan - belum diperoleh perincian berapa tentara Soviet, berapa tentara Afghanistan. Di pihak Mujahidin, jumlah korban tak diumumkan. Tampaknya, ancaman pihak Soviet bahwa penarikan tentaranya akan dibatalkan bila Pakistan terus memasok senjata kepada Mujahidin beberapa lama lalu, bukannya tanpa sebab. Siapa tahu, serangan atas Kandahar dilakukan setelah gerilyawan merasa senjata mereka cukup. Dan kini, setelah serangan itu dari bandar udara Kandahar tak terdengar lagi pesawat militer mengangkut prajurit Soviet keluar dari Kandahar. Tetapi benarkah Najibullah hanya bermaksud membuka jalan pengungsi Afghanistan pulang? Beberapa pengamat mengatakan, sebenarnya pengosongan itu punya dua maksud. Satu, seperti yang dikatakan Najibullah, dan kedua, guna memancing gerilyawan menyerbu kota-kota. Di kertas, dalam perang terbuka dengan Mujahidin, tentara Najibullah memang bisa menang dengar mudah. Tentara Afghanistan diwarisi taktih perang terbuka dan berton-ton senjata mutakhir oleh Soviet. Selain itu, 35.000 anggota Sarandoy, pasukan paramiliter, yang dilatih khusus oleh Soviet, tak bisa dianggap enteng. Dan jangan dilupakan 10.000 anggota dinas intelijen KHAD. Selain punya jaringan informasi yang diduga sampai ke kamp pengungsian di Pakistan, dinas intelijen ini juga memiliki senjata-senjata berat dan 65.000 milisi bersenjata senapan otomatis Kalashnikov dan Thompson. Satu-satunya kelemahan yang bisa merontokkan tentara pemerintah adalah mereka sebenarnya tak kompak. Sebabnya, PDPA (Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan) yang kini berkuasa lahir dari persekutuan dua partai Parcham dan Khalq. Ke dalam kedua partai itulah tentara terpecah. Celakanya, pertentangan itu kini menajam di lapisan eksekutif. Presiden Najibullah, yang juga ketua faksi Parcham, tiga pekan lalu mengangkat seorang politikus independen Mohamad Hasan Sharg sebagai perdana menteri baru. Dan salah satu tugas Sharg adalah menyingkirkan Menteri Dalam Negeri Sayed Mohamad Gulabzoy, ketua faksi Khalq. Meski Gulabzoy ternyata tetap menduduki kursinya dalam kabinet baru, bibit perpecahan sewaktu-waktu bisa meletus. Perpecahan itulah, antara lain, yang menjadi pangkal bila ada tentara Afghanistan membelot, bergabung dengan gerilyawan. Dua pekan lalu sebuah gudang amunisi di Jalalabad diledakkan. Diduga, pelakunya adalah seorang letnan yang kemudlan menghilang entah di mana. Prg. &~ R. Agus A~walu~din (Ri~set)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus