Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Qatar
Konstitusi Lebih Demokratis
Emir Qatar, Syekh Hamad bin Khalifa al-Thani, mengumumkan konstitusi negara untuk pertama kalinya, Selasa pekan lalu. Konstitusi ini hasil referendum April tahun silam dan akan berlaku efektif pada 2005. Selama ini, Qatar hanya punya konstitusi sementara, produk 1970. Terdiri atas 5 bab dan 150 pasal, konstitusi baru itu menekankan keadilan, kebebasan, kesetaraan, dan hak yang sama bagi kaum perempuan.
Syekh Hamad menerapkan keterbukaan politik sejak ia menggantikan ayahnya pada 1995 dan membentuk komite hak asasi manusia. Dalam pemilu pertama, 1999, perempuan diperbolehkan memilih dan menjadi pejabat pemerintah. Pada 2003, Syekh Hamad memilih seorang perempuan, Sheikha binti Ahmed al-Mahmud, sebagai menteri. Pemerintah menyatakan segera mengizinkan pembentukan serikat buruh yang punya hak mogok.
Konstitusi Qatar juga membuka jalan pemilihan umum untuk memilih anggota parle-men. Parlemen ini beranggotakan 45 orang: dua pertiga di antaranya pilihan rakyat dan selebihnya tunjukan Emir. Qatar menjadi markas pasukan AS saat memerangi Irak tahun silam.
IRAK
Resolusi tanpa Hak Veto bagi Irak
Anggota Dewan Keamanan PBB secara bulat menghasilkan resolusi untuk Irak, Selasa pekan lalu. "Hari ini kita satu suara tentang Irak," ujar Lauro L. Baja Jr., Ketua Dewan Keamanan PBB dari Filipina. Resolusi ini secara resmi akan mengakhiri pendudukan pasukan koalisi di bawah komando Amerika Serikat dan mengalihkan kekuasaan pada 30 Juni ini. Isi resolusi ini antara lain tentang peran PBB setelah pengalihan kekuasaan kepada pemerintah sementara Irak pimpinan Perdana Menteri Iyad Alawi.
Resolusi itu juga menyebut Irak negara federal, demokratis, pluralis, dan sepenuhnya menghormati hak politik dan hak asasi manusia. Resolusi ini tak memberikan hak veto kepada pemerintah sementara Irak terhadap operasi 160 ribu anggota pasukan multinasional pimpinan AS. Malah pasukan militer dan polisi Irak juga di bawah komando militer Amerika.
Resolusi ini juga menetapkan pelaksanaan pemilihan umum tak lebih dari 31 Januari 2005 untuk memilih anggota parlemen. Juga menyiapkan konstitusi permanen yang akan memberikan mandat pemilihan langsung untuk pemerintahan tetap pada 31 Desember 2005.
Arab Saudi
Wartawan Diserang
Wartawan BBC, Frank Gardner, 42 tahun, dan Simon Cumbers, 36 tahun, ditembak orang tak dikenal, Ahad pekan lalu. Meski luka berat, Gardner selamat setelah peluru yang bersarang di perutnya diangkat. Tapi Cumbers tewas. Mereka berada di Al-Suwaydi, pinggiran Kota Riyadh, untuk mengambil gambar di luar rumah orang yang dikenal sebagai militan. Keduanya diberondong senjata mesin yang ditembakkan dari mobil yang melaju tak jauh dari mereka.
Gardner adalah wartawan lepas BBC yang fasih bercakap Arab dan ahli mengenai Al-Qaidah dan terorisme. "Ia meliput di Arab Saudi setelah serangan militan dan penyanderaan di Kota Khobar," ujar Direktur Pemberitaan BBC, Richard Sambrook. Departemen Luar Negeri Inggris meminta warga Inggris tak mengunjungi Arab Saudi karena teroris berencana melakukan lagi serangan setelah insiden di Khobar. Sebanyak 42 wartawan tewas dalam liputan di kawasan konflik. Ini adalah angka tertinggi dalam delapan tahun terakhir.
Pakistan
Pakistan Vs Militan
Sekitar 20 orang militan asing tewas setelah terlibat bentrok dengan militer bersenjata berat Pakistan, Rabu pekan kemarin. Kontak senjata terjadi di wilayah Ghat Ghar, di kawasan pegunungan, dekat perbatasan Afganistan, yang diduga menjadi sarang milisi asing Al-Qaidah. Kaum militan mendahului menembak pasukan Pakistan yang mengepung. Menurut Brigjen Mahmud Shah, komandan militer di kawasan itu, tiga penduduk sipil ikut tewas dalam insiden tersebut. Militer Pakistan menangkap satu orang militan dan menemukan delapan musuh, yang beberapa di antaranya warga asingtanpa menyebut asal negara mereka.
Perbatasan Pakistan dan Afganistan diduga menjadi tempat persembunyian Usamah bin Ladin dan tangan kanannya, Ayman al-Zawahiri. Presiden Pakistan Jenderal Perves Musharraf berkali-kali mengancam akan menggelar operasi militer jika milisi asing tak menyerah. Dalam serangan besar Maret lalu, tentara Pakistan menewaskan 120 orang, tapi gagal menangkap Al-Zawahiri, yang diduga berada di sana.
RFX (Gulf News, Arabic News, BBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo