Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mencari keadilan untuk palestina

Dua gerilyawan palestina yang membajak bis, dibunuh setelah berada ditangan penguasa israel. moshe arens mengusut para pelakunya. beberapa perwira dan organisasi rahasia yahudi diadili. (ln)

23 Juni 1984 | 00.00 WIB

Mencari keadilan untuk palestina
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
RAKYAT Israel, yang selama ini membangga-banggakan citra keadilan, demokrasi, dan prinsip moral, sekarang mengalami ujian - mungkin yang terberat sesudah pembantaian Sabra dan Shatila. Soalnya, ada dua kasus menggemparkan: pembunuhan dua gerilyawan Palestina oleh personil militer Israel dan kegiatan sebuah organisasi bawah tanah yang meneror penduduk Arab Palestina di daerah Tepi Barat Sungai Yordan. Kedua kasus itu demikian mengguncangkan nurani orang Israel, hingga pendapat umum di sana terpecah-belah. Jika pembantaian Sabra-Shatila mengakibatkan tersingkirnya Menhan Ariel Sharon dari kabinet, maka dikhawatirkan kedua kasus terakhir bisa memerosotkan popularitas Likud, koalisi yang berkuasa sekarang, justru pada saat-saat menjelang pemilu 23 Juli depan. Adapun pembunuhan dua gerilyawan Palestina sebetulnya tidak akan terungkap andai kata wartawan Israel dan pers asing tidak ikut terlibat. Mereka itu adalah pelaku pembajakan bis, 11 April lampau. Waktu itu, bersama dua rekannya, mereka memaksa sebuah bis rute Tel Aviv-Ashkelon membelok ke Jalur Gaza. Mereka menuntut 500 gerilyawan Palestina, yang sekarang mendekam di penjara Israel, dibebaskan. Kalau tidak, bis dan 35 penumpangnya akan diledakkan. Tapi tentara Israel bergerak cepat. Dalam tempo 24 jam mereka berhasil meringkus para gerilyawan dengan korban: satu wanita, dua gerilyawan terbunuh, serta tujuh orang lainnya luka-luka. Sementara itu, dua Palestina yang lain, menurut sumber militer "Tewas dalam perjalanan ke rumah sakit." Padahal, menurut kesaksian wartawan foto surat kabar Hadashot, Alex Levak, Menhan Moshe Arens juga berada di tempat kejadian dan melihat peristiwa itu. Yang membuat geger bukan kehadiran Arens. Tapi adalah bahwa dua gerilyawan yang masih hidup itu kemudian mati, justru sesudah mereka berada di tangan petugas Shin Beth, polisi rahasia Israel. Alex Levak juru potret Hadashot punya empat foto yang membuktikan bahwa kedua orang Palestina itu - Majid Abu Jama dan Subhi Abu Jama - tidak tampak cedera berat ketika diringkus. Tentu ada yang tidak beres. Tapi semua foto disensur. Kebetulan, Hadashot membawa foto itu ke keluarga korban, dan mereka segera mengidentifikasikan korban sebagai Majid Abu Jama. Tapi barulah sesudah surat kabar The Ne7e York Times memberitakan adanya keragu-raguan tentang musabab kematian Jama bersaudara, Moshe Arens tergerak untuk bertindak. Ia memerintahkan pembentukan sebuah komisi pengusut yang dipimpin Meir Zorea. Hasil pengusutan lima minggu membawa komisi pada kesimpulan bahwa dua gerilyawan Palestina itu telah mati di tangan petugas keamanan yang menahan mereka, satu hal yang selama ini merupakan tabu di kalangan militer Israel. Mereka menganut kebijaksanaan untuk tidak membunuh musuh yang jatuh ke pihak mereka, terutama untuk mencegah pembalasan dari pihak Arab. Kesimpulan komisi pengusut ini jelas sangat memojokkan pihak pemerintah. Mungkin untuk menjernihkan situasi, Perdana Menteri Yitak Shamir mengakui pembunuhan kedua gerilyawan Palestina itu sebagai, "Perbuatan buruk yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku." Seiring dengan itu, dua perwira senior, di antaranya Mayor Jenderal Moshe Bar-Kocha, diperingatkan keras karena mereka telah lalai. Untuk teror organisasi rahasia Yahudi yang juga dianggap sangat tidak pantas oleh warga Israel karena, antara lain, menyerang dan membunuh orang Arab Palestina, telah pula dicarikan suatu penyelesaian. Dua puluh tujuh anggota organisasi itu, seorang di antaranya pemimpin agama Rabbi Moshe Levinger, diajukan ke pengadilan, 17 Juni berselang. Kabarnya, ini adalah pengadilan massal terbesar sejak negara Israel berdiri 36 tahun yang lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus