Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sarong untuk Puang

25 Juli 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SARONG, inilah topi bambu yang spesial. Terbuat dari bilah rotan dan bambu yang langsing halus, lalu dianyam berlapis-lapis dengan tekstur anyaman yang kaya. Talinya adalah rantai manik batu koral yang tak kalah indah, berwarna dominan merah dan kuning. Butuh cinta, ketekunan, dan kelihaian maestro untuk mewujudkannya.

Nek Marsha, dialah sang maestro. Usianya sudah lanjut, 75 tahun. ”Dulu yang ngajarin saya orang Belanda,” kata Nek Marsha, tinggal di Batuleleng, Rantepao. Lelaki sepuh ini piawai memainkan peralatan, juga menarik jalinan rotan-bambu sampai singset dan rapi jali. Anyaman sarong yang masih setengah jadi harus dijemur di udara sejuk berangin. Prosesnya berlangsung 1-2 pekan, supaya bambu bersinar keemasan.

Maka, tak mengherankan bila harga sarong lumayan mahal, Rp 250 ribu sampai Rp 1 juta. Harga tergantung tingkat kesulitan, kualitas, dan permintaan. Saat musim upacara, Juni-September, harga sarong kian mahal karena harga bahan baku melonjak.

Seperti banyak hal di Toraja, sarong adalah simbol kebangsawanan. Hanya perempuan bangsawan (puang) yang boleh mengenakannya dalam ritual rambu solok (pesta duka).

Bersama 20-an keluarga perajin sarong, Nek Marsha tinggal di Batuleleng, kampung khusus penyandang kusta, sejak 1970-an. Sampai kini tak banyak orang berkunjung ke Batuleleng.

Di kampung ini, Nek Marsha menjadi tumpuan teman-temannya. Secara medis para perajin di Batuleleng sudah sembuh seratus persen. Namun kusta meninggalkan jejak yang cukup nyata di tangan dan wajah mereka. Nek Marsha beruntung karena jejak itu tak kentara di tubuhnya. ”Jadi banyak teman menitipkan sarong kepada saya untuk dijual ke pasar,” katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus