Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lintas Internasional

27 Juni 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Afganistan Operasi Memburu Taliban

Amerika Serikat menggelar serangan massif ke persembunyian pasukan Taliban di Provinsi Kandahar pada Selasa pekan lalu. Serangan yang berlangsung selama beberapa jam itu melibatkan pesawat tempur, helikopter bersenjata, meriam, serta rudal yang dipandu sinar laser. Polisi Kandahar mengerahkan 400 anggotanya dalam operasi itu. Hasilnya, sekitar 100 anggota pasukan Taliban tewas. "Kami yakin lebih dari 100 pengikut Taliban tewas dalam operasi itu," ujar Kepala Polisi Kandahar, Jenderal Muhammad Ayub Salangi. Juru bicara Taliban menyatakan, tujuh anggota mereka tewas dalam serangan itu, termasuk komandan senior, Mullah Muhammad Easa.

Operasi ini merupakan salah satu operasi terbesar pasukan AS dan pasukan Afganistan sejak rezim Taliban jatuh pada akhir 2001. Belakangan, Washington gerah oleh meningkatnya aktivitas kelompok ini sejak awal 2005. Apalagi, pada September nanti akan dilangsungkan pemilihan parlemen. Kuping Amerika kian panas ketika Taliban dengan nada mengejek menyatakan pemimpin Taliban, Mullah Muhammad Umar, serta pemimpin Al-Qaidah, Usamah bin Ladin, masih segar bugar.

Palestina Ahmad Qorei Diamuk Militan

Lumpuhnya penegakan hukum di Palestina membuat berang Perdana Menteri Ahmad Qorei. Maka, ia pun menceramahi anggota kelompok militan Palestina di gedung olahraga kamp pengungsi Balata di Tepi Barat. Dalam pertemuan, Rabu pekan lalu, dia meminta kelompok militan Palestina menghentikan situasi kacau. "Negeri ini amat butuh hukum," katanya dengan nada tinggi. Di luar gedung, sekelompok militan Palestina melepaskan tembakan ke udara. Bahkan ada yang mengarahkan senjatanya ke dinding gedung.

Rentetan tembakan itu tak dimaksudkan untuk membunuh Qorei. Para pengawalnya segera membawa Perdana Menteri menyingkir dari gedung itu. "Ketika ayah saya keluar dari penjara (Israel), pemerintah Palestina sama sekali tak menolongnya," ujar Mahmud Khatib, 21 tahun, seorang anggota Brigade Martir Al-Aqsa, dengan jengkel. Satu jam kemudian, di kota Hebron, sekitar 100 siswa SMA marah karena disodori materi ujian fisika yang terlalu sulit. Mereka menghujani kantor Departemen Pendidikan Palestina dengan batu, membakar ban di jalan, dan bentrok dengan polisi.

Italia Hukum Kebiri

PEMERKOSA di Italia bakal dibuat jera oleh sebuah undang-undang—rancangannya telah dipresentasikan Liga Utara, kelompok sayap kanan Italia, di parlemen pekan lalu. Isinya: barang siapa melanggar undang-undang tersebut, bisa dihukum kebiri. Rancangan ini dibuat setelah serentetan kasus pemerkosaan terbongkar. Sebagian besar pelakunya adalah para imigran gelap. Liga menganggap undang-undang ini penting untuk menumpas penyakit sosial yang mengancam keamanan hidup masyarakat.

Menanggapi hal ini, Menteri Dalam Negeri Italia Giuseppe Pisanu mengimbau agar kejahatan pemerkosaan itu tak mempengaruhi kebijakan Italia terhadap kaum imigran. Belakangan, pemerkosaan di Bologna dan Milan memang sempat menyulut aksi unjuk rasa anti-imigran di Italia. Jajak pendapat majalah L'Espresso pada pekan lalu menyebutkan, 53 persen warga Italia berpendapat peningkatan jumlah imigran mengancam keamanan negara.

India Rusuh Karena Maois

PEMBERONTAK Maois mengamuk di Diktel, sebuah kota terpencil wilayah pegunungan sebelah timur Nepal. Pada Minggu malam hingga Senin pagi pekan lalu, ratusan pemberontak menyerang markas-markas pasukan keamanan, gedung pemerintahan, dan rumah tahanan. Lima polisi tewas, 20 hilang (di antaranya 12 polisi dan enam pegawai pemerintah), dan enam bangunan hancur lebur. Pemberontak juga membebaskan 63 tahanan di kota itu, yang berjarak sekitar 200 kilometer di tenggara Katmandu. "Pelacakan lokasi para teroris terus dilakukan," ujar seorang perwira militer Nepal.

Selain lima polisi, ada dua anggota Maois yang tewas dalam penyerangan itu. Para pemberontak lolos karena hujan deras di seputar Diktel membuat tentara Nepal kesulitan mencapai kota meski menggunakan helikopter sekalipun. Aksi kekerasan Maois meningkat sejak Raja Gyanendra mengambil alih kontrol atas pemerintahan pada Februari lalu demi mengatasi kelompok Maois. Dua pekan lalu, pemberontak Maois membunuh 38 orang dan melukai 71 orang dalam suatu serangan bom di bus.

Amerika Serikat Latihan Militer untuk Bekas Musuh

Pil pahit ketika tentara AS tergopoh-gopoh dievakuasi dari gedung Kedutaan Besar AS di Saigon pada tiga dekade silam seakan pupus pada pekan lalu saat Presiden Amerika George W. Bush menyambut Perdana Menteri Vietnam, Phan Van Khai, di Gedung Putih. Ini kunjungan pemimpin Vietnam pertama sejak berakhirnya Perang Vietnam.

Khai mengundang Bush ke Vietnam tahun depan. Dan Bush berjanji akan mendukung Hanoi bergabung dengan organisasi perdagangan dunia, WTO. Vietnam adalah rekan dagang AS dengan nilai perniagaan US$ 7 miliar (sekitar Rp 65,8 triliun).

Khai juga bertemu dengan Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld. Hasilnya, Amerika membuka pintu bagi anggota militer Vietnam dalam program pendidikan dan pelatihan militer Pentagon (IMET). Bagi AS, kemampuan militer Vietnam penting untuk mengimbangi peningkatan militer Cina. Amerika dan Vietnam memang sama-sama bermasalah dengan Cina.

Cina Banjir Tewaskan 500 Orang

DUA pekan banjir bandang di Cina Selatan menewaskan 536 orang. Sebanyak 137 orang hilang dan 1,4 juta warga terpaksa mengungsi dari rumah. Sejumlah kota di selatan Cina terendam air dan tanah longsor. Pemerintah Cina mengumumkan, hujan lebat telah datang lebih awal daripada yang diperkirakan sehingga terjadi banjir bandang. Yang terburuk terjadi di Kota Wuzhou, kota-kota di Provinsi Guangxi and Guangdong. Cina pernah mengalami bencana serupa pada 1988, yang merenggut 4.150 jiwa.

Di Wuzhou, kota berpenduduk 300 ribu, mayoritas rumah hancur terendam air hingga ke atap. Tanah longsor bercampur banjir menghantam rumah dan menghanyutkan ternak. Jalur kereta api Hong Kong-Beijing terputus. Di wilayah selatan Cina, banjir bisa menjalar cepat karena wilayah itu umumnya terdiri dari pegunungan gundul yang mudah memicu longsor. Situasi ini kontras dengan di wilayah Cina Tengah dan Utara yang lebih aman. Kantor berita Xinhua melaporkan, kerugian akibat banjir kali ini telah mencapai US$ 2,5 miliar (setara Rp 23,5 triliun). Hampir setiap tahun, Cina dihantam banjir.

Jajak Pendapat Cina Lebih Bersinar

Rakyat di beberapa negara Eropa khawatir terhadap pertumbuhan ekonomi dan militer Cina. Toh, rasa cemas itu tak menenggelamkan citra Cina di daratan Eropa. Hasil jajak pendapat Pew Research Center di 16 negara yang berlangsung pada April-Mei lalu: citra Cina lebih bersinar ketimbang Amerika, yang jeblok setelah penyerbuan AS ke Irak pada 2003. "Citra AS di mata masyarakat Eropa amat menyedihkan, khususnya jika dibandingkan dengan Cina," ujar Andrew Kohut, Direktur Pew Research Center.

Citra Amerika juga rendah di tiga negara muslim yang pemerintahnya bersahabat dengan AS, yakni Turki, Pakistan, dan Yordania. Hanya responden Indonesia yang lebih memuja AS tinimbang Cina. Alasannya, 79 persen responden Indonesia menghargai bantuan Amerika bagi korban bencana tsunami di Aceh. "Dengan atau tanpa hasil jajak pendapat ini, kami tahu kami sedang menghadapi tantangan diplomasi publik," ujar Adam Ereli, juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

RFX & EKD (Haaretz, AFP, AP, BBC/WPost)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus