Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lintas Internasional

12 Juli 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Austria
Pemupus Citra Nazi Meninggal

PRESIDEN Thomas Klestil meninggal dunia pada usia 71 tahun akibat gagal jantung, Selasa pekan lalu, dua hari sebelum masa jabatan enam tahun keduanya berakhir. Klestil berjasa membantu Austria membuat jarak dengan sejarah kelam Nazi di negerinya setelah bertahun-tahun Nazi menjadi masalah bagi pendahulunya, Kurt Waldheim. Bekerja pada pasukan Jerman saat Perang Dunia II, Waldheim pertama kali menjadi presiden pada 1992, dan segera terbang ke Israel untuk menyatakan simpati pada korban holocaust. Klestil terpilih kembali pada 1998.

Ketika Uni Eropa menghu-kum Austria karena meloloskan partai militan kanan, Freedom Party, bergabung dalam pemerintahan, Klestil berhasil melobi kepala negara Uni Eropa supaya mencabut sanksi tujuh bulan yang melimbungkan Austria. Sebelum menjadi presiden, Klestil, yang lahir di Vietnam, mendirikan konsulat Austria di Los Angeles pada 1969. Di kota itulah ia bersahabat dengan Arnold Schwar-zenegger, bintang film laga Hollywood kelahiran Austria yang kini Gubernur California.

India
Quran Tulisan Usman Hangus

KOBARAN api menghanguskan sekolah menengah Islam di Kota Srinagar, Kash-mir, Senin pekan lalu. Penduduk setempat terkejut dan gusar. Maklum, sekolah itu berusia 105 tahun dan menyimpan ratusan buku klasik Islam, termasuk naskah Quran tertua di dunia yang ditulis dengan tangan oleh Usman bin Affan, khalifah ketiga. Ratusan pelajar dan masyarakat turun ke jalan menggelar protes.

Berdiri pada 1899, sekolah itu simbol gerakan modernisasi Islam dan sekolah Islam pertama yang mengajarkan bahasa Inggris dan sains. Struktur dinding dan bangunan sekolah yang dari kayu bernilai arsitektural khas, dengan jendela tinggi melengkung dan langit-langit dari batang kayu cedar.

Pelaku pembakaran diduga kelompok militan Kashmir yang menjadikan pemimpin moderat muslim Kashmir sasaran pembunuhan. "Orang di balik pembunuhan paman saya bertanggung jawab atas pembakaran," kata Mirwwaiz Umar Faruk, pengelola sekolah itu. Faruk juga memimpin All Parties Hurriyat Conference, kelompok politik yang menginginkan kemerdekaan dari India lewat proses politik. Mereka berseberangan dengan kelompok militan Kashmir.

Korea UTara
Reuni Seusai Perang Dingin

CHARLES Robert Jenkins, 64 tahun, tampak tenang mengepit rokok Marlboro di bibirnya saat menanti naik ke pesawat carteran di Bandar Udara Pyongyang, Korea Utara, Jumat pagi pekan lalu. Jenkins dan kedua anaknya, Mika dan Belinda, 21 dan 18 tahun, mengenakan pin bendera Korea Utara. Di dalam pesawat yang dilayani dengan bahasa dan suguhan makanan Korea itu, ketiganya duduk di kelas bisnis, tapi memperoleh layanan makanan kelas satu selama terbang ke Jakarta.

Di Jakarta, Hitomi Soga, 45 tahun, menanti kedatangan mereka. Hitomi, warga negara Jepang yang pernah diculik agen rahasia Korea Utara pada 1978, mendarat di Jakarta sehari sebelumnya dari Jepang. Inilah saat yang mereka nantikan sejak Hitomi kembali ke Jepang, Oktober 2002. "Saya akan melihat keluarga saya untuk pertama kalinya selama 18 bulan berpisah," katanya. Jenkins, yang melakukan desersi dari pasukan Amerika Serikat di dekat zona demiliterisasi Korea Utara-Korea Selatan pada 1965, memutuskan tidak ikut istrinya ke Negara Sakura, Oktober 2002, karena takut diseret ke pengadilan militer oleh AS. Apalagi Jenkins pernah tampil dalam film propaganda Korea Utara.

Reuni keluarga ini hasil kesepakatan pemerintah Jepang, Korea Utara, dan Indonesia. Di Indonesia, Jenkins aman karena Jakarta tidak punya perjanjian ekstradisi dengan AS. Tapi, "Saya berharap sepenuh hati hidup di Jepang bersama seluruh keluarga saya," kata Hitomi Soga.

Amerika Serikat
Pastor Berulah, Gereja Bangkrut

MIMPI buruk langsung merundung Keuskupan Katolik Roma di Amerika Serikat karena tak mampu membayar ganti rugi kepada orang yang mengaku dicabuli pastor. Merupakan keuskupan pertama yang mengumumkan kebangkrutan, Keuskupan Portland di Oregon membayar ganti rugi lebih dari US$ 53 juta (Rp 4,5 miliar) kepada sekitar 130 orang yang mengaku dicabuli pastor. Satu laporan dari Gereja Katolik, Februari silam, menyebutkan lebih dari 4.000 pendeta Katolik di AS menghadapi tuduhan melakukan pelecehan seksual dalam 50 tahun terakhir.

Di seantero AS, kasus pencabulan menggerogoti kocek gereja sebesar US$ 650 juta (Rp 5 triliun lebih). Bahkan Keuskupan Santa Fe di New Mexico harus meminjam uang jemaah untuk membayar tuntutan ganti rugi. Menurut Uskup John Vlazny, gereja mencoba berdamai dengan penggugat, tetapi tuntutan uang damai terlalu tinggi. ''Peti emas sudah kosong,'' kata Uskup John.

Tetapi para penggugat mencurigai motif pengakuan bangkrut itu. Ini mengakibatkan pencabulan terhadap 50 anak lelaki yang dituduhkan kepada seorang pastor menjadi menggantung. Pasalnya, Undang-Undang Kebangkrutan membebaskan keuskupan dari tindakan hukum selama berlangsung reorganisasi lembaga itu. "Ini hanya salah satu taktik korup keuskupan Portland,'' kata salah satu penggugat, Jim Deveraux.

RFX (AP, BBC, CNN, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus