Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hari-hari itu belum lama lewat: Mochedai Vanunu melangkah dengan gagah keluar dari pintu Penjara Skhima di Ashkelon, menatap kerumunan manusia yang mengelu-elukannya di depan gerbang. Jari-jarinya segera membentuk simbol victory, kemenangan, lalu dia acungkan ke arah langit sembari berkata: "Hari ini, saya menyerukan kepada dunia, agar (reaktor) nuklir Dimona dibuka dan diperiksa." Delapan belas tahun Vanunu dibui karena membocorkan rahasia nuklir Israel kepada dunia melalui pemberitaan Sunday Times, London, pada 5 Oktober 1986.
Tapi apa yang terjadi pada Ahad pekan lalu? Situs Lembaga Energi Atom Israel, yang baru saja diluncurkan, membenarkan rahasia lama itu: Israel menyimpan nuklir sejak lama. Situs itu menulis, "Pada 13 Juni 1952, David Ben-Gurion, Perdana Menteri Israel, mengumumkan pembentukan Komisi Energi Atom Israel (IAEC). Komisi mengoperasikan dua pusat penelitian, Pusat Riset Nuklir Soreq dan Pusat Riset Nuklir Negevdikepalai oleh seorang direktur jenderal yang melapor langsung ke perdana menteri."
Jadilah inilah jawaban Israel terhadap kecurigaan dunia setelah puluhan tahun memilih bersikap "diam tapi mengaburkan" dalam perihal nuklir. Semboyan mereka adalah no tell, no showjangan bicara apalagi pamer. Itu berlangsung selama setengah abad lebih. Maka para jiran Israel di kawasan Teluk maupun dunia terkejut-kejut tatkala situs di atas dengan enteng saja membuka atom rahasia nuklir di balik tabir itu. Apalagi berita itu disiarkan hanya dua hari sebelum Kepala Badan Energi Atom Internasional, Mohammed El-Baradei, menginjak Israel pada pekan silam.
El-Baradei datang ke sana dengan misi membujuk Israel agar turut menciptakan Timur Tengah sebagai kawasan bebas nuklir. Jawaban Perdana Menteri Israel Ariel Sharon tegas pula, "Kebijakan (nuklir) akan diteruskan." Lagi pula, apa peduli Israel pada si El-Baradei? Mereka sudah menyimpan rahasia nuklir selama setengah abad lebih, dan sekadar kunjungan El-Baradei tak bakal mengubah apa-apa. Mengutip Sharon: "Israel akan jalan terus."
Satu hal, Israel pandai pula membungkus rahasianya dengan sikap ambigu yang konsisten sejak awal: tak menyangkal, tak juga mengiyakan. Sebagai negara pemilik nuklir, Israel tak meneken Traktat Non-Proliferasi (pengembangan) Nuklir, sehingga aman dari inspeksi Badan Energi Atom Internasional. "Satu-satunya masalah hanyalah tekanan Amerika," ujar ahli keamanan dari Shalem Center, Dan Schueftan.
Celakanya, Amerika, yang begitu doyan menghajar negara lain hanya karena mencurigai mereka memiliki senjata nuklirIrak dan Libya, misalnyaseolah sakit gagu dalam menghadapi Israel. Saat Richard Nixon naik takhta pada 1970, Israel kian manja saja. Karena si abang Amerika "mengerti" keinginan Israel. Umpama, Nixon tak menekan Israel untuk meneken Traktat Non-Proliferasi Nuklir. Memang ada beberapa syarat: Israel harus tetap low profile", tidak melakukan uji coba, tidak ada deklarasi, tak ada pengakuan. Maka lahirlah kebijakan resmi untuk bersikap tertutup dalam soal nuklir.
Otak dari program nuklir Israel adalah Shimon Peres, sobat kental Perdana Menteri Israel David Ben Gurion. Pada tahun 1950-an, Peres diperintahkan Ben Gurion memikirkan senjata nuklir agar Israel tetap bisa tegak di tengah para musuh Arabnya. Beberapa tahun kemudian, berdirilah sebuah kota nuklir di dekat Dimona di Gurun Negev.
Begitu rahasianya soal ini sehingga Peres hanya boleh melapor ke Ben Gurion. Toh, sesekali Peres bocor-mulut juga. Konon ini untuk menakut-nakuti negeri tetangga yang beberapa kali telah berperang dengannya. "Israel telah melalui jalan panjang dari sebuah negara muda yang memerlukan (reaktor nuklirRed.) Dimona untuk mencegah perang," ujar Peres. Hanya, Peres tak pernah secara terang-terangan mengakui keberadaan nuklirnya ini.
Baru pada 1966, Perdana Menteri Israel ketika itu, Levi Eshkol, mengakui bahwa negerinya melakukan riset dan bisa memproduksi senjata nuklir sendiri. Kontan saja Eshkol menuai kecaman, termasuk dari Peres. "Biarkan Nasser (Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser Red.) menduga-duga," ujar Peres. Maklum, saat itu suasana amat tegang menjelang Perang 1967.
Maka Israel pun terus membungkam. Para jirannya betul-betul gatal mulut ingin mencaci-maki Israel tapi mereka toh punya bukti keras. Irak mencoba "membikin terobosan" dengan memulai program senjata nuklirnya. Eh, Israel meresponsnya dengan serangan bom ke reaktor Osirak. Bahwa Israel begitu sukses menutupi rahasia nuklirnya juga karena aksi tutup mulut yang ditetapkan pemerintah didukung oleh seluruh elemen bangsa Israeltermasuk media dan kaum intelektual.
Nuklir menjadi kata yang tabu. Buku yang ditulis dua jurnalis, Ami Dor-On dan Eli Teicher, None Will Survive Us: The Story of The Israeli A Bomb, dilarang beredar. Yang berani melanggar silakan berangkat ke bui selama 15 tahun. Toh ada saja yang nekat mbalela. Namanya Mordechai Vanunu, seorang teknisi nuklir. Dia menyerahkan foto-foto kegiatan di reaktor nuklir Dimona kepada koran Inggris, Sunday Times. Hasilnya? Israel bergeming, Vanunu masuk penjara.
Delapan belas tahun lewat, Vanunu bebas dan ternyata masih saja lantang "bernyanyi" kembali tentang senjata terpendam Israel itu. Katanya dengan geram, "Mereka (pemerintah IsraelRed.) seharusnya berhenti menipu dunia, berhenti menipu rakyat Israel dan menipu rakyat Arab."
Purwani D. Prabandari, (Bulletin of the Atomic Sci., The Bulletin, NYT, BBC)
Di Segala Penjuru Negeri
Eilabun
Soreq
Tirosh
Yodefat
Rafael
Dimona
Sumber: MSNBC, SecurityGlobal.org, The Bulletin
Setengah Abad Tak Tersentuh
1952:
Komisi Energi Atom Israel didirikan. Kebijakan dan riset nuklir mulai dilakukan.
1956-1957:
Direktur Jenderal Departemen Pertahanan Israel Simon Peres bernegosiasi dengan Prancis soal reaktor nuklir Israel.
1957:
Prancis mengerjakan proyek nuklir Israel di Dimona dan Gurun Negev.
1958:
Amerika Serikat mulai tahu ada instalasi nuklir di Dimona lewat pesawat mata-mata U-2.
1963:
Peres menyatakan kepada Presiden John F. Kennedy bahwa Israel tidak akan menjadi negara pertama yang memperkenalkan senjata nuklir di Timur Tengah.
1965:
Perdana Menteri Israel Levi Eshkol membuka proyek nuklir sebagai kebijakan resmi.
1981:
Perdana Menteri Menachem Begin memerintahkan agar angkatan udara mengebom reaktor nuklir Osirak di Irak.
1986:
Mordechai Vanunu, mantan karyawan Dimona, berbicara soal nuklir Israel. Beberapa waktu kemudian, dia dijatuhi hukuman 18 tahun penjara.
1995:
Peres menyatakan di media, "Berikan kami perdamaian, dan kami akan menghentikan nuklir kami."
2004:
Mordechai Vanunu bebas. Israel pertama kali membuka website badan atom Israel. z
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo