Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama hampir dua tahun belakangan, kawasan dekat rumah Aung San Suu Kyi tak ubahnya merupakan penjara yang luas. Semua jalan menuju rumah di Ibu Kota Yangon itu dikepung barikade militer. Kawasan itu terlarang bagi umum, dan menjadikan Suu Kyi, tokoh oposisi terkemuka Myanmar, seorang paria di negeri sendiri.
Tapi ada yang berubah pekan lalu. Sekelompok petugas kebersihan kota menyapu ruas-ruas jalan University Avenue yang penuh sampah dan daun kering itu. Seperti tengah menyiapkan sebuah perhelatan, mereka juga mengecat marka jalan dengan warna putih yang lebih mengilap.
Apa yang tengah terjadi? Kalangan diplomat asing di Yangon menduga bahwa junta militer Myanmar akan segera membebaskan Suu Kyi dari tahanan rumah.
”Saya kira sesuatu yang istimewa akan terjadi,” kata Razali Ismail, mantan diplomat Malaysia yang berperan sebagai utusan khusus Sekjen PBB. Selama dua tahun terakhir, Razali mencoba menjembatani konflik rezim militer Myanmar, yang diwakili oleh Letnan Jenderal Khin Nyunt, dengan kubu oposisi Liga Nasional untuk Demokrasi (NDL), yang dipimpin Suu Kyi. Tapi baru akhir April lalu tampaknya upaya rekonsiliasi mulai berbuah.
Mewakili pemerintah, Menteri Perburuhan Myanmar Tin Win juga mengatakan ”akan ada pengumuman penting dalam beberapa hari ini”. Seorang sumber dari kalangan dalam junta militer bahkan mengisyaratkan sesuatu yang lebih jauh dari sekadar pembebasan Suu Kyi. ”Pokoknya lebih dari hanya pembebasan Suu Kyii dan beberapa narapidana politik lainnya. Akan ada terobosan dalam politik Myanmar,” ujar sumber itu.
Benarkah? Dari Kuala Lumpur, Razali Ismail hanya bisa berharap akan ada perkembangan penting dalam pembicaraan yang berlangsung sangat lamban sejak dua tahun lalu itu. Karena seretnya negosiasi, pada Maret lalu PBB harus memperpanjang mandat Razali untuk enam bulan lagi.
Tapi, apa pun perkembangannya, segala sesuatu masih terkesan sangat rahasia. Kalangan partai oposisi NLD bahkan secara terbuka mengungkapkan rasa frustrasi mereka terhadap ketertutupan pembicaraan itu dan minimnya kemajuan yang diperoleh.
Sejak upaya rujuk digelar pada September 2000, junta militer memang sudah membebaskan 200 tahanan politik dan mengizinkan NLD membuka kembali sejumlah kantor cabangnya. Tapi penjara di Myanmar masih dipenuhi 1.800 tahanan politik, dan hanya beberapa kantor cabang NLD yang boleh dibuka, itu pun hanya di Ibu Kota Yangon. Selebihnya junta militer menutup rapat pintu reformasi politik.
Para jenderal memang tidak ingin kekuasaannya dilucuti begitu saja, sebaliknya kelompok oposisi menginginkan pemerintahan sipil demokratis yang terbebas dari campur tangan militer. Oposisi menginginkan perubahan politik segera, mengingat rakyat Myanmar sudah terlalu lama menderita di bawah rezim militer. Sebaliknya, Jenderal Than Shwe, orang nomor satu dalam junta, berkilah bahwa Myanmar menghadapi banyak masalah, dari kerusuhan internal hingga campur tangan eksternal, sehingga mustahil melakukan proses demokratisasi secara cepat.
Tak mengherankan, pembicaraan pun menjadi alot, tanpa hasil yang konkret. Sebuah dokumen rahasia yang bocor belum lama ini menguak sedikit pembicaraan serba rahasia itu, yang menunjukkan bahwa militer tetap ngotot mempertahankan peran politik lewat penguasaan jumlah kursi yang substansial di parlemen. ”Militer tetap akan terlibat dalam proses politik di masa mendatang, karena kami akan memiliki 25 persen kursi di parlemen. Meski begitu, secara bertahap peran militer akan berkurang,” ujar Kolonel Hla Min, juru bicara pemerintah.
Sebenarnya kelompok oposisi sudah menempatkan diri pada posisi yang lebih moderat dengan kesediaan melakukan dialog dan mengurangi derajat konfrontasi mereka terhadap rezim. ”Kami selalu siap bekerja sama dengan penguasa untuk mencapai rekonsiliasi nasional,” kata Suu Kyi.
Tapi apa yang mungkin akan diperoleh kelompok oposisi dari junta militer selain pembebasan diri Suu Kyi dari tahanan rumah? Tampaknya tak banyak.
Para jenderal diduga tak kan mem-biarkan Suu Kyi kembali sepenuhnya terlibat dalam politik. Bahkan seorang sumber yang dekat dengan junta menyatakan, pembebasan Suu Kyi disertai syarat yang ketat: Suu Kyi harus bersedia bekerja sama dengan rezim militer serta mengganti aktivitas politiknya dengan kegiatan kemanusiaan di bidang pendidikan dan kesehatan. Suu Kyi akan menjadi malaikat tanpa sayap.
Kemungkinan pahit hasil pembicaraan rekonsiliasi itu sudah diduga banyak pihak. Junta militer dicurigai hanya mengulur waktu untuk mengendurkan tekanan internasional, terutama sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa. ”Para jenderal takut memulai transisi ke arah demokrasi, yang akan membuat mereka kehilangan kontrol (terhadap kekuasaan),” kata Sunai Phasuk, aktivis hak asasi dari Forum Asia, yang berbasis di Bangkok.
Bahkan, jika bebas, Suu Kyi tak kan mudah kembali memperoleh pamor politik. ”Rakyat telah diindoktrinasi agar percaya bahwa Suu Kyi adalah setan dan pengkhianat. Sentimen semacam ini tak akan berubah dalam satu malam,” kata Phasuk.
Celakanya, dukungan Barat terhadap perubahan politik di Myanmar tak sekencang terhadap musuh Barat lainnya. Myanmar bukanlah ancaman strategis bagi kepentingan Barat. Sebaliknya, rakyat Myanmar juga sudah terbiasa hidup terasing dalam pergaulan internasional sejak Jenderal Ne Win menggulingkan Perdana Menteri U Nu pada 1962, dengan mendirikan pemerintahan satu partai.
Tampaknya butuh suatu mukjizat untuk mewujudkan zaman terang di Myanmar.
Raihul Fadjri (Reuters, CNN, Special Report Altsean Burma: Burma’s Secret Talks)
Dari Tahanan ke Tahanan
1988 Militer membubarkan aksi damai dengan kekerasan, ribuan terbunuh.
1989 Slorc memberlakukan undang-undang darurat perang.
1990 NLD memenangi pemilihan umum, tapi tidak diakui Slorc. Aung San Suu Kyi diganjar tahanan rumah.
1991 Suu Kyi memperoleh Nobel Perdamaian.
1996 Suu Kyi dibebaskan, tapi rezim militer memen-jarakan 200 anggota NLD.
1997 Myanmar diterima sebagai anggota ASEAN.
September 2000 Junta militer membatasi gerak Suu Kyi dan anggota senior NLD. Suu Kyi kembali dikenai status tahanan rumah.
Juni 2001 Junta membebaskan aktivis prodemokrasi dalam kerangka pembi-caraan rekonsiliasi dengan Suu Kyi.
Agustus 2001 Junta membebaskan dua anggota senior NLD, tapi memberlakukan tahanan rumah terhadap Suu Kyi.
November 2001 Junta membongkar rencana kudeta oleh keluarga Ne Win.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo