Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Maksim dan Siksaan untuk Kaumnya

Chechnya melancarkan operasi pembersihan komunitas gay sebelum bulan Ramadan. Penjara dan siksaan menanti mereka yang ditangkap.

1 Mei 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di ruang mengobrol maya, pada suatu hari, percakapan berlangsung antara Maksim dan "seorang teman lama yang sangat baik yang juga gay". Maksim, anak muda yang memang meminta dipanggil demikian, bercerita bahwa sang teman mengajak bertemu di sebuah apartemen. Tapi pertemuan itu tak pernah terjadi. Setiba di tempat yang dimaksud, Maksim disambut beberapa petugas keamanan yang lalu menyiksanya.

Orang-orang itu memukulinya sebelum mengikatnya di sebuah kursi, menghubungkan kabel listrik dengan jepitan bergerigi, dan mulai menginterogasinya. "Mereka membentak, ‘Siapa lagi yang kamu kenal?’" kata Maksim. Mereka berkali-kali menyetrumnya. "Sakitnya tak tertahankan. Saya bertahan dengan kekuatan terakhir saya. Tapi saya tak memberitahukan apa-apa kepada mereka."

Maksim menjalani siksaan itu selama hampir dua pekan. Laki-laki 20 tahun ini termasuk di antara lebih dari 100 gay yang dijaring petugas keamanan. Menurut laporan Novaya Gazeta, berdasarkan liputan investigasinya, mereka yang ditahan itu dicokok dalam operasi yang dilakukan untuk "membasmi" komunitas gay di Chechnya dalam beberapa pekan ini. Empat orang malah disebutkan tewas.

Koran mingguan independen itu mendasarkan laporannya pada pengakuan korban, keterangan aktivis lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), serta petugas penegak hukum. Secara terinci digambarkannya penahanan orang-orang yang berorientasi seksual "nontradisional" di Chechnya, yang masyarakatnya konservatif dan mayoritas muslim.

Menjadi gay di Chechnya, yang sejauh ini dikenal punya sejarah panjang pelanggaran hak asasi manusia, memang tak pernah mudah. "Masyarakat ini sangat homofobia," ujar Ekaterina L. Sokiryanskaya, Direktur Proyek International Crisis Group Rusia. "Homoseksualitas itu dikutuk. Islam memandangnya sebagai dosa besar." Tapi hukuman sistematis dan massal yang oleh sejumlah kalangan, termasuk Menteri Negara Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran Inggris Alan Duncan, disebut-sebut dipimpin langsung oleh Ramzan A. Kadyrov, Kepala Republik Chechnya, itu merupakan babak baru.

Berbicara di parlemen, menjawab pertanyaan tentang persekusi dan penahanan kaum gay di salah satu republik di Rusia itu, Duncan mengatakan informasi yang dia terima menyebutkan Kadyrov "ingin komunitas (gay) ini dihapuskan sebelum Ramadan". Tudingan itu dibantah Chechnya. Kadyrov, yang pro-Presiden Vladimir Putin, bahkan menyebut laporan koran itu provokatif.

Dalam kenyataannya, bantahan para pejabat Chechnya tak sepenuhnya meyakinkan. Heda Saratova, anggota Dewan Pembangunan Masyarakat Madani dan Hak Asasi Manusia, mengakui adanya penahanan besar-besaran itu meski menepis dasarnya adalah tuduhan gay. Pernyataan Human Rights Watch membenarkan temuan Novaya Gazeta.

Menurut Maksim, pemberantasan itu dilakukan setelah GayRussia, kelompok hak asasi manusia dari Moskow, meminta izin penyelenggaraan pawai gay. Protes dari kelompok-kelompok keagamaan berdatangan di Chechnya. Gejala ini pun cepat berkembang menjadi upaya pemberantasan "penyakit" homoseksual, demikian kata petugas keamanan kepada mereka yang ditangkap dan digelandang ke penjara.

Untuk mengurung mereka yang ditangkap, Chechnya menggunakan enam penjara. Menurut Human Rights Watch, penahanan dilakukan minimal sehari dan maksimal beberapa pekan. Di antara mereka yang kemudian dibebaskan, ada yang mengungsi ke wilayah lain. Sebagian, kata Tanya Lokshina, Direktur Program Human Rights Watch Rusia, "kembali ke keluarga mereka setelah keadaannya hampir sekarat karena siksaan".

Maksim dan orang sekaumnya percaya pemerintah Chechnya menggunakan taktik yang sama dengan yang digunakan untuk menindas pemberontakan Islam di wilayah itu selama dasawarsa lalu. Hal ini dilakukan dengan mengerahkan agen-agen rahasia yang menyamar sebagai gay yang mencari pasangan. Mereka yang telah ditahan pun dibujuk untuk menjerat orang-orang yang mereka kenal.

Kini kaum gay di Chechnya hidup dalam ketakutan. Mereka yang punya kesempatan masih bisa mengungsi. Maksim termasuk di antara mereka yang tak beruntung.

Purwanto Setiadi (BBC, The Independent, Newsweek, The New York Times)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus