Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Langkah mahathir, setelah defisit

Gerak langkah yang dilakukan oleh pm. malaysia, datuk sri mahathir mohamad, ke arah terciptanya pemerintah yang bersih.(ln)

4 September 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERBENAH ke dalam, itulah yang dilakukan Datuk Sri Mahathir Mohamad dalam tahun pertama ia menjabat PM Malaysia. Ia berusaha mempercepat langkah ke arah terciptanya pemerintah yang bersih, cakap dan terpercaya. Ciri-ciri serba tertib dan sederhana mewarnai gerak kehidupan di seluruh Kerajaan itu, menjelang 31 Agustus, hari kemerdekaannya ke-25. Contoh mutakhir gaya tertib Mahathir ialah diberlakukannya larangan merokok di semua kantor Pemerintah, awal Agustus silam. Larangan itu, katanya, bertujuan mencegah penyakit, menjamin kebersihan udara dan lingkungan. Terlalu berlebihan? Tidak, khususnya bagi aparat Pemerintah yang sudah mulai terbiasa dengan kejutan-kejutan serupa. Awal Juni silam, Mahathir dan Wakilnya Musa Hitam, bersepakat mengikhlaskan M$ 1.000 dari gaji bulanannya untuk kepentingan ekonomi negara. Elok nian! Teladan ini segera diikuti oleh para Menteri dan Wakil mereka, masing-masing memotong gajinya M$ 500. Pejabat setingkat di bawah menyumbangkan M$ 250. Menteri besar di 13 negara-bagian tidak mau ketinggalan, ikut memotong M$ 500 dari gajinya. Potong-memotong menjalar ke anggaran belanja negara. Sebanyak 12% dipotong sampai Maret 1983, demi mencegah terulangnya sisa anggaran, akibat perencanaan yang selalu berlebihan. Tindakan ini secara tak langsung merupakan "teguran" bagi para perencana di sana. Bagaikan pedang bermata dua, penghematan dimaksudkan untuk membersihkan aparat pemerintah sekaligus meringankan beban yang tiba-tiba menghantam ekonomi Malaysia akibat resesi dunia. Negara penghasil 45% karet alam dan 37% timah untuk pasar dunia itu berkelit ke sana-sini, menyelamatkan komoditinya. Tak urung, dunia timah geger juga (TEMPO, 28 Agustus). Bersaingan keras dengan AS yang bermaksud melepaskan cadangan timahnya, Mahathir mengajak negara penghasil timah lainnya seperti Indonesia, Thailand dan Bolivia untuk keluar dari Dewan Timah Internasional (ITC) dan membentuk dewan serupa di kawasan scndiri. Ajakan disambut baik tapi karena satu dan lain hal, dewan tandingan itu belum akan segera terwujud. Sebuah konsorsium terdiri dari 7 bank terkemuka di dunia telah menyetujui pinjaman raksasa US$ 1 milyar untuk Malaysia. Pinjaman sebesar itu dimaksudkan untuk membiayai berbagai proyek yang sedang berjalan, disamping mempertinggi kewaspadaan akibat merosotnya harga karet dan timah. Tapi desas-desus beredar di kalangan bank Amerika bahwa Malaysia akan menggunakan US$ 500 juta dari pinjaman raksasa itu hanya untuk memantapkan harga timahnya. Memang, resesi telah memukul Malaysia hingga untuk pertama kali terpaksa mengalami defisit dalam neraca perdagangannya. Sementara hubungan tradisionalnya dengan Inggris terganggu. Tender Pemerintah Manysia yang biasanya disediakan untuk kontraktor Inggris sekarang disisihkan untuk kontraktor asing lainnya. Bahkan Mahathir menolak hadir dalam pertemuan puncak negara Persemakmuran Inggris karena dianggapnya tidak bermanfaat bagi Malaysia. Sikap keras ini erat kaitannya dengan kebijaksanaan "melihat ke Timur", yang juga buah pikiran Mahathir. Dia berpendapat sebaiknya Malaysia menimba ilmu lebih banyak ke Jepang dan Korea, agar bisa maju lebih cepat. Juga agar lebih seimbang, tidak condong terus ke Barat seperti selama ini. Dari Timur hendak dipilihnya yang baik-baik saja seperti cara kerja, disiplin dan loyalitas. Namun sebelum ilmu Jepang ditimba, Mahathir lebih dulu mempersiapkan Malaysia. Dengan sikap antikorupsinya di segala bidang, ia memenangkan kepercayaan rakyat dan memberi kesan bonafide di kalangan bankir dunia. Pinjaman US$ 1 milyar itu buktinya. Dan contoh lain banyak sekali Ketegasannya membatalkan atau menunda proyek yang tidak perlu, mengurangi kegiatan seminar, membatasi pemakanian telepon dan perjalanan para pegawai, menghentikan pinjaman untuk mobil baru atau pembesaran rumah. Penghematan begini tampaknya akan berjalan terus sampai bencana resesi lenyap. Sebaliknya proyek yang menguntungkan rakyat banyak seperti pengendalian banjir Kuala Lumpur dan investasi yang dilakukan HICOM (Heavy Industries Corporation of Malaysia) diteruskannya. Datuk Asri Muda, Ketua PAS Partai Islam se-Malaysia) mengakui adanya langkah maju yang diprakarsai pemerintah Mahathir walaupun tujuan masih jauh. Lee Lam Thye (Wakil Sekjen Palal Aksi Demokratik) melihat adanya perubahan positif di kalangan administrasi tapi secara keseluruhan masalah besar seperti "kesatuan nasional, penindasan kelas dan keadilan" masih belum terjangkau. Dr. Chandra Muzaffa, dosen pada Universitas Sains Malaysia, sebaliknya belum yakin korupsi berhasil diberantas tanpa perubahan mendalam pada sistem ekonomi, UU dan pendidikan. Prof Syed Husin Ali berpendapat rendahnya pendapatan rakyat hanya bisa diatasi bila Malaysia tidak lagi tergantung pada negara maju. Mahathir, seorang intelektual, terbuka untuk semua kritik. Dengan rendah hati ia berkata, "Meskipun rakyat tidak menunjukkan rasa hormat mereka pada kami, setidaknya mereka memperhatikan kami."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus