Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tukar Tambah ala Sharon

Ariel Sharon mengosongkan permukiman Yahudi di Jalur Gaza. Sebagai gantinya, dia menggusur wilayah baru di Tepi Barat. Keputusan ini ditentang keras oleh warganya sendiri melalui demonstrasi terbesar dalam sejarah Israel.

2 Agustus 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yael Better nama bocah perempuan itu. Usianya baru enam tahun—boleh jadi terlalu muda untuk mengambil bagian dalam peristiwa sebesar itu: menjadi penutup pagar betis manusia sepanjang 90 kilometer. Hari Sabat baru saja lewat ketika bersama kakek dan neneknya, Yitzchak dan Shlomit Shami, Yael Better dibawa ke luar rumah. Di jalanan, para kerabat dan handai-taulan sudah tumpah-ruah dari lingkungan tempat tinggal mereka di Gush Katif.

Sepanjang hari itu, Ahad dua pekan silam, Yael Better bersama 200 ribu warga Yahudi di Jalur Gaza memecahkan satu rekor dalam sejarah Israel: menggelar demo terbesar terhadap keputusan pemerintah Tel Aviv. Perdana Menteri Ariel Sharon memutuskan akan mengosongkan 21 wilayah permukiman Yahudi di Jalur Gaza dan empat wilayah lain di Tepi Barat (lihat infografik, Tak Usai Mengerat Palestina). Warga Yahudi di Gaza, yang telah mendiami wilayah itu jauh sebelum Israel mendapatkan tanah air pada 1948, menolak mati-matian keputusan Sharon.

Mereka tidak sudi dicerabut dari akarnya di Gaza. Seperti halnya keluarga Shamir tak rela meninggalkan rumah mereka di Gush Katif—tempat Yael Better dilahirkan. Mereka berdemo dan mendaraskan doa. Dengan jari-jarinya yang mungil, Yael menyelipkan sehelai kertas bertuliskan bait-bait doa ke dalam Tembok Barat Yerusalem: "Tuhan, batalkan keputusan pengusiran orang Yahudi dari rumah mereka di bumi Israel."

Evakuasi tersebut sekarang baru mencapai tahap persiapan. Eksekusinya diperkirakan dimulai pada Maret-Desember 2005. Mendengar hal itu, kontan saja warga Yahudi baik di Gaza maupun di Tepi Barat bagai tersengat bara. Para pemuka permukiman langsung bermusyawarah. Hasilnya? Mereka bertekad mengumpulkan 1,2 juta tanda tangan pe-tisi anti-evakuasi. Puluhan ribu relawan akan turun bergerilya dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan tanda tangan tersebut.

Tapi Ariel Sharon bergeming dengan rencana itu, yang ia cetuskan pada Desember lalu. Zona industri Erez di bagian utara Jalur Gaza sedang ditimang-timang sebagai lokomotif pengosongan 21 permukiman Yahudi di Jalur Gaza, berikut tentara pelindung mereka. Sharon bersikeras memboyong ke luar 7.000 pemukim di sana. "Israel tak bisa berada di Jalur Gaza selamanya," ia berkilah.

Para penggiat gerakan perdamaian Israel tak sulit menemukan rahasia di balik keputusan Sharon. Dan rahasia itu terjawab di Tepi Barat. Di sana, Sharon menggenjot pembangunan ribuan rumah di sejumlah permukiman besar. Dia juga tancap gas mengekspansi titik-titik permukiman liar (biasa disebut outpost) yang bahkan diharamkan Undang-Undang Israel. Simaklah hasil pantauan Settlement Watch, sebuah kelompok perdamaian Israel. Dalam tiga bulan hingga Mei lalu, luas permukiman di Tepi Barat tumbuh sampai 26 hektare.

Sharon mengakui hanya ada 28 titik liar. Dalam catatan Settlement Watch, ada 91 titik liar—51 di antaranya dibangun selama pemerintahan Sharon. Titik-titik liar itu kelak amat berguna sebagai penyambung antar-permukiman. Satu contoh: Menteri Pertahanan Israel, Shaul Mofaz, bulan lalu memerintahkan penyusunan rencana ekspansi cepat blok permukiman Etzion dekat Bethlehem. Mofaz meyakinkan para pemimpin permukiman bahwa ekspansi dua blok besar lain di Tepi Barat, Ariel dan Ma'ale Adumim, yang mencaplok wilayah Palestina, akan diteruskan.

Pekan lalu, pemerintah Sharon juga menyetujui ekspansi Efrat. Kawasan itu akan melibas Walaja, yang tadinya desa milik Palestina. "Tanah itu diserobot Jewish National Fund," kata Jeff Halper, aktivis penentang ekspansi permukiman. Menurut Halper, pemerintah berniat meluaskan wilayah Ma'ale Adumim, sebelah timur Yerusalem, untuk membangun rumah bagi sekitar 70 ribu warga Yahudi.

Ke arah timur, ekspansi akan diteruskan hingga Mitzpe Jericho, yang didiami 1.500 jiwa. Dalam bayangan Halper, ekspansi ini akan menembus jalur penghubung dari Yerusalem ke Ma'ale Adumim, dan dari Ma'ale Adumim ke Mitzpe Jericho. Semuanya akan terangkum dalam wilayah Yerusalem. "Yerusalem sedang ditranformasi dari sebuah kota menjadi wilayah," kata Halper.

Sharon memang tidak main-main. Tapi, para penentangnya di Gaza juga pantang mundur. Para petinggi kepolisian, dinas keamanan Shin Bet, dan kalangan elite politik telah mengingatkan Sharon akan akibat buruk yang mungkin timbul. Kaum ekstremis Yahudi, menurut koran Ha'aretz, mungkin tengah merancang pembunuhan Sharon. Tempat-tempat suci umat Islam, termasuk Masjid Al-Aqsa, bisa juga kena sasaran bom. Tujuannya tunggal: menggagalkan inisiatif Sharon.

"Kami merasakan tingginya tingkat ancaman di Temple Mount dari kaum Yahudi fanatik," kata Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel, Tsahi Hanegbi. Skenario pembalasan pada Sharon itu antara lain dengan menjatuhkan pesawat tanpa awak bermuatan bahan peledak ke Temple Mount. Atau, serangan bunuh diri saat umat Islam melakukan salat di Masjid Al-Aqsa. Ehud Yatom, tokoh garis keras Partai Likud di Knesset (parlemen Israel), mengaku miris mendengarkan selentingan ancaman balas dendam tersebut.

Serangan semacam itu, menurut Yatom, bisa memicu kebangkitan seluruh dunia Islam melawan negara Israel dan dunia Barat lewat sebuah perang agama. Dalam bahasa yang lebih seram, Yatom menyebutkan: "Bisa pecah Perang Dunia III."

Yanto Musthofa (Guardian, BBC, Ha'aretz, Settlement Watch)


Tak Usai Mengerat Palestina

Dalam proposal evakuasi Sharon, dicantumkan pengosongan empat lokasi permukiman Yahudi di Tepi Barat. Tapi pengeratan wilayah secara sistematis oleh pemerintah Israel terus berlangsung. Peta wilayah itu dibelah tiga garis sejajar utara-ke-selatan. Garis-garis imajiner itu membagi Tepi Barat menjadi tiga wilayah plus area Yerusalem.

Lajur Timur:

  • Meliputi Lembah Yordan dan pantai Laut Mati.
  • Menampung sekitar 5.400 pemukim Yahudi.
  • Efeknya bagi warga Palestina adalah tertutupnya akses sumber daya utama kehidupan: tanah dan air.

Lajur Tengah:

  • Terdiri atas pegunungan yang membelah Tepi Barat.
  • Populasi pemukim Yahudi di lajur ini sekitar 34 ribu jiwa.
  • Dengan dalih melindungi pemukim, militer Israel membatasi secara ketat gerak warga Palestina di sepanjang jalan ini. Akibatnya, potensi urban beberapa kota utama Palestina (Hebron, Ramallah, Nablus, dan Jenin) dibonsai tanpa ampun.

Lajur Barat:

  • Dekat dengan Garis Hijau dan pusat-pusat urban utama Israel.
  • Menjadi daerah favorit warga Israel pendamba permukiman.
  • Total pemukim sekitar 85 ribu.
  • Penyerobotan lahan di sini kian membatasi potensi pengembangan ekonomi Palestina.

Metropolitan Yerusalem:

  • Mencakup permukiman satelit Kota Yerusalem.
  • Populasi pemukim sekitar 248 ribu jiwa.
  • Pembangunan dilakukan dengan cara menyerobot tanah milik Palestina secara besar-besaran.
  • Area yurisdiksi permukiman di wilayah timur metropolitan (Ma'ale Addumim dan sekitarnya) memotong Tepi Barat menjadi dua bagian.
  • Permukiman di Gush Etzion menghadang pembangunan Bethlehem dan memutuskannya dari komunitas Palestina lainnya.

Skema Kompensasi Pemukim Gaza

  • Yang sudah empat tahun bermukim mendapat rumah pengganti dengan kualitas dan tipe setara.
  • Yang belum empat tahun bermukim dan yang punya properti di sana tapi berdiam di tempat lain diberi kompensasi uang sesuai dengan nilai taksir pemerintah Israel.
  • Pemukim boleh memilih lokasi baru di Israel dan mempertahankan komunitas lama mereka.
  • Setiap pemukim yang ingin mendapatkan lokasi baru secara independen bisa menerima langsung kompensasi uangnya.

Proposal Evakuasi Gaza

  • Pengosongan 21 permukiman di Gaza dan 4 permukiman di Tepi Barat.
  • Periode persiapan berakhir Maret 2005.
  • Evakuasi empat tahap ditargetkan rampung akhir 2005.
  • Setiap tahap membutuhkan pengambilan suara di Kabinet Israel.
  • 7.000 pemukim dievakuasi dari Gaza plus semua tentara yang melindungi mereka.
  • Israel tetap mengontrol perbatasan, garis pantai, dan wilayah dirgantara Gaza.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus