Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kepalan tangan (plo) terbuka

Evakuasi PLO menambah popularitas pm. begin, senjata berat PLO pindah ke tangan golongan kiri libanon yang mencurigai gemayel, KTT Arab yang akan berlangsung di tunisia akan membahas strategi baru. (ln)

4 September 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKSI militer Israel sungguh sudah berhenti di Beirut, dan memang tak tampak lagi di layar televisi. Siaran televisi tiap malam nyatanya mulai beralih ke soal evakuasi pejuang Palestina (PLO) di bawah pengawasan satuan marinir Amerika, pasukan komando Italia dan Prancis. Sesuai dengan persetujuan, karya Philip Habib, evakuasi itu sejak 21 Agustus berlangsung secara bergelombang melalui jalan laut maupun darat. Habib, utusan khusus Presiden Ronald Reagan -- yang selama ini menjadi perhatian dunia atas usahanya memulihkan perdamaian -- kini beristirahat. Hasil misinya ialah sekitar 7.000 pejuang Palestina dipencarkan ke delapan negara. Di Libanon, "mereka dulu bagaikan satu tinju yang kekar tapi kini kepalan tangan itu terbuka dan jari-jarinya merenggang." Begitu terbaca dalam harian New York Times, yang melukiskan betapa PLO kini berantakan. Tapi pejuang Palestina itu meninggalkan Beirut dengan tetap bersemangat, seakan-akan dalam kemenangan. Dan di tempat tujuan, mereka disambut secara meriah pula. Evakuasi pertama PLO ke Suriah, misalnya, disambut oleh PM Abdul Raouf al-Kasm di pelabuhan Tartus. Kemudian evakuasi terbesar (1.500 orang) menyusul lewat jalan raya Beirut-Damaskus pekan lalu. Selalu mereka memajang foto Yasser Arafat, pemimpin PLO, di mana-mana. Arafat pernah berpesan, "Sebelum saya kembali ke tanah air Palestina, tiap negara Arab untuk sementara menjadi tanah airku dan bangsaku." Tapi tempat tujuan sementara bagi Arafat sendiri belum jelas. Semula diberitakan ia akan ke Damaskus, kemudian ke Riyadh untuk konsultasi dan kunjungan belasungkawa pada Raja Fahd. Dari sana Arafat diberitakan akan pergi ke Tunisia, tempat ia bermarkas. Konon ia memilih Tunisia karena di sana juga ada kantor pusat Liga Arab. Presiden Tunisia Habib Bourguiba direncanakan akan menjadi tuan rumah KTT Liga Arab dalam September ini, dengan harapan menelurkan strategi perlawanan Arab terhadap Israel. Negara anggota Liga Arab umumnya "alpa" membantu PLO selama terkepung di Beirut Barat. Dalam keadaan kekuatan PLO yang berserak di mana-mana, KTT Liga Arab diduga terutama akan memikirkan jalan diplomasi, bukan konflik bersenjata, untuk Palestina. Dan Arafat sudah terbayang akan banyak berperan sebagai diplomat keliling. Sementara itu gagasan Bourguiba, menurut berita, cenderung mengusulkan suatu rencana pengakuan pada Israel dalam konteks resolusi PBB tahun 1947, yang menghimbau pemisahan Palestina atas dua negara: Israel dan Palestina. Bourguiba tampak mengikuti jejak Mesir. Dan justru karena mengakui Israel dengan persetujuan Camp David, Mesir telah dilarang menghadiri sidang Liga Arab sejak 1978. Tapi, sebelum KTT di Tunis yang direncanakan 6 September, pertemuan para menlu Arab di Mohammedia, Maroko, konon membahas kemungkinan Mesir diterima kembali di Liga Arab. Bersikap moderat dari semula, Bourguiba pernah melancarkan gagasan serupa dalam suatu pidato tahun 1965. Akibatnya, sejumlah negara Arab memutuskan hubungan dengan Tunisia. Kini suatu prestise bagi Bourguiba dan Tunisia (berpenduduk 6,4 juta) dengan adanya KTT nanti. KTT Arab terakhir, November lalu menemui jalan buntu karenca rencana delapan pasal yang diajukan oleh Arab Saudi. Isinya antara lain menghimbau agar dibentuk satu negara Palestina merdeka dalam wilayah Tepi Barat dan Gaza (kini diduduki Israel), dan hak semua bangsa di Timur Tengah (termasuk Israel, menurut tafsiran orang) hidup berdamai. Apakah gagasan Saudi itu diajukan lagi? Atau gagasan Bourguiba, suatu alternatif, akan laris? Jawabannya, menurut Sekjen (Liga Arab) Chadli Klibi, tergantung pada seberapa jauh Amerika Serikat bisa menekan Israel supaya negara Palestina menjadi kenyataan. Israel diketahui masih menolak gagasan negara Palestina di wilayah yang kini didudukinya. Dan Israel tetap mencurigai PLO, yang dituduhnya organisasi teroris. Apalagi sesudah evakuasi PLO dari Beirut, menurut suatu poll pendapat umum di Israel, popularitas PM Menachem Begin semakin naik. Sebelum meninggalkan Beirut, PLO membuat Israel lebih geram pekan lalu ketika senjata berat milik PLO -- seperti artileri, peluncur roket dan tank jatuh ke tangan golongan kiri Libanon. antara lain kaum Nasserit. Seharusnya semua itu diserahkan pada tentara Libanon. Tapi PLO tampaknya tak ikhlas memperkuat posisi Bashir Gemayel (lihat Gemayel, Boneka Israel?). Presiden Libanon terpilih itu, menurut laporan wartawan TEMPO Mustafa Helmy dari Damaskus, tidak mendapat dukungan kelompok minoritas Islam Dulu dikenal sebagai pejuang jalan raya dengan pasukan Phalangis membasmi lawan politiknya, Gemayel kini dikhawatirkan akan berlaku keras terhadap mereka yang pernah mendukung PLO dan tentara Suriah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus