PERINTAH Siaga I akhirnya dicabut pukul 01.00 WIB, Senin dinihari pekan ini. Semua personel militer boleh merasa lega. Kesibukan berpindah ke pihak intel militer Filipina yang akan sangat sibuk menginterogasi 1.000 tentara. Diduga mereka terlibat dalam sebuah usaha kudeta menggulingkan pemerintahan Cory Aquino. Keadaan Siaga I itu memang sengaja dikeluarkan Sabtu pekan lalu, untuk membatasi suatu komplotan "makar" di tubuh militer sendiri. Komplotan berkekuatan 1.000 tamtama ini dipimpin seorang sersan mayor, yang didukung oleh sejumlah perwira menengah/tinggi dari angkatan bersenjata Filipina. Berdasarkan laporan yang ada di tangan Pangdam Metro Manila, Brigjen Alexander Aguirre, kelompok perwira itulah yang menggerakkan prajurit bawahan untuk menduduki stasiun televisi "Saluran-7", "Saluran-4", dan stasiun radio DZEC. Tempat-tempat itu pernah menjadi sasaran usaha kudeta yang dilancarkan sekelompok militer di bawah pimpinan Kolonel Oscar Canlas, akhir Januari lalu. Selain itu, mereka berniat menyandera 2.500 murid dan guru Sekolah Internasional Manila, yang terletak di kawasan Makati Manila. Sekolah bagi anak-anak diplomat ini dikelola oleh istri Jenderal Fidel Ramos. Tentu saja, penyanderaan terhadap anak-anak itu dimaksudkan untuk menarik perhatian dunia, sehingga diperkirakan bisa ikut memojokkan Cory Aquino. Para perwira yang diduga terlibat berasal dari kelompok persaudaraan baru militer Tirawik (artinya: terbalik) yang eksistensinya terselubung. Mereka tak puas dengan tindakan Kastaf AB Filipina, Jenderal Fidel Ramos, yang membubarkan sejumlah organisasi dalam tubuh militer, seperti Guardian dan RAM (Reform of the Armed Forces Movement) yang anggotanya sebagian besar adalah pasukan elite. Sejumlah perwira RAM -- termasuk Kolonel "Gringo" Honnasan -- kini dibiarkan "mengambang" tanpa jabatan apa pun. Usaha kudeta kali ini terhitung sebagai yang keempat sejak Cory berkuasa, Februari 1986. Tapi agaknya tidak pula terlepas dari suasana keruh kampanye pemilihan anggota Kongres, 11 Mei mendatang. Insiden pertama diawali dengan matinya Tito Abao, akhir bulan lalu. Calon anggota Kongres dari partai Liberal yang pro-pemerintah ini ditembak di dekat Misamis, Provinsi Oriental. Kemudian disusul dengan pembunuhan calon anggota Kongres dari Partai Laban PDP, Alberto Dulalas. Ia ditembak dari jarak dekat ketika berada di sebuah arena adu ayam di Kota Oroquieta, Mindanao Selatan Jumat pekan lalu. Lalu tiga jurkam dari partai berhaluan kiri PnB (Partai Rakyat) berturut-turut mati. Seorang di antaranya, Jovencio Pizarra, ditemukan mati dengan tubuh penuh tikaman, setelah diculik selama dua hari. Walaupun usaha kudeta bisa digagalkan, kekhawatiran akan adanya kudeta lain masih membayangi pemerintahan Cory. Sebab, menurut Brigjen Alexander Aguiree, mereka masih menggalang kekuatan baru untuk kudeta berikutnya. Kelompok ini, menurut Aguiree, dibiayai kelompok usahawan pendukung setia Presiden Ferdinand Marcos. "Jika aksi itu berhasil, maka semua rencana pemilihan Kongres mendatang bisa gagal," katanya. Sementara itu militer Filipina berhasil menghancurkan basis penting gerilyawan komunis NPA di utara Provinsi Kalinga-Apayao. Selain tempat perlindungan 300 personel NPA itu diobrak-abrik, disita pula sejumlah senjata dari markas besar mereka. Sekalipun keadaan cukup rawan, kampanye pemilu tetap jalan terus, terutama di kota-kota. Seorang pejabat, misalnya, memerintahkan semua pegawainya berkampanye. Bekas Menhan Juan Ponce Enrile pun, dalam gaya kampanye yang sopan menawan, kini bicara tentang oposisi yang bersungguh-sungguh memperjuangkan badan legislatif (Kongres) yang demokratis. Didi Prambadi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini