Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Memburu Hantu Pembunuh

Jumlah tersangka pembunuh Mahmoud al-Mabhouh menjadi 26 orang, sejak pekan lalu. Inggris, Irlandia, dan Australia marah besar karena Israel mencatut paspor sejumlah warga negara mereka.

1 Maret 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERSELIP di deretan kantor kedutaan, rumah tiga lantai di Jalan Elgin 6, Ballsbridge, Dublin, itu jauh dari kesan menonjol. Tembok bata merahnya sudah kusam. Rumput tumbuh liar di halaman. Pagar besinya tertutup rapat oleh tanaman merambat. Sudah sepuluh tahun rumah itu tak berpenghuni.

Maka betapa terkejutnya keluarga James Reynolds, sang pemilik, ketika ada orang mengaku tinggal di rumah itu. "Kami benar-benar kaget dan ketakutan," kata John Reynolds, putra James, pekan lalu. Bagaimana dia tidak terperanjat: Kevin Daveron, orang yang mencatut alamat rumahnya, menjadi tersangka pembunuhan Mahmoud Abdel Rauf al-Mabhouh di Dubai, Uni Emirat Arab, sekitar 6.000 kilometer dari Dublin-ibu kota Republik Irlandia.

Daveron, yang menggunakan paspor Irlandia, terbang dengan pesawat Air France dari Paris menuju Dubai pada 19 Januari dini hari. Bersama pasangannya, Gail Folliard, dia menginap di Jumeirah Emirates Tower, hotel bintang lima, 56 lantai, di jantung kota Dubai. Daveron membayar sewa kamar 3.578 dirham (Rp 9,1 juta) dengan uang tunai.

Sementara Daveron mencatut alamat, Folliard menggunakan alamat fiktif ketika mendaftar di Hotel Jumeirah, yakni Jalan Memmier 78, Dublin. Keduanya menginap di hotel itu hanya setengah hari. Dan 24 jam setelah mendarat di Dubai, mereka terbang kembali ke Paris. Menteri Luar Negeri Irlandia Michael Martin memastikan kedua paspor yang digunakan Daveron dan Folliard palsu.

Mahmoud al-Mabhouh ditemukan tewas di kamar 230 Hotel Al-Bustan Rotana, tak jauh dari bandara internasional Dubai, 20 Januari lalu. Berdasarkan video kamera pengawas Hotel Al- Bustan di bandara Dubai, beberapa hotel lain serta pusat-pusat belanja, kepolisian Dubai menetapkan sebelas orang tersangka pelaku pembunuhan Mabhouh. Mereka berasal dari Inggris, Irlandia, Jerman, dan Prancis.

Namun, Rabu pekan lalu, Kepala Kepolisian Dubai Letnan Jenderal Dhahi Khalfan Tamim menambahkan 15 tersangka baru, termasuk 3 warga Australia. Jumlah tersangka meningkat jadi 26 orang, 6 di antaranya perempuan.

Biaya tiket pesawat dan hotel sebagian besar mereka bayar dengan 14 kartu kredit yang dikeluarkan oleh Meta Bank, sebuah bank kecil di Storm Lake, Iowa, Amerika Serikat. Kepolisian Dubai juga tengah menelisik keterlibatan Payoneer Inc., perusahaan jasa keuangan yang berkantor pusat di New York. Berdasarkan keterangan di laman Internetnya, Payoneer bermitra dengan Meta Bank dalam menyediakan layanan kartu kredit. Payoneer memiliki kantor riset di Tel Aviv, Israel. Bosnya, Yuval Tal, adalah mantan prajurit di kesatuan elite militer Israel.

Menurut salah satu sumber yang dikutip Palpress, kantor berita Palestina, beberapa pekan sebelum pembunuhan, petinggi Hamas menerima pesan dari salah satu penyelundup senjata. Dia meminta Hamas mengirim Mabhouh ke Dubai untuk membicarakan bisnis senjata. Mabhouh, 50 tahun, memang sering disebut sebagai salah satu pemasok senjata bagi pejuang Hamas di Gaza. Dia diduga menjadi penghubung Hamas dengan Garda Revolusi Iran.

Apa benar Mabhouh ke Dubai untuk urusan transaksi senjata? "Saya tidak tahu," kata Khalfan Tamim. Dia menepis kemungkinan bahwa tujuan akhir Mabhouh sebenarnya Iran. "Setiap hari ada penerbangan langsung dari Damaskus ke Teheran," ujar Tamim. Para pemimpin Hamas, menurut dia, selalu menggunakan penerbangan langsung. Di tangan Mabhouh ditemukan tiket penerbangan ke Cina, yang dilanjutkan ke Sudan.

l l l

Telunjuk Khalfan Tamim menuding Mossad, badan intelijen Israel, sebagai dalang pembunuhan. "Jika tidak seratus persen, saya yakin 99 persen," kata Tamim, dua pekan lalu. Modus memalsukan paspor negara lain sudah berulang kali dipakai dalam berbagai operasi Mossad. Pada 1997, dalam percobaan pembunuhan Khalid Mishal (sekarang Kepala Biro Politik Hamas) di Amman, Yordania, dua agen Mossad menggunakan paspor Kanada. Enam tahun lalu, dua agen Mossad ditangkap saat berusaha mencatut identitas warga Selandia Baru untuk membuat paspor.

Dalam operasi "Murka Tuhan" pada 1972, badan intelijen Israel itu juga menggunakan paspor asing dalam memburu sejumlah petinggi PLO. Dalam operasi ini, Israel ingin melenyapkan para pejabat PLO yang bertanggung jawab atas pembunuhan para atlet Israel di Olimpiade Muenchen, Jerman. Hollywood kemudian mengangkat peristiwa itu ke layar perak melalui film Munich.

Sebagian nama tersangka yang dilansir kepolisian Dubai kebetulan tinggal di Israel. Namun mereka membantah ada kaitan dengan pembunuhan Mabhouh. "Saya shock," kata Daniel Korman, 34 tahun, yang berjualan alat musik di Tel Aviv. Daniel, yang ada dalam daftar 15 tersangka terbaru, pindah dari Australia ke Israel bersama keluarganya ketika masih kecil. "Yang ada di paspor itu terang bukan foto anak saya," kata Sarah Bruce dengan berang. Dia ibu Bruce Joshua Daniel Korman. Sarah tinggal di Melbourne, Australia, sementara Joshua Daniel menetap di Yerusalem sejak sepuluh tahun lalu.

Pencatutan identitas itu membuat hubungan Israel dengan negara-negara yang paspor warganya dipalsukan memanas. Apalagi bagi Inggris. Ini bukan pertama kalinya paspor warga negaranya "dipinjam" dalam operasi yang diduga didalangi Mossad. Pada 1987, agen Mossad tertangkap tangan menggunakan paspor Inggris dalam operasi pembunuhan tokoh militan Palestina, Naji Ali. Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher marah besar dan mengusir semua agen Mossad di Inggris. Pemerintah Israel kemudian meminta maaf dan berjanji tak akan lagi mencatut paspor Inggris.

Menteri Luar Negeri Inggris David Miliband, Menteri Luar Negeri Australia Stephen Smith, dan Menteri Luar Negeri Irlandia Michael Martin meminta Israel bekerja sama dengan mereka mengungkap pemalsuan paspor itu. Kepada Duta Besar Israel Yuval Rotem, Smith menegaskan, "Jika hasil investigasi membuktikan pemalsuan paspor disponsori Israel, itu jelas bukan tindakan seorang teman."

Seperti biasa, Mossad hanya membisu. Tak secuil pun bantahan atau pembenaran keluar dari mulut Meir Dagan, bos Mossad. Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman pun hanya mengatakan tak ada bukti yang menunjuk langsung hidung mereka terkait dengan pembunuhan Mabhouh. Bahkan dia mengatakan mereka yang menuding Israel, "terlalu banyak membaca cerita fiksi dan menonton film spionase".

Pembunuhan Mahmoud al-Mabhouh diduga sudah lama direncanakan. Pertengahan tahun lalu, salah satu tersangka, Michael Bodenheimer, datang ke kantor imigrasi Cologne, Jerman. Kepada petugas, dia meminta dibuatkan kartu penduduk dan paspor Jerman. Sebagai bukti, dia menyodorkan paspor Israel beralamat di Tel Aviv dan buku perkawinan orang tuanya di Jerman. Sebagai anak warga Jerman, dia berhak menyandang paspor negeri itu. Paspor Jerman milik Bodenheimer keluar pada Juni 2009.

Sepanjang tahun lalu, beberapa nama di daftar tersangka juga tercatat bolak-balik ke Dubai dengan paspor aspal. Melvyn Adam Mildiner yang memegang paspor Inggris, misalnya, November lalu tiba di Dubai dari Milan, Italia. Dia hanya sehari di Dubai dan segera terbang ke Johannesburg.

Tersangka lain, Stephen Daniel Hodes, dua kali tercatat di imigrasi bandara Dubai. Pertama, pada 6 Juni, saat dia datang dari Dusseldorf, Jerman. Kedua kalinya pada 8 November lalu, tatkala dia terbang dari Milan dan pulang lewat Johannesburg. "Orang itu pasti bukan saya," Hodes membantah. Menurut Hodes, selama dua tahun terakhir dia tak pernah keluar dari Israel. Mildiner setali tiga uang. Pria yang sekarang tinggal di Beit Shemesh, kota kecil di pinggiran Yerusalem, mengaku tak pernah menginjakkan kaki di Dubai.

Walaupun geng pembunuh ini tampak ceroboh dengan terang-terangan menampakkan wajah di kamera pengawas, menangkap mereka ternyata bukan soal gampang. Hingga akhir pekan lalu, setelah hampir satu setengah bulan mayat Mabhouh ditemukan, belum satu pun dari 26 tersangka itu dibekuk.

Sapto Pradityo (Irish Times, Gulf Times, Der Spiegel, Guardian, The Age)


Darimana dan Kemana Tersangka

ZURICH, Swiss(18 Januari)

Evan Dennings (Irlandia)
Eric Rassineux (Prancis)
Bruce Joshua Daniel (Australia)
David Bernard Lapierre (Prancis)
Chester Halvey (Irlandia)
Ivy Brinton (Irlandia)
Anna Shauna Clasby (Irlandia)
Peter Elvinger (Prancis)
 DUBAI Zurich
Hongkong -> Zurich
Hongkong -> Zurich
Hongkong -> Zurich
Zurich
Zurich
Zurich
Doha -> Zurich

ROMA, Italia (18 Januari)

Philip Carr (Inggris)
Adam Korman (Australia )
Daniel Marc Schnur
Jonathan Louis Graham
Melvyn Adam Mildiner
Stephen Daniel Hodes
 DUBAI Roma
Hongkong -> Roma
Roma
Hongkong -> Roma
Johannesburg -> Amsterdam
Johannesburg -> Amsterdam

PARIS, Prancis (19 Januari)

Gail Folliard (Irlandia)
Kevin Daveron (Irlandia)
 DUBAI Paris
Paris

FRANKFURT, Jerman (19 Januari)

Michael Lawrence Barney (Inggris)
James Leonard Clarke (Inggris)
Stephen Keith Drake (Inggris)
Paul John Keeley (Inggris)
Michael Bodenheimer (Jerman)
Melanie Heard (Prancis)
 DUBAI Frankfurt
Frankfurt
Hongkong -> Zurich
Hongkong -> Frankfurt
Hongkong -> Frankfurt
Hongkong -> Zurich

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus