STA Biro Rakyat Libya di London, yang kembali ke Tripoli 27 April berselang, telah disambut bagaikan pahlawan. Mereka, yang jumlahnya 30 orang, diharuskan meninggalkan Inggris sesudah peristiwa berdarah yang menewaskan seorang polwan, Yvonne Fletcher. Rabu lalu, dari London, Daily Telegraph memberitakan bahwa beberapa diplomat yang dipulangkan itu telah dijatuhi hukuman mati karena gagal melaksanakan tugas. Pengejaran yang dilakukan Qadhafi terhadap kaum pembangkang di luar negeri -- lewat Biro Rakyat -- telah beberapa kali melibatkan negara tuan rumah. Teror yang dianggap tidak beradab itu menyebabkan Presiden Carter menarik semua diplomatnya dari Tripoli, 1980, disusul larangan impor dari Libya yang diberlakukan Presiden Reagan, 1981. Sebaliknya, Kanselir Helmut Kohl dari Jerman Barat sempat mengadakan "barter" dengan Qadhafi. Bonn terpaksa menyerahkan dua orang Libya yang dituduh menyiksa mahasiswa, sebagai imbalan untuk delapan karyawan Jerman Barat yang ditahan Qadhafi karena tuduhan spionase. Setelah peristiwa London, Inggris -- seperti AS -- memutuskan hubungan diplomatik. Tapi Jerman Barat, Italia, ataupun Prancis bersikap mendua terhadap Libya-nya Qadhafi. Mengapa Bonn bertahan pada prinsip 'dagang adalah dagang'. Karena itu, hubungan yang menguntungkan tidak mesti dikorbankan. Italia serupa. Libya menanamkan modal tidak sedikit di negeri ini, termasuk 15% saham di perusahaan mobil Fiat. Sementara Roma tetap membiarkan 14.000 warganya bekerja di Libya. Posisi Prancis lebih unik. Meski 3.000 tentaranya berhadap-hadapan dengan tentara Qadhafi di Chad, Paris terus berdagang dengan Tripoli. Di samping menjual senjata dan mengimpor minyak, Prancis membiarkan 1.500 warganya bekerja di Libya. Mengapa negara Eropa Barat sulit memencilkan Libya? Di samping takut kehilangan kontrak dan nilai ekspor setinggi US$ 4 milyar, mereka juga cemas bila 30.000 pekerja Eropa dijadikan sandera oleh Qadhafi. Diperkirakan, 10 negara Masyarakat Ekonomi Eropa mengimpor minyak bumi senilai US$ 8,3 milyar dari Libya tahun lalu saja. Keterlibatan dagang serupa inilah yang menahan MEE untuk memberlakukan sanksi politis terhadap Libya. Tapi bila sampai terjadi hal-hal serius, majalah The Economist menganjurkan pengetatan visa ke Eropa, menciutkan staf diplomat Libya, mengusir warga Libya, memutuskan hubungan diplomatik, dan terakhir menghentikan pembelian minyak Libya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini