Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan warga Palestina di Indonesia, yang jauh dari kampung halaman, memperingati Hari Nakba di kantor Kedutaan Besar Palestina, Jakarta Pusat, pada 15 Mei 2024. Palestina sampai sekarang masih berada di bawah serangan Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekelompok mahasiswa baru asal Palestina tampak ikut memperingati Hari Nakba. Mereka kompak mengenakan setelan hitam putih dan syal keffiyeh. Mereka akan belajar bahasa Indonesia dalam setahun pertama tinggal di ibu kota Jakarta, sebelum bisa mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Pertahanan (Unhan) dengan beasiswa penuh. Para lulusan sekolah menengah atas itu sudah menetap selama enam bulan di Jakarta setelah lulus seleksi beasiswa.
Jana, 18 tahun, mahasiswi asal kota Nablus, Tepi Barat, Palestina, ketika ditanya apa arti Nakba baginya sebagai seorang warga Palestina, ia berkata hal itu membuatnya sedih. Sebab keadaan warga Palestina sekarang seluruhnya dapat ditelusuri kembali ke hari itu.
Peristiwa Nakba merupakan pengusiran dan pembersihan etnis massal terhadap sebagian besar rakyat Palestina yang berlangsung pada 1947 – 1948, sebelum berdirinya negara Israel. Lebih dari 750 ribu warga Palestina dari total populasi 1,4 juta orang terpaksa mengungsi dari tanah air mereka akibat kampanye kekerasan Israel saat itu. Hanya 15 persen penduduk Palestina tetap tinggal di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Garis Hijau.
Jana mengenang pengalaman neneknya yang hidup sejak sebelum Nakba dimulai, sehingga melihat keadaan Palestina sebelum diduduki Israel. Nenek Jana dapat bepergian ke berbagai tempat dan keliling dunia dengan bebas – sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki warga Palestina sekarang. Mereka bahkan dihalangi Israel untuk berkunjung ke Yerusalem, dan Jana sendiri mengungkap tidak pernah menginjakkan kaki ke sana.
“Nakba adalah kenangan yang sangat menyedihkan, tapi juga merupakan pengingat bahwa kita perlu mengenang kapan semua ini dimulai. Kita perlu mengingatkan diri kita sendiri, ‘Siapakah kita sebagai orang Palestina?’ Jangan pernah lupakan itu.”
Enam bulan tinggal di Jakarta, Jana bersyukur untuk dapat kuliah dengan beasiswa dan tinggal di Indonesia, ketika situasi di Palestina kian memburuk dan orang-orang tercintanya masih berada di Nablus. Di tengah hancurnya berbagai infrastruktur penting, teman-temannya di sana terpaksa mengikuti kelas lewat Zoom.
“Saya selalu merindukan dan memikirkan orang tua saya, keluarga saya dan teman-teman saya, karena enam bulan jauh dari mereka. Ini sangat sulit, tentu saja, untuk seorang berusia 18 tahun,” kata Jana yang sekarang akrab disapa Juwita. “Tapi seperti yang sudah saya bilang tadi, saya sangat bersyukur mendapat kesempatan belajar di sini dengan bebas, berbicara dengan orang-orang, belajar tentang budaya dan hal-hal baru,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan editor: Peringati Hari Nakba ke-76, Duta Besar Al-Shun Teringat Penderitaan Rakyat Palestina
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini