Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan sniper tentara Israel David Roytman menggunakan senjata api untuk membuat lukisan dengan menembak cat ke arah kanvas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Roytman menggunakan pistol untuk menembak kantong berisi cat, yang kemudian memercik ke kanvas papan kayu sehingga menciptakan karya seni. Di negara asalnya Ukraina, ia membuat lukisan dengan cara yang sama dengan menggunakan meriam tank era Perang Dunia Kedua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mantan penembak jitu tentara Israel David Roytman, yang menggunakan lapangan tembak langsung sebagai studio dan senjata api sebagai kuas untuk membuat karya seninya, memberi isyarat saat ia mengendarai Tank Tiger I era Perang Dunia Kedua sambil membuat salah satu karyanya, di wilayah Kyiv, Ukraina 27 April , 2021. Gambar diambil 27 April 2021. [REUTERS / Gleb Garanich]
Roytman, 42 tahun, menyebut metode melukis seperti itu sebagai cara untuk mengusir kenangan buruk dari pengalaman tempurnya di masa lalu.
"Ini penyembuhan saya dengan seni. Saat saya menembak - bukan pada orang, tidak dalam perang, tidak selama dinas militer - saya melakukan ini untuk, katakanlah, kesenangan, cara saya mengatakan sesuatu kepada dunia. Itu membuat saya merasa damai," kata Roytman, dikutip dari Reuters, 5 Mei 2021.
Orang-orang menyesuaikan kanvas saat mereka membantu mantan penembak jitu tentara Israel David Roytman, yang menggunakan lapangan tembak langsung sebagai studio dan senjata api sebagai kuas untuk membuat karya seninya, di wilayah Kyiv, Ukraina, 27 April 2021.[REUTERS / Gleb Garanich]
Di tengah percikan dan lubang yang dihasilkan, ia menyelipkan huruf-huruf dalam bahasa Ibrani, Inggris, dan Rusia, yang tampaknya secara acak, lantas mengajak orang yang melihat menebak sendiri kata-katanya.
Dua puluh karya yang tidak biasa telah terjual antara US$ 5.000 (Rp 72 juta) dan US$ 10.000 (Rp 144 juta), kata Roytman, yang juga merancang Judaica kelas atas, karya seni yang berkaitan dengan Yudaisme.
"Pesan seninya adalah setiap orang perlu berpikir, ketika mereka mengirim anak laki-laki mereka untuk berperang, untuk melindungi negara mereka - mereka perlu ingat bahwa ketika mereka kembali mereka membutuhkan dukungan," kata mantan sniper itu, menyinggung kesehatan mental para veteran.
REUTERS