Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Legenda Topeng Hahoe yang Dikenakan Tokoh dalam Serial Money Heist Versi Drakor

Jika di Money Heist aslinya, topeng perampok bank adalah wajah Salvador Dali, sedangkan di versi Drakor tokoh memakai topeng Hahoe. Ini legendanya.

13 Mei 2022 | 14.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Topeng yang digunakan para perampok dalam Money Heist: Korea - Joint Economic. Dok. Netflix.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Netflix membuat ulang serial drama kriminal dari Spanyol, Money Heist versi Korea Selatan. Serial drakor dengan tajuk Money Heist: Korea – Joint Economic Area itu direncanakan tayang perdana pada Juni mendatang. Tak jauh beda dengan yang orisinal, para tokoh juga mengenakan topeng di versi remake. Tapi alih-alih topeng Salvador Dali, mereka menggunakan topeng tradisional Korea, Hahoe.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lalu, Apa itu topeng Hahoe dan Bagaimana legendanya?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melansir dari laman Folkency.nfm.go.kr, Hahoe merupakan topeng yang dikenakan para pemain dalam ritual byeolsingut. Itu adalah ritual tari topeng di desa Hahoe, Andong, Provinsi Gyeongsang Utara. Sebuah ritual roh penjaga desa yang telah dilakukan setiap sepuluh tahun, atau pada tahun-tahun ketika keajaiban diterima.

Pemerintah Korea Selatan menetapkan Tari Topeng Hahoe sebagai Warisan Budaya Takbenda Penting Nomor 69. Mengutip dari KBS World, Topeng yang dipakai untuk Byeolsingut semuanya ada 11. Namun hanya 9 yang tinggal di daerah itu karena sisanya dibawa Jepang selama masa penjajahan. Sembilan topeng yang digunakan dalam tarian itu telah ditetapkan sebagai Harta Nasional Nomor 121.

Bagi masyarakat Hahoe, topeng Hahoe bukan sekedar topeng. Ada legenda yang mengikutinya. Mengutip laman pemerintah Korea Selatan, Korea.net, legenda itu bermula pada era Dinasti Goryeo (918-1392 Masehi). Dikisahkan, hiduplah seorang pengrajin bernama Heo. Selama bertahun-tahun, desanya menderita kemalangan terus-menerus tetapi tidak ada yang tahu alasannya. Suatu hari, Heo bermimpi tentang dewa gunung. Dia menerima pesan ajaib bahwa kemalangan akan hilang jika penduduk desa menari dengan topeng yang dibuat oleh Heo.

Dewa berkata, Heo tidak boleh berhubungan dengan siapa pun sampai dia selesai membuat topeng itu. Keesokan harinya, Heo melakukan wudhu (mogyokjaegye) dan menggantung tali tabu (geumjul) di sekitar rumah untuk mencegah orang lain mengganggunya. Sementara itu, ada seorang gadis bernama Kim yang mencintai Heo. Gadis itu terpaksa menunggu berminggu-minggu untuk dapat berjumpa dengan Heo.

Seratus hari telah berlalu dan Kim telah lelah menunggu. Gadis itu melanggar janjinya untuk tak mengganggu Heo. Akhirnya ia mengintip Heo yang tengah membuat topeng itu. Malang bagi Heo. Ulah Kim membawa petaka. Pemuda itu seketika ambruk memuntahkan darah dan mati ketika dilihat oleh Kim. Padahal Heo tengah mengerjakan topeng terakhir. Tetapi karena Heo mati, topeng itu tak dapat diselesaikan. Topeng terakhir yang dia kerjakan, untuk karakter Imae, dibiarkan tidak lengkap, rahang bawahnya hilang.

Karena merasa bersalah menyebabkan kematian kekasihnya, wanita muda itu bunuh diri. Setelah itu, penduduk desa Hahoe memutuskan untuk melayani wanita yang sudah meninggal sebagai dewa pelindung dan mengadakan ritual tahunan untuk menenangkan jiwanya.

HENDRIK KHOIRUL MUHID 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus