Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden Partai Republik, Donald Trump resmi mengumumkan JD Vance sebagai wakil presidennya. Vance yang merupakan senator dari Ohio itu dikenal menjadi salah satu pembela Trump yang paling gigih. Ia berdiri di sisinya bahkan ketika tokoh Republik terkemuka lainnya menolak melakukannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Padahal delapan tahun lalu, menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat 2016, JD Vance menjadi kritikus keras Donald Trump. Di depan publik, ia menyebut calon presiden dari Partai Republik itu sebagai "idiot" dan mengatakan bahwa ia "tercela." Secara pribadi, ia membandingkannya dengan Adolf Hitler.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Transformasi pria yang bernama lengkap James David Vance, menjadikannya sosok yang relatif tidak biasa di lingkaran dalam Donald Trump. Partai Demokrat dan bahkan sejumlah Partai Republik mempertanyakan apakah Vance, yang menulis memoar terlaris "Hillbilly Elegy" dan sekarang menjadi senator AS dari Ohio, lebih didorong oleh oportunisme daripada ideologi.
Namun Trump dan banyak penasihatnya melihat transformasi Vance ini adalah asli. Mereka menunjukkan bahwa keyakinan politik Vance, yang mencampurkan isolasionisme dengan populisme ekonomi, selaras dengan keyakinan Trump.
Lalu siapa sebenarnya Vance?
Vance, lahir di rumah miskin di Ohio selatan pada 2 Agustus 1984 dan menghabiskan sebagian masa kecilnya di Kentucky. Ia bertugas di Korps Marinir dari tahun 2003 hingga 2007 sebelum kuliah di Universitas Negeri Ohio dan Sekolah Hukum Yale. Vance kemudian bekerja sebagai kapitalis ventura sebelum mencalonkan diri sebagai pejabat. Ia menikah dengan Usha Vance, sesama alumni Sekolah Hukum Yale yang sebelumnya bekerja sebagai juru tulis untuk Ketua Mahkamah Agung John Roberts dan Hakim Brett Kavanaugh.
Pada 2016, JD Vance merilis buku terlarisnya, “Hillbilly Elegy,” yang mengisahkan masa kecilnya di kota Rust Belt yang miskin di Ohio timur. Buku itu menggambarkan perjuangan kelas pekerja kulit putih Amerika.
Pemahamannya tentang populasi yang mendukung pencalonan presiden pertama Donald Trump membuatnya sering menjadi tamu di program berita kabel selama pencalonan dan masa kepresidenan Trump. Buku ini diadaptasi menjadi film Netflix tahun 2020 yang dibintangi Amy Adams dan Glenn Close.
Pernah menjadi kritikus Trump
Vance gemar mengkritik Donald Trump pada tahun 2016 hingga 2017 tentang kebijakannya, termasuk satu unggahan yang berspekulasi bahwa Vance dapat bertugas di pemerintahan calon presiden Demokrat tahun 2016 Hillary Clinton.
Cuitan lain yang disukai Vance adalah Trump melakukan "serangan seksual berantai." Ia juga menjuluki Trump sebagai salah satu pesohor paling dibenci, jahat, dan menyebalkan di Amerika Serikat. Ia juga mengkritik tanggapan Trump terhadap demonstrasi nasionalis kulit putih yang mematikan pada 2017 di Charlottesville, Virginia.
Namun cuitan-cuitan ini telah dihapus sebelum pengumumannya pada Juli 2021 bahwa ia akan mencalonkan diri untuk kursi Senat Ohio yang kosong. Pada Februari 2016, Vance secara pribadi bertanya-tanya apakah Trump adalah "Hitler Amerika." Beberapa bulan kemudian ia menulis di The Atlantic bahwa Trump adalah "heroin budaya."
Berbalik Mendukung Donald Trump
Sejak menerima dukungan Trump untuk Senat, Vance telah menjadi sekutu kuat mantan presiden tersebut. Menjelang kampanye Senatnya, Vance meminta maaf karena sebelumnya menyebut Trump "tercela."
"Seperti banyak orang, saya mengkritik Trump pada tahun 2016," kata Vance kepada CNN pada tahun 2021. "Saya menyesal telah salah menilai orang itu," kata Vance, seraya menambahkan bahwa menurutnya Donald Trump adalah presiden yang baik.
REUTERS | CNN
Pilihan editor: Diplomat Korea Utara Bawa Istri dan Anaknya Membelot ke Korsel