Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Main Story Clinton Setelah Melangkah Keluar Gedung Putih

Selesai bertugas di Gedung Putih, Bill Clinton malah dijerat kasus Marc Rich. Kenapa Clinton buru-buru mengampuni konglomerat ini? Siapakah Marc Rich?

18 Februari 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SABTU, 20 Januari 2001 yang cerah. Ketika itu, Gedung Putih tengah bersiap berbenah membuat segalanya berkilau menyambut hari pelantikan George W. Bush. Namun, tampaknya ada kegiatan lain di sebuah ruangan itu. Presiden Bill Clinton, yang beberapa jam lagi akan menjelma menjadi warga sipil biasa, masih sempat menandatangani pengampunan bagi 141 orang, termasuk konglomerat yang tengah jadi buron, Marc Rich. Kenapa begitu kilat? Kenapa dia mengampuni Marc Rich yang masih buron itu? Tak ampun lagi, Senat dan parlemen AS segera membentuk sebuah komite untuk penyelidikan apakah ada penyuapan dalam proses pengampunan Marc Rich. Tidak hanya itu. Clinton juga terancam menjadi kriminal. FBI dan kejaksaan AS juga telah menggelar investigasi terhadap masalah yang sama. Jaksa di New York, Mary Jo White, yang di masa lalu menjadi jaksa untuk kasus Marc Rich tahun 1983, menyatakan bahwa dia akan berusaha mengungkapkan apakah terjadi transfer uang ilegal sebelum pengampunan Rich. White akan melihat catatan rekening bank, rekening telepon, dan dokumen lain untuk menentukan apakah ada tindakan kriminal dalam keputusan Clinton untuk mengampuni Rich. Komite reformasi pemerintah di parlemen beberapa saat yang lalu memang sudah mengungkapkan catatan yang berkaitan dengan transaksi keuangan Denise Rich, mantan istri Rich, dari dua banknya ke Democratic National Committee (DNC) dan perpustakaan Clinton. Denise telah menggelontorkan dana lebih dari US$ 1,1 juta ke Partai Demokrat dan kurang lebih US$ 109 ribu untuk kampanye Senat Hillary Clinton. Dia juga memberikan bantuan US$ 450 ribu untuk perpustakaan kepresidenan dan bahkan menghadiahi mebel seharga US$ 7.000, saat keluarga Clinton membangun rumah di New York. Denise Rich sendiri menolak memberikan jawaban atas pertanyaan yang disampaikan parlemen. Dalam pernyataan lewat juru bicaranya, Clinton menyangkal kemungkinan tersebut. "Seperti telah saya katakan berulang kali, saya membuat keputusan untuk mengampuni Marc Rich berdasar pada apa yang saya pikir benar untuk dilakukan," ujarnya. "Semua dugaan adanya faktor yang tidak layak, termasuk pencarian dana untuk DNC atau perpustakaan saya, yang ada kaitannya dengan keputusan saya, itu jelas tidak benar," tambah Clinton. Sementara itu, dalam dengar pendapat Senate Judiciary Committee hari Rabu pekan silam, terungkap bahwa Gedung Putih tidak memberi tahu Roger Adam—jaksa yang bertanggung jawab pada urusan pengampunan— bahwa Rich adalah buron negara. Informasi ini semakin mempersulit keadaan. Adam juga menyatakan bahwa pengampunan Rich dan mitra bisnisnya, Pincus Green, tidak dilakukan dengan prosedur yang normal. Adam mengaku tidak memperhatikan keduanya hingga dia mendapat telepon tengah malam dari kantor penasihat hukum Gedung Putih, kurang dari 12 jam sebelum masa jabatan Clinton berakhir. "Saya tidak diberi tahu bahwa mereka adalah buron," ujarnya dalam dengar pendapat. "Saya mengetahuinya dari FBI," katanya. Informasi dari FBI itu diterimanya pada 20 Januari pagi hari. Setelah itu, dia melapor ke Gedung Putih mengenai temuan itu. Dan mereka hanya meminta Adam agar mengirim faksimile hasil temuan FBI itu tanpa ada pengaruh pada keputusan Clinton. Dalam dengar pendapat itu, mantan penasihat hukum Gedung Putih yang juga pengacara Rich, Jack Quinn, menyatakan keyakinannya bahwa kebijakan Clinton benar. Menurut Quinn, Rich telah dituduh dengan sewenang-wenang pada 1983. Jaksa agung waktu itu, Rudolph Giuliani, yang sekarang menjadi Wali Kota New York, mendakwa Rich telah melakukan penggelapan pajak terbesar dalam sejarah AS. Dia juga dituduh melakukan pemerasan dan melakukan bisnis minyak dengan Iran saat AS memberlakukan embargo terhadap Teheran. Untuk kejahatannya itu, dia dijatuhi hukuman penjara 325 tahun. Namun, Rich, 66 tahun, tidak menanti jatuhnya vonis dan langsung hengkang ke Swiss hingga kini. Pria kelahiran Belgia ini tetap berfoya-foya di Swiss, tempat ia menyelenggarakan bisnisnya dengan segala kekayaannya. Meski tetap hidup mewah, Rich tetap tak bisa bebas bepergian ke negara yang memiliki perjanjian ekstradisi dengan AS. Namun, tampaknya Clinton tidak tinggal diam dengan semua tuduhan itu. Clinton menyatakan bahwa yang paling menentukan dalam keputusannya adalah lobi Israel. Kepada Geraldo Rivera, presenter Rivera Live CNBC, melalui hubungan telepon, Clinton mengakui bahwa dukungan Israel merupakan faktor yang cukup signifikan dalam keputusannya. "Sekarang saya beri tahu Anda apa yang mempengaruhi saya. Israel sangat mempengaruhi saya," kata Clinton dalam sebuah transkrip seperti yang diterima The Associated Press. Konon, ketika sedang mengupayakan pengampunan, Rich mencari bantuan rekan-rekan dekatnya, yaitu orang-orang penting di Israel, termasuk mantan perdana menteri Ehud Barak dan Shimon Peres, serta mantan kepala badan mata-mata Israel, Mossad, Shabtai Shavit. Bahkan seorang mantan pejabat Mossad, Avner Azulay, mengakui bahwa dia membantu mengumpulkan kesaksian dari orang-orang terkenal di Israel yang menghasilkan pengampunan dalam sebelas jam. Dalam sebuah surat elektronik kepada pengacara Rich di AS, Azulai juga mengaku telah menekan Hillary Clinton, yang menerima bantuan dari Denise Rich, agar melobi suaminya untuk memberikan pengampunan (kepada Rich). Azulai juga menyebutkan bahwa Barak dan Peres membicarakan masalah Rich dengan Clinton. Sementara itu, Shavit mengakui merekomendasikan pengampunan Rich karena konglomerat besar ini sangat membantu Israel, terutama saat mengeluarkan orang-orang Yahudi dari Etiopia, Sudan, dan Yaman. Rich memang tidak pernah berdomisili di Israel, tetapi kewarganegaraannya masih menjadi tanda tanya besar. Ada yang mengatakan Rich memiliki kewarganegaraan Israel karena Rich termasuk donor utama bagi negara Israel. Sementara itu, ada juga yang menyatakan Rich memiliki kewarganegaraan Spanyol. Ada lagi yang merasa pasti bahwa Rich telah menanggalkan kewarganegaraan AS yang dimilikinya; tetapi ada juga yang meyakinkan bahwa Rich masih memegang kewarganegaraan AS. Yang jelas, undang-undang pemilu federal menyatakan kandidat presiden tidak boleh menerima sumbangan dana kampanye dari nonwarga negara AS. Jika sampai terbukti Rich menyumbangkan dana kepada Clinton, tamat sudah riawayat Clinton. Akankah Clinton lolos kali ini? Dan drama Clinton masih akan terus bergulir, bahkan setelah ia sudah menjadi warga negara biasa. Purwani Diyah Prabandari (BBC, AP, CNN, Reuters, dan sumber lain)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus