Nun di balik pegunungan di Afganistan berembus angin penuh tanda tanya. Syahdan, Menteri Luar Negeri Mullah Abdul Wakil Muttawakil dikabarkan telah membelot dari induknya. Pekan silam, menurut embusan angin tak nyaman itu, konon ia berada di Pakistan dan beberapa kali melakukan pertemuan rahasia dengan intelijen Pakistan. Dan konon lagi, sang Mullah meminta Washington agar menghentikan pengeboman. Sebagai gantinya, Mullah Muttawakil dan faksi-faksi moderat Taliban akan berusaha menyerahkan Usamah bin Ladin.
Berita sontak dibantah resmi oleh Taliban. ?Muttawakil ada di Kandahar, dia ada di kantornya, tak ada menteri yang menyeberang, itu isu saja,? tutur Menteri Pendidikan Mullah Amir Khan Mutaqi dengan tegas. Adapun Roma juga bersuara. Hammid Sidig, juru bicara mantan raja Afganistan Zahir Syah, mengatakan pada kantor berita AP bahwa mereka tak memiliki kontak dengan Taliban.
Lalu, selain angin tak sedap ini, apa pula yang dikerjakan Gedung Putih sembari sibuk melempar bom di sana-sini? Mereka menempuh cara diplomasi untuk menekuk Taliban. Itu maksud kedatangan Menteri Colin Powell di Pakistan.
Salah satu agendanya ialah membahas bagaimana Pakistan bisa mempengaruhi unsur-unsur moderat Taliban untuk membangun suatu pemerintahan Afgan baru. ?Taliban tidak seluruhnya ekstrem, tapi ada yang moderat,? kata Presiden Pakistan, Jenderal Musharraf, kepada pers. Colin Powell menyatakan bahwa serbuan Amerika tidak dimaksudkan untuk membersihkan seluruh unsur Taliban. ?Saya mengira ada dari mereka yang mau berpartisipasi dalam pemerintahan baru Afganistan,? katanya.
Meski belum tentu menang, Gedung Putih sudah merencanakan pemerintahan transisi di Afganistan pasca-Taliban. Negara itu statusnya akan diserahkan ke PBB. Powell menunjuk diplomat senior Amerika, Richard Hass dan Geoffrey Lunstead, sebagai wakil Amerika di PBB untuk menyiapkan pemerintahan multietnis yang mewakili semua unsur moderat semua faksi yang ada.
Sumber-sumber intelijen The News, koran nasional Pakistan, mengatakan bahwa mereka kini berusaha mengadakan pendekatan kepada semua ulama Pakistan. Ini adalah ulama pemimpin madrasah tempat para pejabat Taliban pernah memperoleh pendidikannya. Mereka berusaha merayu para ulama itu agar mempengaruhi bekas murid-muridnya itu agar bersedia ikut serta dalam pemerintahan baru itu.
Menurut harian The Washington Post, intelijen AS dan Pakistan sekarang bahu-membahu mendorong perpecahan di Taliban. Disebut-sebut Taliban sesungguhnya terbagi menjadi dua kubu. Garis keras berpusat di Kandahar, sementara Taliban aktif di Kabul. Mereka yang moderat tak setuju ketika Mullah Umar memerintahkan penghancuran patung-patung Buddha di Bamiyan. Mereka juga merasa resah atas peran Usamah bin Ladin yang begitu besar di Taliban. Amerika kini berusaha mendekati kubu ini. Sumber-sumber intelijen The News menyebut, memang kini ada semacam ketegangan dalam tubuh Taliban. ?Berita ini kami dapat dari sumber yang sangat tepercaya, yaitu dua menteri Taliban,? kata intelijen itu.
Tapi kemungkinan keretakan dalam tubuh Taliban diragukan oleh para pengamat Taliban. ?Kepemimpinan inti Taliban tak akan pecah,? kata Ahmed Rashid, penulis Far Eastern Economic Review asal Pakistan yang terkenal dengan bukunya Taliban, Militant Islam, Fundamentalism in Central Asia. Menurut Rashid, para pejabat teras Taliban sedari muda sudah saling mengenal. Mereka sama-sama berasal dari Kandahar, sekolah di madrasah yang sama, dan bertempur bersama. Ikatan persaudaraan mereka sangat kuat.
Semua posisi puncak pemerintahan Taliban diduduki oleh lingkaran tersebut, termasuk mereka yang berkedudukan di Kabul. Mereka memiliki loyalitas yang dalam terhadap Mullah Umar, meskipun acap kali tak setuju dengan cara pemimpin tertinggi mereka itu membela Usamah bin Ladin. Se-buah kudeta atau pembangkangan dari lingkaran Kandahar ini mustahil.
Sesungguhnya, bila ada pejabat Taliban yang paling moderat, dialah yang bernama Mullah Mohammad Rabbani. Dia tak setuju dengan pengaruh yang besar para ?ekspatriat Arab? di Taliban. Tapi dia meninggal April lalu akibat kanker. Rabbani bukan dari lingkaran Kandahar, dia tinggal di bagian timur Jalalabad. Semenjak kematiannya, praktis golongan moderat di Taliban tidak punya pemimpin. Akan halnya Mullah Ahmad Wakil Muttawakil memang tergolong moderat. Tapi amat mustahil dia akan menelikung Mullah Umar. Muttawakil belajar di madrasah yang sama dengan Umar. Dia memulai karir politiknya sebagai sopir dan penerjemah Umar, dan bahkan bertugas mencicipi makanan Umar.
Lebih dari itu, menurut sumber Far Eastern, sesungguhnya Usamah Bin Ladin adalah semacam menteri pertahanan virtual Taliban. Seorang intelijen Pentagon kepada Washington Post mengakui bahwa usaha mereka membuat perpecahan di tubuh Taliban agak gagal. ?Taliban akan hidup mati bersama dan mereka tidak akan saling mengkhianati, apa pun yang terjadi,? demikian kata seorang intelektual Afgan yang tinggal di Peshawar.
Seno Joko Suyono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini