Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Matinya pengunjung

Usaha pembunuhan terhadap 3 wartawan amerika yang mengunjungi kamboja sejak dikuasai komunis. richard dudman & elizabeth becker selamat, sedang malcolm caldwell tewas. (ln)

6 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WARTAWAN Richard Dudman dari koran St Louis Post, Missouri, Amerika, salah satu dari beberapa wartawan Barat pertama yang mengunjungi Kamboja sejak negeri itu dikuasai komunis, April 1975. Berada di Kamboja selama 2 pekan, melakukan perjalanan sejauh hampir 2000 kilometer, Dudman hampir saja menjadi sasaran peluru teroris tak dikenal pada dinihari 23 Desember. Sedikit petikan dari laporannya mengenai kejadian yang mengerikan itu. Kami menginap di sebuah perumahan pemerintah ketika serangan itu terjadi. Kunjungan dua pekan kami sudah hampir berakhir, dan esoknya kami akan terbang ke Peking. Jam 01.55 waktu setempat, tembakan pertama terdengar. Dalam menit-menit berikutnya seorang bersenjatakan pistol dan senapan mesin memuntahkan peluru ke arah saya dalam jarak dekat. Pistol diarahkan ke Elizabeth Becker dan Malcolm Caldwell mati tertembak. Seorang teroris tertinggal mati di pintu terbuka Caldwell. Kepalanya tertembus peluru, pistol dan senapan mesin di sisinya. Pihak pemerintah menyebut 3 teroris memasuki gedung bertingkat dua yang kami tempati di jalan Monivong 22, bagian kota yang ditinggalkan. Seorang pgabat pemerintah mengatakan teroris yang tertinggal mati itu membunuh dirinya sendiri. Orang kedua tertangkap, sedang seorang lagi berhasil lari. Yang mati itu menembak kepalanya sendiri setelah membunuh Caldwell. Di pihak pemerintah, dua pembantu luka-luka dan seorang prajurit tewas. Tioun Prasith, seorang pejabat Deplu, menggambarkan penembakan itu sebagai "tindakan politik untuk mendiskreditkan kami di mata dunia," serta memperlihatkan bahwa "kami tidak bisa mempertahankan keselamatan kawan-kawan kami." Katanya, teroris itu mengetahui arti penting kunjungan tiga orang Barat tersebut, dan bahwa pembunuhan atas diri mereka akan sangat merusak nama Kamboja. Kejadian itu menimbulkan pertanyaan, apakah Kurt Waldheim, Sekjen PBB, akan melanjutkan rencana kunjungannya ke Kamboja Januari. Juga rencana normalisasi hubungan Phnom PenhBangkok dipertanyakan setelah kejadian ini. Caldwell, 47 tahun, pengajar sejarah ekonomi Asia Tenggara di Universitas London. Dia juga editor Journal of Contemporary Asia dan penulis buku teri bitan 1973, Cambodia in the Southeast Asian War. Menlu Kamboja, Ieng Sary, dalam upacara singkat sebelum jenazah , Caldwell diterbangkan ke Peking, menyebut sarjana Inggeris itu sebagai sahabat Kampuchea, nama resmi negara tersebut. "Caldwell bekerja menyempurnakan hubungan Kampuchea dan dunia," katanya. Nona Becker, wartawan Washington Post, yang pertama melihat salah satu penyerang itu. Mendengar tembakan, ia keluar dari kamarnya yang berada di tingkat bawah. Tiba-tiba ia menemukan dirinya berhadapan dengan para penyerang yang berbaju kaos hitam. Orang itu bersenjatakan pistol dan senapan mesin serta berselempang peluru. Ia menodongkan pistol ke arah Elizabeth. "Tidak, jangan," teriak perempuan itu. Ia lari masuk kembali ke kamarnya, menutup pintu dn bersembunyi di kamar mandi. Saya sendiri -- tidur di tingkat atas - terbangun oleh suara tembakan yang rasanya dari rumah sebelah. Melalui jendela terlihat orang-orang lari hilir mudik di sekitar rumah. Paling sedikit seorang saya lihat membawa pistol. Berkesimpulan bahwa pengacau sudah terusir, saya keluar ke arah kamar Caldwell dan mengetuk pintunya. Ia membukanya. Lampu kamarnya menyala. Saya sarankan agar lampu dimatikan dan supaya kita tetap dalam kamar. Saya kembali ke kamar saya. Di ujung jalan di belakang rumah, terlihat seorang anak muda membawa 3enapan mesin dan sepucuk pistol, sedang di tubuhnya melilit peluru. Saya segera menutup pintu, tapi ia melihat saya dan menembak dari jarak 20 kaki. Saya meloncat ke dalam, menutup pintu dan tiarap di lantai setelah mematikan lampu. Ia menembak pintu dua kali. Tiarap dalam kamar yang gelap saya merasakan ketakutan yang sebelumnya belum pernah saya alami. Saya tak tahu apa yang terjadi atas diri teman-teman saya. Kami semua setiap saat bisa terbunuh, begitu yang terfikir saat itu. Selama menanti sebelum datangnya pejabat pemerintah, saya berkesimpulan bahwa sebuah perebutan kekuasaan sedang terjadi. Andai kata betul demikian, tidak ada kekuasaan yang bisa melindungi dan mengeluarkan kami dari Kamboja. Setelah satu setengah jam, beberapa orang berjalan masuk ke halaman. Beberapa menit kemudian pintu saya diketok. Tiga pejabat pemerintah berdiri di sana ketika pintu saya buka. Mereka tersenyum, mencoba meyakinkan saya sebelum memeriksa seluruh penjuru kamar. Seluruh rumah diperiksa. Baru beberapa jam kemudian Prasith tiba. Ia menjelakan bahwa Nona Becker selamat, tapi Caldwll tewas. Kami berdua diminta datarlg menyaksikan jenazah. Malam itu juga kami dipindahkan ke tempat lain. Di sana kam,i sibuk menulis pernyataan hingga pagi. Pejabat di sana menjelaskan bahwa kami dijaga tiga tentara. Dijelaskan pula bahwa sejam setelah terjadinya tembakan, pasukan pemerintah mengepung rumah penginapan kami hingga datang pejabat yang lebih tinggi. Teroris yang tertangkap itu masih berkeliaran di rumah atau di kebun ketika pasukan pemerintah datang. Prasith menjelaskan bahwa penyerang yang tertangkap atau yang mati, semuanya tidak dikenal identitasnya. Ia menggambarkan orang-orang itu sebagai agen musuh. Yang mati nampaknya orang Kamboja. Menlu leng Sary berjanji akan menelpon isteri Caldwell dan akan mengundangnya ke Peking supaya bisa menyertai jenazah suaminya dalam penerbangan ke London. Kejadian itu nampaknya akan menunda berduyun-duyunnya pengunjung Barat ke Kamboja. Tapi ketika berkendaraan ke lapangan terbang Pocenthong, kami melihat sejumlah sedan mengangkut tamu yang baru saja mendarat. Mereka itu tiba dengan penerbangan mingguan dari Peking dan kelihatan tidak begitu sadar akan tragedi yang baru terjadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus