Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mengincar Kursi Karzai

Empat orang dekat Presiden Afganistan Hamid Karzai tewas secara beruntun. Pasukan lokal diragukan bisa menjaga keamanan warga.

25 Juli 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SATU letusan peluru memecah keheningan malam di vila milik Jan Muhammad Khan, di Kabul, Ahad pekan lalu. Selang beberapa menit kemudian, terdengar tembakan be­runtun dari sayap kiri dan kanan vila yang terletak di wilayah Kart-e-Sey itu.

”Pelaku kemudian masuk ke vila, menembak secara brutal ke arah penjaga, dan memukul anak Jan Muhammad Khan yang mencoba menghalangi,” ujar Muhammad Yusuf, pegawai yang membuka pintu pertama kali.

Khan, yang sedang berbicara dengan koleganya, anggota parlemen Mohammed Hashem Watanwal, tidak menyadari ada keributan di luar. Saat itulah pelaku masuk dan langsung menembak keduanya di atas sofa. Mantan Gubernur Uruzgan dan koleganya itu tewas di tempat.

Selama delapan setengah jam kemudian terjadi baku tembak antara pelaku bersenjata dan tentara keamanan Afganistan. Para sandera dapat dibebaskan sebelum tengah malam, tapi para penyerbu berhasil lolos. Hanya satu penyerang bersenjata yang tertembak. Vila milik Khan hancur lebur. Menurut seorang petugas kepolisian antiteroris, para penyerang kabur setelah meledakkan dinding kamar mandi dengan 13 granat.

Polisi Afganistan yang menyelidiki kasus ini menemukan adanya bukti bahwa sebelum membunuh Khan, penembaknya mendapat telepon dari seseorang di Pakistan. ”Telepon pertama dilakukan sesaat sebelum mereka menyerang Khan. Telepon kedua diterima setelah mereka menyerang Khan berupa ucapan selamat,” kata Menteri Dalam Negeri Afganistan Besmullah Mohammadi.

Tewasnya Khan dan Watanwal menjadi insiden pembunuhan ketiga dalam bulan ini. Lima hari sebelum pembunuhan Khan dan Watanwal, saudara Presiden Hamid Karzai, Ahmed Wali Karzai, juga terbunuh. Ia ditembak pengawal pribadinya di dalam rumah. Di awal Juli, Kepala Polisi Afganistan Utara Jenderal Daud Daud juga tewas dibunuh. Empat pejabat tinggi yang tewas ini dikenal sebagai orang dekat Karzai.

Setelah kematian Khan dan Watanwal, juru bicara Taliban, Zabiullah Mujahid, langsung angkat bicara. Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangkaian teror itu, dan memiliki rencana yang lebih besar terhadap pemerintahan saat ini. ”Kami memang telah lama mengincar Jan Muhammad Khan, dan sudah mempersiapkan sebuah serangan untuknya,” ujar Mujahid.

Kendati Taliban mengaku bertanggung jawab, tidak ada bukti pasti bahwa serangkaian pembunuhan itu merupakan perbuatan Taliban. ”Ini bisa saja cara Taliban untuk mempertahankan eksistensi organisasi dan unjuk kekuatan,” ujar Martine van Bijlert, pengamat politik dari Afghanistan Analysts Network, yang memiliki otoritas di Uruzgan.

Jan Muhammad Khan merupakan sosok terpenting di belakang Karzai, yang memiliki pengaruh besar di Afganistan Selatan. Saat Karzai masih berjuang meraih puncak kekuasaannya. Khan-lah orang yang secara diam-diam menggalang dana dari Amerika untuk membiayai perjuangan mereka melawan Taliban.

Sebagai Gubernur Uruzgan, Khan sering membantu penggerebekan malam hari yang dilakukan pasukan Sekutu terhadap Taliban. Tindakan kontroversial ini sangat efektif dalam menangkap atau membunuh ratusan pejuang dan komandan tingkat menengah Taliban. ”Khan telah bekerja sama dan membantu pasukan Amerika,” tuduh Zabiullah Mujahid.

Khan juga pernah memberikan informasi yang sengaja dibengkokkan kepada mata-mata Amerika guna menyingkirkan lawan politiknya. Selama pemerintahan Karzai, Khan pernah dituduh melakukan korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia. Bahkan, pada 2006, Belanda menolak mengirim pasukan keamanan ke Uruzgan bila Khan masih menjabat gubernur. ”Banyak pihak yang menginginkan kematiannya,” ujar Van Bijlert.

Beberapa pengamat politik menilai pembunuhan orang-orang terdekat Karzai seiring dengan proses peralihan keamanan merupakan cara penentang Karzai untuk menjatuhkannya dari tampuk kekuasaan. Bagaimanapun, insiden pembunuhan petinggi Afganistan telah mencerminkan betapa buruknya Karzai dalam mengurus politik dan keamanan dalam negeri.

Serangan itu juga menurunkan nilai Karzai di mata dunia Barat, yang selama ini mendukungnya. Beberapa tahun terakhir, semakin banyak warga Afgan menganggap Karzai sebagai antek Amerika. Dia sudah tidak lagi populer untuk memimpin Afganistan.

Ada berbagai kekuatan lokal di Afganistan yang mengincar kedudukan Karzai demi kelangsungan hidup kelompok mereka, termasuk Taliban. ”Ini tentang kekuatan politik lokal yang ingin mengontrol aset ekonomi di masa depan, apa yang terjadi setelah ini, dan siapa yang mampu memilikinya,” ujar Van Bijlert. ”Hal ini akan menyebabkan banyak kekerasan. Siapa yang menang, dialah pemilik semua ini,” katanya.

Rapuhnya persiapan keamanan di Afganistan menjadi peringatan bagi dunia internasional bahwa pasukan keamanan nasional masih bergantung pada bantuan internasional. Selandia Baru, yang seharusnya sudah memulai mentoring pengamanan terhadap pasukan keamanan nasional, Selasa pekan lalu, menunda kegiatannya karena harus membantu mengatasi insiden di Lashkar Gar.

Peralihan keamanan semakin kacau lantaran banyak warga Afganistan yang tidak menyetujui proses itu. Bagi beberapa warga, keberadaan pasukan Sekutu telah meningkatkan kesejahteraan dan menghidupkan perekonomian lokal. Secara tidak langsung, pasukan Sekutu juga menjawab harapan warga akan jaminan keamanan lokal.

”Kami tidak tahu apakah pasukan keamanan nasional dapat menjamin keamanan kami,” ujar Washim, 30 tahun, warga Bamyan. ”Selama ini, dengan keberadaan pasukan internasional, kami bisa bekerja dan berjualan dengan tenang,” kata Washim kepada BBC.

Proses peralihan keamanan di Afganistan sedianya akan dilakukan secara bertahap di tujuh tempat, yaitu Provinsi Bamyan, Provinsi Kabul, Provinsi Panjshir, Provinsi Helmand, Provinsi Laghman, Kota Herat, dan Kota Mazar-e-Sharif.

Semua pasukan tempur asing akan meninggalkan Afganistan pada akhir 2014. Negara-negara Barat sudah mengumumkan penarikan sebagian pasukan mulai musim panas ini, yang dimulai dengan penarikan 33 ribu personel pasukan Amerika pada akhir 2012. Sebelumnya, ada 150 ribu tentara asing di Afganistan. Hampir 100 ribu orang di antaranya berasal dari Amerika.

Cheta Nilawaty (AP, Time, Telegraph, Dawn, BBC, Guardian)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus