Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ramai-Ramai Menderma Kerry

Sumbangan dana untuk kampanye John Kerry tiba-tiba melejit. Sebagian besar uang datang dari golongan akar rumput.

2 Agustus 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Percaya atau tidak, semboyan hidup John Forbes Kerry ternyata sama dengan slogan satu merek sepatu terkenal. "Just do it." Sudah, kerjakan saja! Paling tidak, itulah yang dicatat oleh Laurie, pemilik buku harian maya dalam Kerry-Edwards Blogger. Laurie mengaku kesengsem pada Kerry gara-gara filosofi itu. "Dia mempunyai filosofi itu, just do it, selesaikan segala soal dengan baik," demikian Laurie menulis. Maka, wanita ini pun berkenan menyisihkan US$ 100 uangnya untuk menyokong Tuan Kerry menuju Gedung Putih.

Sokongan dana kepada John Kerry-John Edwards kian meningkat sejak pekan lalu, tepatnya setelah konvensi Partai Demokrat di Boston meresmikan pasangan di atas sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) dalam pemilu, November mendatang. Tapi tren kenaikannya sudah terasa sejak April silam.

Menurut data yang dilaporkan ke Komisi Pemilihan Umum Amerika (EFC) akhir Maret silam, Kerry hanya mendapat dana US$ 72 juta (sekitar Rp 648 miliar). Bandingkan dengan kas calon Partai Republik, George Walker Bush, yang hampir menohok angka US$ 200 juta. Tapi, dalam waktu tiga bulan, dana kampanye Kerry melejit tiga kali lipat hingga US$ 186 juta, sementara kocek Bush tidak bergerak dari US$ 227 juta.

Rekor ini membalap jumlah dana yang pernah dicapai Bill Clinton dan George Bush dalam rentang waktu pengumpulan yang sama—sekitar tiga bulan. Penyumbang kelas kakap sudah pasti banyak, dari ribuan hingga ratusan ribu dolar. Tapi, satu hal, jangan remehkan dompet warga akar rumput Amerika.

Menurut Mary Beth Cahil, manajer kampanye Kerry, hingga pertengahan Juli lalu, lebih dari 400 ribu warga Amerika telah menyumbang ke kas mereka. Lebih dari 90 persen penderma mengirimkan US$ 100. Bandingkan dengan penyokong Bush yang sama-sama berasal dari kelompok akar rumput. Jumlah mereka sekitar 262 ribu orang dengan angka saweran mencapai US$ 360 per orang.

Tentu saja, para donatur kelas kakap juga digalang habis-habisan. Umpama, dengan menggelar jamuan makan malam serta berbagai acara khusus. Membuka situs Internet juga menjadi satu cara populer untuk memperkenalkan para jago dari tiap kubu sekaligus meminta "dana dan doa". John Kerry, umpamanya. Melalui situsnya, JohnKerry.com, dia meraup sumbangan hingga US$ 57 juta.

Berasal dari kelas menengah atas, Kerry cukup mengenal "anatomi kaum elite", termasuk bagaimana merayu mereka supaya membuka pundi-pundi uang. Yakni, tampil sebagai "bagian dari elite". Dan ini tidak sulit bagi Kerry. Di masa mudanya, pria kelahiran Denver 11 Desember 1943 itu belajar di sekolah kalangan atas seperti St. Paul dan Yale. Dia pernah menjadi teman berlayar almarhum Presiden John Kennedy. Teresa Heinz, istri keduanya, adalah miliarder yang punya kekayaan US$ 1 miliar—sekitar Rp 9 triliun.

Para relasi mereka yang hartawan tak segan-segan menggelontorkan saweran besar kepada Mister Kerry. Dalam jamuan makan di rumah Joe Reiter, pengacara kriminal di Florida, Kerry mampu menyedot uang dari saku para undangan sebesar US$ 250 ribu hanya dalam hitungan jam. Calon presiden dari Partai Demokrat ini memang perlu banyak duit. Menurut catatan EFC, John Kerry lebih banyak mengeluarkan ongkos kampanye ketimbang saingannya, George W. Bush.

Tapi, para manajer kampanye Kerry yakin "semua akan selesai dengan baik". Jadi? "Just do it," kata Kerry. Maka, mereka pun kian percaya, sokongan masih akan mengalir deras hingga 2 November 2004, saat pemilihan presiden dilangsungkan. Kubu Demokrat sampai membikin target: seusai konvensi Partai Demokrat, mereka harus bisa menggalang lagi uang senilai US$ 140 juta.

John Forbes Kerry memang bukan JFK, John Fitzgerald Kennedy—presiden "berdarah biru" yang legendaris dalam hal memikat hati Amerika. "Namun, Kerry adalah kandidat potensial yang akan mampu menyandingkan dirinya dengan John Edwards di Gedung Putih," demikian ditulis mingguan The Economist. Paling tidak, potensi John Kerry sudah terbukti untuk satu hal yang esensial: membikin warga Amerika ikhlas membuka dompet lebih lebar untuk menyokong dirinya.

Johan Budi S.P. (Washington Post, AP, JohnKerry.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus