Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ACARA minum teh Ratu Elizabeth II di Kastil Windsor, Inggris, Ahad sore dua pekan lalu terhenti mendadak. Tiga anggota dewan penasihat kerajaan, George Osborne, Danny Alexander, dan Sir George Young, datang menghadap Ratu. Ada perkara genting. Diduga terjadi transfer dana senilai 3 miliar euro dari pemimpin Libya, Muammar Qadhafi, kepada manajer pribadinya di Bank Mayfair London.
Dewan penasihat meminta Inggris segera merespons resolusi nomor 170 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Resolusi itu menetapkan sanksi internasional terhadap Libya, termasuk embargo senjata, pembekuan aset, dan larangan perjalanan.
Pukul 17.15 sore itu, rapat darurat memutuskan Inggris membekukan seluruh aset Qadhafi. Kekayaan milik putra-putrinya, Saiful Islam, Hannibal Muammar, Khamis Muammar, Mutassim, dan Aisha Muammar, ikut “diamankan”.
“Saya mengambil tindakan hari ini untuk membekukan aset Kolonel Qadhafi dan keluarganya atau yang bertindak atas nama mereka,” kata Osborne, yang juga Menteri Keuangan. “Saya memutuskan melaksanakan resolusi PBB di Inggris secepat mungkin, sebelum pasar keuangan dibuka,” dia menambahkan. “Ini adalah pesan yang kuat untuk rezim Libya bahwa kekerasan terhadap warganya tidak dapat diterima.”
Tidak hanya Inggris, beberapa lembaga keuangan di Amerika menutup akses dana senilai US$ 30 miliar milik keluarga Qadhafi. Ini adalah pembekuan dana asing terbesar dalam sejarah Amerika. Pejabat Kementerian Keuangan mengatakan sebagian aset yang dibekukan adalah milik Bank Sentral dan Otoritas Investasi Libya. Amerika yakin Bank Sentral Libya mempunyai lebih dari US$ 100 miliar cadangan mata uang asing di seluruh dunia, sementara Lembaga Investasi Libya memiliki lebih dari US$ 70 miliar.
Langkah serupa dilakukan Uni Eropa. Mereka telah memutuskan menjatuhkan sanksi terhadap keluarga Qadhafi dan lebih dari 20 pejabat tinggi Libya. Jerman menghendaki tindakan lebih jauh, dengan mengusulkan embargo ekonomi selama 60 hari untuk mencegah Qadhafi menggunakan pemasukan dari minyak dan lain-lain buat menindas rakyatnya.
Selama bertahun-tahun, Qadhafi dan anak-anaknya merajai Libya. Saiful Islam, anak keduanya, yang berpendidikan Barat, adalah yang paling terkenal. Dia calon penerus ayahnya, sebelum gelombang protes menyerbu Libya bulan lalu. Saiful, 38 tahun, menyebut dirinya pembaru dan mengklaim dekat dengan Duke of York, Peter Mandelson, dan Tony Blair.
Saiful Islam biasa hidup mewah dan menjadi bagian kaum sosialita London. Dia dan saudara-saudaranya dilaporkan pernah membayar lebih dari US$ 600 ribu untuk mengundang Mariah Carey, Beyoncé, dan Usher menyanyi di pesta ulang tahun mereka.
Dia memiliki rumah senilai 10 juta pound sterling di Hampstead, London Utara—lengkap dengan bioskop pribadi dan kolam renang. Rumah itu dibeli pada 2009 oleh sebuah perusahaan induk yang terdaftar di British Virgin Islands. Dia memelihara singa dan memiliki beberapa ekor elang untuk kesenangannya berburu.
Pekan lalu, Inggris berhasil menggagalkan perpindahan mata uang Libya senilai 900 juta pound sterling. Uang yang baru dicetak dan disimpan di sebelah timur Inggris itu akan dipindahkan ke Tripoli. Butuh lima mobil SUV untuk mengangkut tumpukan uang kertas tersebut ke bandar udara.
Bankir Libya yang berbasis di Jenewa, Swiss, telah memperingatkan akan adanya pengalihan aset ilegal dan pengalihan logam mulia milik Libya di Uni Eropa dan Amerika. Aksi ini tentu melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. “Itu hanya awal dari serangkaian operasi yang akan dilakukan Otoritas Investasi Libya (LIA) untuk melindungi Qadhafi,” kata Mona Omar, pengawas investasi ilegal Libya.
Omar mengatakan kepada Gulf News, LIA menjadi perantara operasi keuangan ilegal Muammar Qadhafi dan keluarganya di luar negeri. LIA telah bertugas mengelola aset senilai US$ 50-70 miliar. LIA juga terlibat dalam operasi untuk kepentingan Saiful Islam sejak dibentuk pada Agustus 2006. Bila pemerintah Inggris dapat membuktikan Qadhafi atau anak-anaknya telah memerintahkan LIA berinvestasi di Inggris, aset tersebut dapat dibekukan dan aksesnya ditolak.
Ninin Damayanti (Financial Times, Guardian, Al-Jazeera, BBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo