Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pemerintah Libanon Didesak Mundur Pasca-Ledakan

PM Hassan Diab mengusulkan percepatan pemilu.

10 Agustus 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Sejumlah pihak mendesak pemerintahan Perdana Menteri Libanon Hassan Diab mundur pasca-ledakan mematikan.

  • Ledakan pada Selasa lalu telah merenggut nyawa lebih dari 158 orang.

  • Al Jazeera melaporkan 728 demonstran terluka dan seorang polisi tewas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEIRUT — Sejumlah pihak kemarin mendesak pemerintahan Perdana Menteri Libanon Hassan Diab mundur pasca-ledakan mematikan di Ibu Kota Beirut pekan lalu. Salah satunya diungkapkan pemimpin Gereja Maronit Libanon, Patriakh Beshara Rai. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Tidaklah cukup bagi seorang anggota parlemen atau seorang menteri mengundurkan diri. Itu penting, terkait dengan kepekaan terhadap perasaan warga Libanon dan tanggung jawab besar agar seluruh pemerintahan mengundurkan diri karena tidak mampu memajukan negara," kata Rai.

Beberapa jam kemudian, Menteri Informasi Libanon Manal Abdel Samad menyatakan mundur. Dia menjadi pejabat pemerintah pertama yang mundur sejak ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut yang menewaskan lebih dari 150 orang itu.

"Setelah bencana besar di Beirut, saya mengumumkan pengunduran diri dari pemerintah," kata Manal, dalam pernyataan yang dirilis media setempat, seraya meminta maaf kepada warga Libanon karena telah mengecewakan mereka.

Sebelumnya, PM Diab mendesak percepatan pemilihan parlemen baru. Diab mengatakan itu merupakan satu-satunya cara untuk membawa negara tersebut keluar dari krisis saat ini.

"Kita tidak bisa keluar dari krisis struktural ini tanpa mengadakan pemilihan parlemen lebih awal," kata Diab seperti dikutip The National, kemarin.

Ia juga meminta partai politik mengesampingkan ketidaksepakatan mereka dan bekerja sama, karena negara tersebut menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya di berbagai bidang.

Mengomentari penyelidikan yang sedang berlangsung terhadap ledakan di Beirut, Diab berjanji penyelidikan akan terus diperluas sampai semua orang yang terlibat dimintai pertanggungjawaban.

"Saya menegaskan kembali bahwa tidak satu pun dari mereka yang bertanggung jawab atas tragedi pelabuhan Beirut akan lolos dari hukuman," ujar dia.

Ledakan pada Selasa lalu telah merenggut nyawa lebih dari 158 orang, menyebabkan 21 orang hilang, melukai lebih dari 5.000 orang, dan membuat 300 ribu orang lainnya mengungsi. Diab menganggap ledakan tersebut sebagai akibat dari korupsi dan salah urus bertahun-tahun oleh para pendahulunya.

Menurut Kementerian Dalam Negeri Libanon, pekerjaan pengelasan telah memicu kebakaran yang meledakkan lebih dari 2.700 ton amonium nitrat, yang disimpan di pelabuhan selama enam tahun setelah disita oleh layanan bea-cukai.

Di bawah sistem politik Libanon yang kompleks—yang berupaya menjaga keseimbangan antara penganut Kristen Maronit, muslim Sunni, dan muslim Syiah—perdana menteri hanya dapat diangkat, disetujui, atau diberhentikan oleh presiden tanpa dibutuhkan konsultasi dari parlemen negara.

Namun perdana menteri dituntut untuk mempertahankan kepercayaan mayoritas parlemen. Adapun untuk pemilihan baru, parlemen perlu menyetujuinya.

Desakan agar pemerintah mundur juga ditunjukkan oleh ribuan warga Libanon berunjuk rasa di Ibu Kota Beirut sejak Jumat lalu. Situasi di ibu kota Libanon, Beirut, memanas setelah demonstran melampiaskan amarah mereka kepada elite politik yang mereka salahkan atas ledakan dahsyat itu.

Al Jazeera melaporkan 728 demonstran di Libanon terluka dan seorang polisi tewas dalam bentrokan pada Sabtu malam. Sebelumnya, Palang Merah Libanon melaporkan telah mengangkut 63 orang ke rumah sakit terdekat dan merawat 175 orang di tempat kejadian.

Para peserta demonstrasi anti-pemerintah menyerbu gedung-gedung pemerintah, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup. Menurut saluran Lebanon-24, demonstran juga menyerbu Asosiasi Bank Libanon dan Kementerian Energi.

Kelompok lain demonstran melemparkan batu dan ranting kayu ke arah petugas di pinggiran lokasi utama unjuk rasa. Merespons serangan itu, polisi pun menembaki mereka dengan gas air mata.

Di antara tagar paling berpengaruh yang digunakan di media sosial untuk menggalang pengunjuk rasa adalah #HangThem (#GantungMereka). Para demonstran di Beirut pun telah memasang tiang gantungan di lapangan utama pada Jumat lalu.

Tiang gantungan itu sebagai simbol tuntutan agar para pejabat yang dinilai bertanggung jawab dalam ledakan Beirut beberapa hari lalu segera diadili dan dihukum.

Kerumunan besar pengunjuk rasa semakin menunjukkan kemarahan mereka kepada pasukan keamanan—yang dikerahkan dalam jumlah besar—yang berusaha menahan beberapa kelompok yang berupaya merangsek masuk ke gedung parlemen Libanon.

FRANCE24 | AL JAZEERA | THE NATION | SPUTNIK | SITA PLANASARI AQUADINI

10

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus