Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Resolusi 1080 untuk Peru Ditolak
PEMERINTAHAN Clinton gagal memperoleh dukungan negara-negara kunci Amerika Latin untuk menggoyang keabsahan kemenangan Presiden Peru Alberto Fujimori. Pekan lalu, di Windsor, Ontario, Kanada, wakil-wakil dari Bolivia, Brasil, Meksiko, Uruguay, Venezuela, Bahamas Barbados, dan Jamaika menolak ajakan Amerika untuk memberikan sanksi kepada Peru di bawah Resolusi 1080 Organization of American States (OAS) dalam pertemuan 34 menteri luar negeri negara-negara Amerika Latin.
Resolusi 1080, yang dikeluarkan pada 1991, telah dipakai AS untuk menjatuhkan sanksi ekonomi di Haiti pada 1991, Peru (1992), dan Guatemala (1993). Selama ini, Meksiko, Brasil, dan Venezuela adalah negara yang paling kritis terhadap resolusi ini, sementara Panama dan Kosta Rika menerima keputusan itu.
Untuk Fujimori, ini adalah kemenangan pemilu untuk ketiga kalinya. Saingannya, Aljendaro Toledo, memboikot dan menuduh Fujimori memanipulasi pemilu, sementara AS menganggap kemenangan Fujimori tidak demokratis.
Sementara itu, di dalam Negeri Peru, protes masih berlangsung terhadap Fujimori. Baik Fujimori maupun Toledo tengah melangsungkan negosiasi diplomatik intens mencari dukungan. Menteri luar negeri Fujimori berangkat ke Spanyol dan Jepang minggu ini, sementara Toledo juga hendak bertemu dengan Perdana Menteri Spanyol dan akan melobi pemerintah Kanada.
Turunnya Popularitas Mori
PERDANA Menteri Yoshiro Mori membubarkan Majelis Rendah Jepang. Tindakan itu dianggap sebagai strategi untuk meluruskan jalannya dalam memenangi pemilihan umum 25 Juni nanti. Para pengamat menganggap pemilu itu sangat penting karena akan menentukan pemimpin Jepang abad ke-21. Pengamat menilai tindakan Mori ini menyempitkan ruang gerak partai oposisi. Partai oposisi terus mempersoalkan ucapan kontroversial Mori bahwa Jepang adalah negara ilahi yang berpusat pada kaisar.
Akibatnya, Mori langsung mengalami kemerosotan popularitas. Ini terlihat ketika 134 anggota Majelis Tinggi, pekan silam, menandatangani mosi tak percaya kepada sang Perdana Menteri. Sebuah jajak pendapat pekan lalu juga menghasilkan data bahwa hanya 12,5 persen masyarakat Jepang yang mengharapkan kepemimpinan Mori. Ini dukungan terendah bahkan bila dibandingkan dengan Perdana Menteri Kiichi Miyazawa, yang kalah pemilu pada 1993.
Namun, Mori tetap optimistis. Kalangan pendukungnya adalah kalangan bisnis Partai Demokrat Liberal (LDP). Bersama mereka, Mori menjanjikan suatu recovery ekonomi. Meski memang ekonomi Jepang mulai tampak tumbuh, mereka masih jauh dari pertumbuhan yang stabil. Akan halnya Partai Demokratik, yang sedang naik daun, mengampanyekan sebuah koalisi baru yang lebih kuat dalam pengawasan pengeluaran dana negara. "Masyarakat membutuhkan reformasi yang konkret, bukan buaian kata-kata manis LDP," tutur Ketua Partai Demokratik, Yukio Hato Yama.
Sementara itu, di Jepang mulai banyak isu yang menguak masa lalu Mori. Isu itu menyebut-nyebut bahwa Mori pernah tertangkap basah di kompleks pelacuran saat menjadi college student dan pada 1995 dia menghadiri sebuah pesta pernikahan yang salah satu tamunya adalah gangster terkemuka Jepang. Mori menolak semua tuduhan itu.
Satu Juta Dolar untuk Tiap Sandera
BAGAIMANA nasib para sandera yang malang di tangan Abu Sayyaf? Silakan sediakan uang tebusan US$ 1 juta untuk setiap sandera, demikian permintaan Sayyaf.
Kondisi terakhir 21 warga asing yang selama enam minggu disandera di Kepulauan Jolo itu tampaknya makin memburuk. Salah seorang sandera perempuan, Mirko Johannen Risto, misalnya, mengancam melakukan bunuh diri bila ia tak tahan lagi dengan kondisi penyanderaan itu. Ia menyalahkan pemerintah yang berkesan main-main dalam menyelesaikan kasus ini. "Kami ingin keluar secepat mungkin. Saya tidak berharap jalan keluarnya lewat bunuh diri," tutur Risto. Secara mental, semua tahanan makin melemah. Kondisi sandera Prancis, Rennate Wallert, yang menderita stroke, tampak semakin memprihatinkan karena hipertensinya paling parah. Untuk mengembalikan kondisi psikologis mereka, tim dokter bahkan sampai membawakan kaset-kaset disko, termasuk kaset Mariah Carey.
Hingga kini, pemerintah Manila belum memberikan reaksi apa pun terhadap tuntutan satu juta dolar itu. Biasanya penculikan ala separatis Abu Sayyaf ini berakhir dengan pemberian ganti rugi. Roberto Aventajado, negosiator wakil pemerintah, menolak memberikan komentar.
Seno Joko Suyono (dari berbagai sumber)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo