Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada akhirnya, Uncle Bill turun tangan juga. Dengan rambut perak dan senyum penuh pesonameski dunia tahu betapa lihainya dia berbicaramantan presiden dari Partai Demokrat ini berpidato pada pembukaan Konvensi Nasional Partai Demokrat (DNC) di Boston, Massachusetts, Senin silam. Mantan presiden yang menjabat selama dua periode (1992-2000) itu menggelegakkan adrenalin ribuan peserta konvensi agar melupakan kekalahan pahit Partai Demokrat di tahun 2000, ketika Bush hanya unggul 1.784 suara atas Al Gore, kandidat Demokratwakil Clinton selama di Gedung Putih.
Clinton, yang berbicara selama 25 menit pada konvensi pertama setelah tragedi 11 September itu, bahkan tak segan mengorek kekurangannya sendiri ketika berujar, "Saat perang Vietnam berlangsung, banyak pemuda termasuk presiden sekarang, wakil presiden (maksudnya Bush dan Cheney), dan saya yang harusnya pergi ke sana, tetapi kenyataannya tidak. John Kerry berbeda. Dia malah berkata, 'kirim saya.' Ia menjelajahi rawa-rawa sungai di Vietnam dan menyelamatkan banyak nyawa." Ini taktik kampanye luar biasa. Masyarakat cenderung lebih simpati pada kejujuran.
Menurut anggota delegasi konvensi dari South Dakota, Jim Burg, Clinton adalah pembicara yang fantastis. Namun, suasana menjadi lebih emosional ketika mantan anggota pasukan Kerry di Vietnam memberi kesaksian. "Seisi gedung menangis mendengar orang itu berterima kasih kepada Tuhan karena telah memberi mereka komandan, seorang John Kerry, yang mampu membawa mereka pulang selamat ke rumah," ujar Burg seperti dikutip harian lokal Plainsman, yang terbit di South Dakota.
Ihwal heroisme ini memang menjadi salah satu isu kunci kubu Demokrat untuk menghantam kegemaran Bush mengirimkan warganya ke medan perang Afganistan dan Irak, namun ia sendiri tak memiliki jejak rekam (track record) yang baik sebagai seorang warga yang patuh pada kebijakan wajib militer. Bukti paling mutakhir terungkap dalam film dokumenter garapan Michael Moore, Fahrenheit 9/11.
Bahkan, untuk menunjukkan kapasitas Kerry di bidang militer sekaligus kepantasannya menjabat panglima tertinggi, konvensi ini tak cuma menampilkan veteran Perang Vietnam, tapi juga sejumlah mantan jenderal seperti Wesley Clark, mantan Panglima NATO, dan John M. Shalikashvili, mantan Kepala Staf Gabungan.
Konvensi juga menampilkan bintang baru Demokrat dari kalangan Afro-Amerika yang sedang bersinar, Barack Ohama, juga Pendeta Jesse Jackson dan Al Sharpton, yang dengan keras menyatakan Partai Republik sudah lama meninggalkan aspirasi kulit hitam sehingga mereka menggantungkan harapan pada Partai Demokrat.
Optimisme kubu Demokrat memang sedang dalam titik puncak. Apalagi, menjelang konvensi dibuka, Kerry sudah meraup dana kampanye US$ 186,2 juta, sebuah rekor karena ini adalah jumlah yang lima kali lebih besar dari perolehan para calon Partai Demokrat sebelumnya. Jumlah ini memang belum mendekati perolehan mesin uang Bush, yang sedikitnya US$ 228 juta.
Sumber pundi-pundi Kerry sekarang sekaligus mengembangkan peta calon pemilihnya nanti. Harian The Washington Post menulis, pengadilan dan firma hukum merupakan kontributor terbesar. Setelah itu, disusul kalangan akademi dan ilmuwan, perfilman, serta komunitas gay dan lesbian. "Saya sangat terganggu dengan gaya kepemimpinan Bush yang makin teokratis dengan selalu mengutip kitab suci dalam setiap pidatonya," tutur Thomas Anderson, seorang warga dari Baton Rouge. Selama hidupnya, Thomas mengaku maksimal hanya menyumbang US$ 20 kepada kandidat pilihannya. Namun, kali ini ia menyumbang US$ 300 untuk Kerry lewat Internet dan masih akan memberi donasi sampai US$ 1.000.
Di luar dana kampanye, perbedaan lainnya untuk pemilu kali ini adalah bahwa 79 persen pemilih sudah menentukan pilihan, berdasarkan survei yang dilakukan The New York Times/CBS News. Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2000, yang hanya mencatat 64 persen.
Persoalan bagi Kerry saat ini adalah bagaimana memanfaatkan 100 hari terakhir menjelang suara pemilih diberikan. Inilah sinyal yang juga diutarakan calon wakilnya, John Edwards, dalam pidatonya. "Antara hari ini dan November, Anda, rakyat Amerika, dapat merengkuh politik harapan tentang apa yang mungkin, karena inilah Amerika, tempat segalanya mungkin."
Akmal Nasery Basral (APF, AP, The Washington Post, The New York Times)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo