Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Amerika Serikat Bush Akui Penjara Rahasia
Pekan lalu, Presiden Amerika Serikat George W. Bush mengakui Badan Intelijen (CIA) memiliki penjara rahasia. Penjara-penjara yang digunakan untuk menahan tersangka teroris. Tapi, Bush menolak penggambaran penjara-penjara itu sebagai tempat penyiksaan.
Dalam pidatonya bersama keluarga korban 11 September 2001 di televisi, presiden ini memastikan sudah tidak ada tersangka teroris yang ditahan di sana. Empat belas tahanan telah dipindahkan ke penjara Teluk Guantanamo, Kuba, termasuk Khalid Sheikh Muhammad, tersangka otak pengeboman Gedung Kembar di New York, 11 September 2001, juga Hambali atau Ridwan Isamuddin yang diduga merupakan pemimpin senior dalam jaringan Jemaah Islamiyah dan tersangka teroris paling dicari pemerintah Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Kini para tahanan akan dipindahkan karena proses interogasinya dinyatakan telah selesai dan untuk mempercepat proses pengadilan. Jaksa Penuntut Militer Amerika Serikat Kolonel Maurice Davis mengatakan, mereka akan diadili awal tahun depan jika kongres menyetujui.
Timor Leste Reinado Ogah Menyerah
Pemimpin pasukan pemberontak Timor Leste, Mayor Alfredo Reinado, menolak menyerahkan diri. Bekas Kepala Polisi Militer ini malah mengancam akan menembak tentara Australia yang mau menangkapnya. ”Saya peringatkan mereka untuk tidak menangkap saya, karena saya tidak memiliki masalah di negeri ini,” katanya melalui sambungan telepon seluler di acara Dateline yang disiarkan televisi SBS.
Reinado kabur bersama 56 tahanan lain dengan menjebol tembok penjara Becora, Dili, akhir Agustus. Ia dijebloskan ke penjara setelah dituduh menyimpan senjata ilegal dan memimpin protes tentara desertir yang mengakibatkan pecahnya kerusuhan massa, yang menewaskan sedikitnya 21 orang.
Libanon Blokade Udara Dicabut
Israel mencabut blokade udara terhadap Libanon, tapi mempertahankan blokade lautnya, Kamis pekan lalu. Blokade laut segera dicabut jika jumlah pasukan penjaga perdamaian angkatan laut Perserikatan Bangsa-Bangsa dianggap cukup. Namun, juru bicara Perdana Menteri Ehud Olmert memastikan negerinya tak akan mencabut seluruh blokade sampai dua tentara Israel yang ditawan Hizbullah dibebaskan.
Selama ini Israel hanya mengizinkan dua penerbangan menggunakan bandar udara internasional Beirut. Pencabutan sebagian blokade itu dianggap Menteri Transportasi Libanon Muhammad Safadi sebagai tanda pertama masyarakat Libanon memperoleh kembali kemerdekaannya. Akibat blokade, Libanon kehilangan pendapatan US$ 30–50 juta per hari. Setelah pertempuran, sarana infrastruktur negeri itu hancur. Sekarang Libanon benar-benar membutuhkan uang untuk membangun kembali negaranya setelah dibombardir Israel.
Iran Dialog Iran-AS Dibutuhkan
Mantan Presiden Iran Muhammad Khatami menyarankan agar Iran dan Amerika Serikat berdialog untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran. Dalam kunjungannya ke Amerika Serikat pekan lalu, presiden dari kelompok moderat ini mengatakan, perbaikan hubungan dapat diperoleh melalui pembicaraan, bukan ancaman.
”Washington dan Teheran sebaiknya membuka jalan untuk mencapai hasil yang lebih baik, dan untuk menyelamatkan kehidupan dari bahaya perang, kekerasan, dan egoisme para pemimpin,” kata Khatami yang dijadwalkan akan berbicara di Universitas Harvard. Teheran sendiri, menurut dia, akan memikirkan kemungkinan menunda program nuklir jika Barat bersedia berdialog tanpa syarat. Sejauh ini, Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad memang mengabaikan ancaman menjelang tenggat penghentian program pengayaan uranium. Perserikatan Bangsa-Bangsa akan memberikan sanksi terberat, yakni membekukan aset Iran atau larangan perdagangan ke luar negeri.
Sunariyah (BBC, AP, Sidney Morning Herald, Reuters)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo