Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Dmitry Muratov mempersembahkan Hadiah Nobel Perdamaian untuk para jurnalisnya.
Enam jurnalis Novaya Gazeta tewas dibunuh karena liputan investigasinya.
Mantan Presiden Rusia, Mikhail Gorbachev, turut membantu pendirian koran ini.
NADEZHDA Prusenkova mendadak terbangun pada Senin subuh, 12 Mei 2014. “Pemimpin redaksi saya menelepon pada pukul 5. Jika dia menelepon saya pada jam seperti itu, saya tahu bahwa sesuatu yang salah telah terjadi,” kata redaktur pelaksana surat kabar Rusia Novaya Gazeta tersebut dalam buku Russia's Liberal Media: Handcuffed But Free karya Vera Slavtcheva-Petkova.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dmitry Andreyevich Muratov, pemimpin redaksi koran itu, mengabari bahwa koresponden Pavel Kanygin diculik ketika meliput pemberontakan di Ukraina Timur. Penculiknya adalah aktivis dari kelompok yang memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat Donetsk. Mereka menuntut uang tebusan sebesar US$ 30 ribu. Ketika bersiap hendak berangkat ke Ukraina, Prusenkova menerima panggilan telepon yang mengabari bahwa para aktivis berjanji akan membebaskan Kanygin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Situasi semacam inilah yang mewarnai kerja jurnalis di surat kabar itu. Selama bekerja di Novaya Gazeta, Prusenkova menyaksikan enam koleganya dibunuh, termasuk Anna Politkovskaya, yang terkenal berkat liputan kejahatan perang di Chechnya, dan yang lain mendapat sejumlah tindakan brutal, dari intimidasi hingga serangan fisik. Dia sendiri beberapa kali ditekan, termasuk ancaman berupa seekor tikus mati dengan pisau besar di depan pintu rumahnya.
Tahun ini Komite Nobel memberikan Hadiah Nobel Perdamaian kepada Dmitry Muratov bersama Maria Ressa. Namun Muratov menyatakan penghargaan ini adalah capaian semua anggota tim korannya. “Saya tidak layak menerima ini. Ini untuk Novaya Gazeta. Ini untuk mereka yang meninggal karena membela hak masyarakat terhadap kebebasan berbicara,” ujar Muratov, seperti dikutip kantor berita Rusia TASS. “Ini untuk Igor Domnikov, Yura Shchekochikhin, Anna Politkovskaya, Nastya Baburova, Natasha Estemirova, dan Stas Markelov,” kata pria 59 tahun itu menyebut para jurnalisnya yang dibunuh.
Karier jurnalistik Muratov dimulai pada 1987, ketika dia meninggalkan Samara, kampung halamannya, untuk bekerja di Volzhsky Komsomolets, koran milik sayap pemuda Partai Komunis Rusia di Moskow. Koran ini dianggap sebagai pengusung utama perestroika, gerakan reformasi Partai Komunis yang digagas mantan Presiden Rusia, Mikhail Gorbachev.
Pada 1992, Muratov dan sejumlah koleganya keluar karena tak setuju soal masa depan Volzhsky Komsomolets. Muratov adalah pendukung jurnalisme investigatif, sedangkan koran itu hendak diubah menjadi tabloid untuk menangguk uang lebih banyak.
Mereka kemudian mendirikan Novaya Ezhednevnaya Gazeta. Tiga tahun kemudian Muratov ditunjuk sebagai pemimpin redaksi dan koran ini berganti nama menjadi Novaya Gazeta. Pada 2000-an, Gorbachev memakai uang Hadiah Nobel Perdamaian 1990 yang ia terima untuk membantu Novaya Gazeta. Aleksandr Lebedev, bankir Rusia, juga berinvestasi di koran ini. Gorbachev dan Lebedev kini menguasai 49 persen saham Novaya Gazeta dan sisanya milik para anggota staf media tersebut. Koran yang terbit tiga kali sepekan dengan tiras 123.400 eksemplar setiap pekan itu dijuluki sebagai surat kabar Rusia paling berani berkat liputannya mengenai politik, korupsi, dan kejahatan perang di era Vladimir Putin.
Muratov akan mendapat US$ 500 ribu atau sekitar Rp 7 miliar dari Komite Nobel. “Saya tidak akan mengambil atau menerima bahkan satu sen pun darinya,” ujarnya kepada UN News pada Jumat, 15 Oktober lalu. “Karena ini adalah Hadiah Perdamaian, saya percaya itu harus berkontribusi pada tujuan tersebut.”
Muratov dan dewan redaksi Novaya Gazeta memutuskan untuk menyumbangkan sebagian hadiah Nobel itu buat dana kesehatan para jurnalisnya. Sebagian lagi akan disumbangkan untuk hadiah jurnalistik yang menghormati Anna Politkovskaya serta yayasan dan rumah sakit yang menangani anak-anak dengan penyakit serius.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo