PESAWAT Boeing-707 Nigeria Airways siap untuk lepas landas dari bandar udara Stansted, utara London, ketika polisi Inggris mengeluarkan Umaru Dikko dari sebuah peti bertulisan "barang diplomatik", Kamis pekan lalu. Peti ini, bersama sebuah peti lain yang serupa, sedianya diangkut dengan Boeing itu kelagos, ibu kota Nigeria. Gara-gara kejelian mata petugas Bea Cukai Inggris, kedua peti yang tidak lengkap surat-suratnya ini digeledah. Maka, terbongkarlah sebuah kasus penculikan, dan Dikko, 47, selamat untuk sementara dari hukuman mati. Siapa Umaru Dikko? Dia adalah musuh Nomor I rezim Muhammadu Buhari, yang berkuasa di Negeria kini. Nama Dikko tercantum paling atas dalam daftar hitam, dituduh melakukan korupsi, dan lebih dari itu dituduh bermaksud menggulingkan pemerintahan yang sah. Dalam rangka "mengamankan" Dikko, ia pun diculik dari rumahnya yang mewah di kawasan barat Kota London. Untuk memudahkan urusan, ia dibius hinga tak berkutik dalam peti. Kalaupun ia sadar, seseorang lain yang mendekam dalam peti yang sama segera akan membiusnya lagi. Orang ini siap dengan sebuah jarum suntik dan obat bius. Ada dua orang lain, gang diduga penculik Dikko, mendekam dalam sebuah peti lain yang juga akan diterbangkan ke Lagos. Pers Inggris memberitakan bahwa mereka adalah orang-orang Israel, bekas agen dinas rahasia Mossad. Keduanya tiba di London dari Lagos sehari sebelum penculikan, dan menurut rencana akan kembali ke ibu kota Nigeria itu bersama korbannya. Kenyataan ini memperkuat dugaan bahwa pemerintah Nigeria ikut berperan dalam insiden itu. Tapi dari Lagos, Jubir Wada Maida berkata, "Apa pun yang terjadi, pemerintah kami tidak terlibat." Sedangkan jubir pemerintah Israel, Michael Nir, menegaskan bahwa kedua orang yang disebut sebagai penculik itu sama sekali ti ak dikenal dan tidak punya hubungan dengan organisasi di sana. Tapi apakah Dikko memang terlalu penting? Tampaknya begitu. Jutawan ini dulunya adalah menteri perhubungan dalam kabinet Presiden Shehu Shagari, yang dikudeta Buhari 31 Desember 1983. Rezim Buhari sangat berkepentingan untuk menyeret Dikko ke pengadilan, terutama dengan tuduhan korupsi. Sekarang, bagi Dikko ataupun Buhari, masalahnya jadi rumit. Radio BBC mengutip berita yang menyatakan bahwa Nigeria akan mengurus ekstradisi Dikko, segera sesudah pemeriksaan atas dirinya berakhir. Dikko yang dibius sudah mulai siuman, dan sejak Senin ini sudah diinterogasi Scotland Yard. Namun, tidak ada berita baru yang dibocorkan ke luar. Apalagi kasus penculikan Dikko tampak berkembang ke tahap yang bisa merusakkan hubungan Inggris-Nigeria. Mengapa? Segera sesudah peti Dikko ditemukan, pesawat Boeing milik Nigeria itu tidak diizin-kan terbang oleh Inggris. Pada mulanya ada 17 orang ditahan, tapi kemudian menciut jadi empat. Mendagri Inggris Leon Brittan menjelaskan, dua peti misterius itu dialamatkan kepada Kementerian Luar Negeri Nigeria di Lagos. Pengirimnya: Komisi Tinggi alias kedutaan besar Nigeria di London. Tidak heran bila duta besar Nigeria Tonny Hannanya dimintai keterangannya oleh menlu Inggris Sir Geoffrey Howe. Sebagai tindakan balasan, pesawat Boeing-747 milik perusahaan British Caledonian Airways yang telah menludara dipaksa pemerintah Nigeria untuk kembali ke Lagos, Jumat pekan lalu. Pesawat ini sedianya bertolak ke London, membawa 222 penumpang berikut 22 awak pesawat. Akibat penahanan itu, London dan Lagos saling mengecam dan menuduh. PM Margaret Thatcher ikut membahas cara mengatasi ketegangan yang timbul dan berlangsung sampai dua hari. Baru Sabtu siang, Boeing-707 milik Nigeria dibolehkan terbang ke Lagos, disusul Boeing-747 dari British Caledonian yang mendarat di London Minggu pagi berselang. Tapi, dengan pembebasan kedua pesawat itu, keadaan tidak segera menjernih. Kasus Dikko hanya menambah tebalnya rasa prihatin pihak Inggris akan apa yang disebut sebagai kekebalan diplomatik. Seorang anggota Parlemen Peter Bruinvels menyarankan supaya semua kiriman diplomatik tidak lagi diberi kekebalan tertentu, kecuali untuk dokumen rahasia. "Kekebalan diplomatik ini sudah berkembang dalam proporsi yang sangat tidak wajar, hingga senjata dan tubuh manusia dapat dikirim begitu saja secara bebas. London dengan para diplomat dan pelarian telah menjelma sebagal kota yang amat berbahaya," kata Bruinvels. Apa yang disinyalir Bruinvels ini sedikit banyak ada benarnya. Sejumlah anggota Parlemen tiba-tiba menyatakan rasa muaknya terhadap orang-orang asing yang menjadikan London kancah pertikaian mereka. Pers Inggris tidak menyembunyikan kecurigaan mereka pada rezim Buhari yang mengaku tidak terlibat insiden Dikko. Ada pula surat kabar yang menuntut agar semua diplomat Nigeria diusir saja dari London. Kendati begitu, pemerintah Inggris tetap bersikap hati-hati. Nigeria adalah anggota Persemakmuran dan partner dagang terbesar bagi Inggris dari kelompok Afrika Hitam. Tindakan drastis seperti pemutusan hubungan diplomatik tampaknya tidak akan terjadi. Dibandingkan Brazil, Meksiko, dan Argentina, kesulitan ekonomi yang dihadapi Nigeria tidaklah begitu parah. Utangnya cuma sekitar US$ 1 milyar, tapi ketergantungannya pada pasar dunia - terutama untuk melempar minyak bumi dan impor bahan makanan - telah memaksa Buhari menjalankan penghematan ketat. Akibatnya, lapangan kerja menyempit. Rakyat mengeluh, tapi upaya Buhari membenahi urusan korupsi rupanya dihargai. Dan rezim militer yang dipimpinnya mulai semakin populer. Karena itu pula, barangkali, orang-orang seperti Dikko ingin dibasmi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini