Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mengharap Suaka Masuk Penjara

Dua pembajak airbus milik Iran ke Roma mengaku anggota organisasi gerilya Mujahiddin Khalq. Tak mendapat suaka di Prancis dan ditangkap oleh polisi Italia. (ln)

18 Agustus 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH drama pembajakan telah berakhir mulus di lapangan udara militer Ciampino, Roma, Rabu pekan lalu. Hanya bersenjatakan sebilah pisau dan alat peledak palsu, kedua pembajak - yang berhasil menyelundup ke luar Iran setelah mengancam - kemudian menyerah pada polisi Italia. Mereka itu masih muda: Hossein Eftekhari, 18, dan Mohsem Rahgozar, 17. Kedua pembajak belia itu, yang permintaan suaka politiknya ditolak oleh Prancis dan Italia, Senin pekan ini dihadapkan ke sidang pengadilan. Andai kata mereka dinyatakan bersalah, hukumannya yang terberat 21 tahun penjara. Mungkin hal ini tidak diperhitungkan kedua pemuda itu ketika membajak pesawat Airbus milik Iran Air yang sedang menempuh jalur penerbangan Teheran-Shiraz-Mekkah, Selasa malam. Sebagian besar dari 300 penumpang Iran Air akan menunaikan ibadah haji di Arab Saudi. Tak ada yang menyangka bahwa perjalanan suci itu akan dikacaukan dua pemuda yang mengaku anggota organisasi gerilya Mujahiddin Khalq. Betulkah Eftekhari dan Rahgozar gerilyawan Mujahiddin? Dari Paris, pemimpin Mujahiddin Masshud Rajavi membantah punya anak buah pembajak. Sementara itu sumber-sumber di Iran tidak sedikit pun memberi komentar tentang Eftekhari dan Rahgozar. Kantor berita Iran Irna hanya mengutip seorang penumpang yang menceritakan dua pemuda itu bersikap sangat tidak manusiawi. Alasannya, karena selama pembajakan semua penumpang, bahkan anak kecil, tidak diberi makan. Dapat dikatakan, pembajakan Airbus A300 itu adalah yang paling amatir dibanding pembajakan dua pesawat Iran sebelumnya. Pembajak Boeing 727 dan Fokker Friendship F-27, Juni silam, berhasil mendapat suaka politik di Prancis, tapi kedua pemuda amatir itu justru kandas di penjara Regina Italia. Lebih dari itu, mereka akan diadili dengan tuduhan pembajakan dan penculikan. Kegagalan ini sebagian juga berkat campur tangan diplomat Iran yang diajak bekerja sama oieh pemerintah Italia. Drama dimulai Selasa pukul 1 malam ketika pesawat Airbus dengan 34 orang terbang dari Teheran ke Shiraz di selatan. Sesuai dengan perintah pembajak, arah pesawat dialihkan ke Manama, Bahrain. Di sini pesawat mengisi bahan bakar, lalu melanjutkan perjalanan ke Kairo. Di ibu kota Mesir ini pembajak minta suaka ke kedutaan Prancis, tapi ditolak. Tujuan kemudian dialihkan ke Roma. Mendarat di sini, Rabu keesokan harinya, kedua pembajak, yang jumlahnya semula disangka 18 orang, dapat dipaksa untuk berunding dengan pejabat Italia. Perundingan itu melewati beberapa tahap, dan tiap kali sejumlah penumpang dibebaskan. Pertama dilepas 25 orang, dan begitu seterusnya. Sehingga dalam tempo beberapa iam saja sesudah mendarat, 123 penumpang, di antaranya 49 anak-anak, berhasil dibebaskan. Mereka kabarnya dipertukarkan oleh pembajak dengan bahan bakar, makanan dan obat-obatan. Konon, pilot sempat bicara dengan menara pengawas, menanyakan panjang jarak yang mesti ditempuh untuk repas landas. Rupanya, pembajak masih berharap untuk terbang ke negara lain, tapi akhirnya terpaksa menyerah setelah polisi Italia berhasil memastikan tidak ad bom di pesawat. Ketika Airbus dibebaskan, masih terdapat 176 penumpang berikut awak pesawat di dalamnya. Setelah 50 jam tersekap dalam suasana tegang, hampir selurh penumpang diterbangan kembali ke Shiraz dengan pesawat yang sama. Mereka tiba di kota itu hari Jumat. Perdana menteri Iran Hussein Musawi menyatakan bahwa paya pembajakan ada hubungannya dengan musim haji di Mekkah. Tapi dia tidak menuduh siapa-siapa. Tiap tahun Iran mengirimkan sekitar 150.000 calon haji ke Mekkah, dan kehadiran mereka selalu menimbulkan ricuh dengan petugas keamanan Arab Saudi. Ini terjadi karena orang-orang Iran memanfaatkan masa ibadah haji untuk juga melancarkan kampanye pro-Khomemi. SEPERTI dalam tiap kasus pembajakan, kali ini para pejabat Teheran juga lebih banyak diam. Hanya Ayatullah Khomeini yang bicara. Katanya, Iran menolak pembajakan baik itu di udara maupun di laut. Penampilannya Kamis pekan silam sekaligus membantah isu bahwa orang tua itu sedang di ambang kematian. Tidak ada tanda-tanda bahwa ia baru kena serangan jantung seperti ramai dibicarakan musuh-musuhnya sejak tiga pekan berselang. Pemimpin Iran itu tetap tangguh. "Negara kami tidak tergantung pada individu-individu," katanya menanggapi isu kematian. Ia tidak menyebut-nyebut soal pemuda pembajak yang kini mendekam di penjara Roma karena tidak mau tinggal lebih lama di negerinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus