UNTUK kesekian kalinya, Senin dan Selasa pekan ini, PM Malaysia Mahat~hir Mohamad berkunjung lagi ke Indonesia. Agak istimewa, kali ini pimpinan negara tetangga itu diterima di Yogyakarta. Begitu tamunya turun dari pesawat 1~-28 "Malaysia", Presiden Soeharto dan Ibu Tien dengan hangat menyambut PM Mahathir yang datang bersama istri Datin Seri Dr. Siti Hasmah binti Mohamad Ali serta 24 pejabat tinggi Malaysia, termasuk Menlu Dato Haji Abu Hassan dan Mendagri Dato Megat Junid. Sejak Presiden Soeharto terpilih kembali sebagai presiden dalam SU-MPR lalu, di Yogya inilah pertama kali kedua pimpinan. negara serumpun ini bertemu. Maka, setelah turun dari tangga pesawat, Mahathir diperkenalkan pada menteri Kabinet Pembangunan V. Juga Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku Gubernur DIY serta Wagub Paku Alam VIII. Dari Bandar Adisutjipto rombongan segera menuju Istana Negara "Gedung Agung" di Jalan Achmad Yani. Di gedung ini Soeharto-Mahathir mengadakan pembicaraan empat mata. Pertemuan ini merupakan pertemuan yang keempat selama ini. Tahun lalu mereka bertemu di Johor Baru. Sedang dua pertemuan sebelumnya diadakan di Jakarta dan Sabah. Pembicaraan di Gedung Agung selama satu setengah jam itu, menurut Mensesneg Moerdiono, dibuka Mahathir dengan ucapan selamat atas terpilihnya Pak Harto sebagai presiden untuk lima tahun mendatang. Kedua kepala pemerintahan saling memberikan informasi atas keadaan negara masing-masing. Dan bagi Mahathir ini sangat penting kiranya. Sebelum bertolak ke Yogya, Mahathir mengatakan pada pers di Malaysia bahwa kenyataan tentang Malaysia banyak dirusakkan oleh laporan pers-pers asing. Misalnya soal konflik dalam tubuh UMNO dan penghentian sementara Ketua Mahkamah Agung Tun Salleh Abbas dari jabatannya. Kepada Presiden Soeharto, Mahathir bermaksud menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi - setidaknya dari kaca mata Malaysia. "Ini tentu sangat menarik bagi para pengamat politik di Malaysia," kata seorang diplomat Malaysia mengomentari maksud kunjungan Mahathir kali ini. Seorang pengamat politik Asia Tenggara menilai Mahathir ingin mempelajari dari dekat bagaimana Pak Harto berhasil menjaga keseimbangan dua kekuatan dalam kabinetnya. Yang dimaksud pengamat ini dua kekuatan adalah anggota kabinet dari ABRI dan dari sipil. Bahkan," Tanpa sedikit pun menimbulkan benturan-benturan." Dalam pertemuan kali ini, selain juga membahas masalah regional, kedua negara sepakat meningkatkan kerja sama. Mahathir tampaknya perlu menggarisbawahi soal peningkatan hubungan ini. Sebab, menurut seorang pejabat tinggi Malaysia pada TEMPo, mtensltas hubungan RI-Malaysia sekarang ini masih belum memenuhi harapan pihak Malaysia. "Saya sudah tiga kali ke Indonesia, tapi pejabat Indonesia tak pernah datang ke Malaysia," kata pejabat tinggi tadi. Toh memang perlu waktu untuk itu, katanya lagi. Malaysia dan Indonesia juga sudah mencatat suatu langkah maju dalam rangka penyelesaian konflik Kamboja. "Pertemuan informal" soal Kamboja di Jakarta sudah selesai dijajaki. "Sekarang tahap persiapan, siapa yang akan diundang dan kapan pertemuan itu akan dilangsungkan, masih sedang dibahas," kata Menlu Ali Alatas. Kabarnya, Mahathir juga akan membicarakan masalah harta karun kapal Portugis Flora de la Mar yang tenggelam 476 tahun silam di Selat Malaka. Bangkai kapal ini belum lama ini ditemukan di dasar laut wilayah Indonesia, tapi harta itu berasal dari Kesultanan Malaysia. Sejumlah orang asing akhir-akhir ini terlihat melakukan penyelaman di tempat kapal terkubur, diduga untuk mencari harta karun itu. PM Mahathir akan membicarakan itu dengan Presiden Soeharto, agar kelak tidak timbul permasalahan antara kedua negara. E~kram H. Attamimi (Kuala Lumpur~), I Mad~e Suarj~ana ~(Yogya) dan Toriq Hadad
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini