Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ISLAMABAD - Mantan bintang kriket, Imran Khan, yang beralih menjadi politikus, untuk sementara unggul dalam pemilihan umum Pakistan. Menurut hasil penghitungan sementara, dari 48 persen suara yang masuk, Partai Khan, Pakistan Tehreek-i-Insaf (PTI), unggul 113 dari 272 kursi di parlemen Majelis Nasional yang diperebutkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Partai Pakistan Muslim League-Nawaz (PML-N) pimpinan Shehbaz Sharif-partai besutan mantan Perdana Menteri Nawaz Sharif, terdakwa kasus korupsi-unggul di 64 daerah pemilihan. Adapun Pakistan People’s Party (PPP), yang dipimpin putra mendiang PM Benazir Bhutto, unggul di 43 konstituen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekretaris Komisi Pemilihan Umum Pakistan (ECP), Babar Yaqoob, mengatakan penghitungan sempat tertunda karena kegagalan sistem pelaporan elektronik. Akibatnya, penghitungan dilakukan secara manual. Hasilnya jatuh tempo pada Rabu pukul 2 pagi. Meski begitu, ia menegaskan tidak ada konspirasi ataupun tekanan terhadap hasil penghitungan. "Penundaan karena sistem transmisi," ujar Yaqoob.
Ketua Komisi Pemilihan Umum, Sardar Mohammad Raza, memastikan proses penghitungan dilakukan secara transparan. "Pemilihan 100 persen transparan dan adil. Hasil lengkap segera dirilis."
Sepanjang malam, pendukung Khan merayakan kemenangan. Sebagian besar orang yang bersuka-ria adalah anak-anak muda, yang menari-nari dengan suara drum yang dipukul-pukul dengan membawa bendera Tehreek-e-Insaf, bendera hitam dan hijau.
Khan, legenda pemain kriket, mengusung isu antikorupsi bagi kaum muda dengan janji-janji tentang Pakistan baru. Menurut PBB, 65 persen dari 200 juta warga Pakistan berusia di bawah 30 tahun.
Pemilu berlangsung dalam suasana takut dan mencekam karena saat pemilihan, aksi bom bunuh diri menewaskan 31 orang di sebuah tempat pemungutan suara (TPS) di Quetta, barat daya Pakistan.
Partai PML-N mengeluhkan dan menuding adanya keberpihakan militer terhadap partai PTI. Sekitar 371 ribu personel tentara ditempatkan di TPS di seluruh negeri, hampir lima kali jumlah yang dikerahkan dalam pemilu terakhir pada 2013. Militer Pakistan membantah tudingan mengganggu dalam politik.
Partai PML-N dan PPP, kedua partai rival PTI, menolak hasil sementara Komisi Pemilihan. "Ini bak tali-temali. Cara mandat mereka tidak bisa ditenggang," ujar Shehbaz. "Kami menolak hasil ini."
PPP juga menolak hasil sementara karena sejumlah saksi dari partainya diminta pergi saat penghitungan suara di sejumlah TPS. "Ini lonceng peringatan dan ancaman serius," kata senator PPP, Sherry Rehman. "Seluruh pemilihan bisa batal demi hukum, dan kami tidak menginginkannya."
Adapun Khan, 65 tahun, menolak tudingan bahwa ia mendapat manfaat dari campur tangan militer terhadap pesaingnya. Khan menjanjikan kesejahteraan bagi Pakistan. Dia berkampanye untuk menggulingkan elite politik yang menghambat pembangunan. Pakistan memiliki populasi hampir 200 juta dan merupakan pesaing India.
Moeed Yusuf, Wakil Presiden Asosiasi Center Asia di Institut Perdamaian Amerika di Washington, mengatakan bahwa tantangan utama bagi pemerintah berikutnya adalah krisis ekonomi.
Pemerintah baru berada dalam posisi yang tidak enak, dan terutama Imran Khan. Dia perdana menteri yang disukai untuk Pakistan, Cina, dan Amerika," katanya. Khan mengkritik perang yang dipimpin Amerika di negara tetangganya, Afganistan, serta investasi besar Cina di Pakistan yang menghabiskan jutaan dolar utang terhadap Beijing. BBC | REUTERS | ASSOCIATED PRESS | SUKMA LOPPIES
Dari Kriket ke Kursi Politik
PENGHITUNGAN hasil pemilu Pakistan 2018 telah bergulir. Imran Khan, mantan kapten tim kriket nasional Pakistan, Ketua Partai Pakistan Tehreek-i-Insaf (PTI), unggul sementara. Berikut ini profil singkat Imran Khan.
>> Bintang kriket internasional yang memimpin Pakistan memenangi Piala Dunia pada 1992.
>> Lulusan Universitas Oxford.
>> Menarik perhatian media karena gaya hidup playboy dan tiga kali menikah.
>> Membentuk Partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) pada 1996. Dia menghabiskan bertahun-tahun dalam perjalanan politiknya.
>> Mengusung isu antikorupsi dan politik dinasti dalam kampanye pemilihan presiden.
>> Partainya dituding mendapat manfaat dari dugaan campur tangan militer. Khan membantahnya.BBC (Diolah)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo