Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Protes langka terjadi di Beijing menjelang kongres Partai Komunis Cina.
Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob membubarkan parlemen untuk menggelar pemilihan umum.
Unjuk rasa besar di Iran berkembang menjadi gerakan menuntut kebebasan.
CINA
Protes Menjelang Kongres Partai Komunis
PEMERINTAH Cina dalam kewaspadaan tinggi menjelang Kongres Nasional Partai Komunis Cina, atau PKC yang dimulai di Beijing pada Ahad, 16 Oktober ini. Namun protes yang langka sempat terjadi di jembatan Sitong, Beijing, pada Jumat, 14 Oktober lalu. Sebelumnya sempat muncul rumor kudeta terhadap Presiden Cina Xi Jinping.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang demonstran yang tak diketahui namanya membentangkan spanduk di jembatan itu. “Tidak ada lagi tes Covid, saya ingin mencari nafkah. Tidak ada revolusi budaya, saya ingin reformasi. Tidak ada lockdown, saya ingin kebebasan. Tidak ada lagi para pemimpin, saya ingin memilih...,” begitu isi salah satu spanduk sebagaimana dilaporkan Al Jazeera.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyedia layanan Internet Cina segera menyensornya dan menghapus semua referensi kepada protes tersebut, seperti di media sosial populer Cina, Weibo. Di media sosial, banyak yang memuji aksi protes tersebut. Ada yang menyebut sang demonstran sebagai “pahlawan” dan bahkan “Manusia Tank baru”, yang merujuk pada aksi seorang demonstran yang berdiri di depan tank dalam peristiwa di Lapangan Tiananmen pada 1989.
Kongres Partai Komunis Cina ini penting karena akan memilih pemimpin dan menentukan arah ekonomi dan politik negeri itu. Xi Jinping, yang telah menjadi presiden selama dua periode, diperkirakan terpilih untuk ketiga kalinya. Jalan Xi praktis akan lancar setelah sejumlah tokoh partai yang menentangnya telah dijebloskan ke penjara dengan tuduhan korupsi.
MALAYSIA
Enam Negara Bagian Menolak Membubarkan Parlemen
PERDANA Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob membubarkan parlemen pada Senin, 10 Oktober lalu, yang membuka jalan bagi dipercepatnya pemilihan umum pada Desember mendatang. Namun sejumlah negara bagian menolak membubarkan Dewan Undangan Negeri (DUN), parlemen negara bagian. Parti Islam Se-Malaysia (PAS) menyatakan tak akan membubarkan DUN di tiga negara bagian yang dikuasainya, yakni Kelantan, Terengganu, dan Kedah.
Pengumuman Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob membubarkan parlemen di Kuala Lumpur, Malaysia, 10 Oktober 2022. REUTERS/Hasnoor Hussain
“Saya sangat menyarankan dan merekomendasikan jika boleh (pembubaran parlemen) diadakan secara bersama, tapi enam negara bagian telah memutuskan (untuk tidak melakukannya),” kata Sabri, seperti dikutip kantor berita Malaysia, Bernama, pada Jumat, 14 Oktober lalu. Meskipun demikian, “Pemilihan umum akan diteruskan seperti biasa.”
Pemilihan umum seharusnya digelar pada September 2023, tapi Sabri mendapat tekanan di dalam koalisi partainya agar mempercepat pemilihan untuk memperkuat mandatnya. Mahathir Mohamad, yang mendirikan partai baru Gerakan Tanah Air, dan pemimpin oposisi Anwar Ibrahim menolak pemilihan umum dipercepat karena musim hujan sekarang, yang mengakibatkan banjir di mana-mana, akan menurunkan jumlah pencoblos.
IRAN
Unjuk Rasa Nasional Terus Berjalan
UNJUK rasa besar di Iran tak kunjung reda selama sebulan. Demonstrasi yang diawali protes terhadap meninggalnya Mahsa Amini, yang ditahan polisi syariah karena diduga memakai hijab secara tidak benar, di tahanan polisi telah berkembang menjadi gerakan menuntut kebebasan.
“Ini bukan protes untuk reformasi,” ujar Roham Alvandi, profesor sejarah di London School of Economics, kepada CNN pada Jumat, 14 Oktober lalu. “Ini adalah pemberontakan yang menuntut berakhirnya Republik Islam Iran. Dan itu adalah sesuatu yang sama sekali berbeda dari yang telah kita lihat sebelumnya.”
Aparat keamanan dilaporkan menyerang para demonstran dengan pentungan dan senjata api, tapi hal itu tak menyurutkan langkah para pengunjuk rasa. Pemerintah Iran menuding kerusuhan ini terjadi karena campur tangan pihak asing. “Masalah campur tangan musuh dalam kerusuhan jalanan baru-baru ini di Iran diakui oleh semua orang. Bahkan para ahli non-Iran yang tidak memihak pun secara eksplisit menyatakan hal ini,” kata Ayatullah Seyyed Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran, seperti dikutip kantor berita Iran, IRNA.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo