DI Republik Rakyat Cina, kemenangan reformisme makin sempurna. Tentara Pembebasan Rakyat dengan tegas mengatakan akan bertindak sebagai "pembimbing" reformasi ekonomi, dan akan menindak apa dan siapa saja yang menentangnya. Demikian dikatakan oleh Jenderal Wang Baibing, sekretaris jenderal Komisi Militer Pusat yang juga Komisaris Politik Kepala dalam Tentara, Senin pekan lalu. Wang mengatakan, tentara akan turun tangan secara aktif menentang arus kekiri-kirian. Istilah "kiri" adalah kata kunci merujuk kepada sisa-sisa pengikut Maoisme dan radikalisme kiri. Dan itu tentu saja berlawanan dengan prinsip yang dianut oleh Tentara Pembebasan Rakyat sejak pertengahan 1989, yakni sejak atas nama partai tentara menindas gerakan demokrasi di Tiananmen. "Pada saat mempertinggi kewaspadaan terhadap arus radikalisme kanan, kita harus secara khusus mengonsentrasikan perhatian kita untuk menentang ideologi kekiri-kirian," kata Jenderal Wang lagi. Pernyataan itu dikatakan dalam pertemuan yang dihadiri para utusan tentara, utusan yang mewakili militer dalam Kongres Rakyat Nasional. "Dukungan tentara akan menjadi tumpuan suksesnya proses pencepatan reformasi," kata Jenderal Wang lagi. Posisi reformis yang kian berada di atas angin itu kelihatan pada pembukaan sidang tahunan Kongres Rakyat Nasional (parlemen Cina) pekan silam. Pidato Perdana Menteri Li Peng, tokoh konservatif yang konon berada di belakang pembantaian Tiananmen, hanya berlangsung sekitar 90 menit dan bernada reformis. Dalam pidato yang juga merupakan laporan kerja pemerintah itu, Li Peng mengatakan tugas pemerintahan adalah turut menggalakkan reformasi yang telah dikomandokan Deng. Ia juga mengatakan dewasa ini "rektifikasi ekonomi" telah berakhir dan Cina harus kembali ke jalan reformisme. Istilah "rektifikasi ekonomi" dimaksudkan sebagai program penghematan karena adanya indikasi meningkatnya inflasi dan ekonomi yang jadi kelewat boros gara-gara ada ambisi yang kelewat besar untuk membangun dengan cepat. Tindakan untuk mengerem laju reformasi juga diambil gara-gara terjadinya Peristiwa Tiananmen pada tahun 1989. Sejak saat itu golongan reformis kembali terdesak setelah malang-melintang di rimba persilatan politik Cina selama 10 tahun. Yang diucapkan Li Peng itu berlainan benar dengan pidatonya dua tahun silam. Pada kesempatan sama dua tahun silam ia berbicara panjang lebar tentang keharusan meneruskan perjuangan kelas, menghancurkan segala kekuatan bermusuhan di dalam negeri, dan meningkatkan kerja untuk memperbaiki ideologi (komunisme) dan politik. Namun, rupanya upaya Li Peng pindah rel dari garis keras ke garis reformis agar tak terlempar oleh angin reformisme, tak cukup diakui. Berita dari mulut ke mulut yang tersebar di Cina mengatakan masa jabatan Li Peng yang berakhir tahun ini tak akan diperpanjang lagi. Konon, karena Deng sebagai sesepuh politik terlanjur tak senang dengan sepakterjang Li Peng dalam tiga tahun terakhir ini yang menghalangi kelancaran reformasi. Kemungkinan tersingkirnya Li Peng diperkuat lagi dengan kenyataan politikus senior yang menjadi pendukung utamanya sedang sakit keras. Dialah Deng Yingchao, isteri mendiang Zhou Enlai, yang menurut cerita adalah ayah angkat Li. Dalam politik Cina yang sangat sarat dengan nepotisme, kepandaian atau kecerdikan bukanlah modal utama. Di samping keahlian, seorang politisi memerlukan guanxi atau koneksi ke atas. Artinya, ia harus mempunyai sangkutan kepada orang yang berpengaruh. Jadi, andaikata Li jatuh, itu bukan hanya disebabkan oleh sikap dan perbuatannya yang bertentangan dengan arus yang sedang dominan, tetapi juga lantaran sangkutannya tak kuat lagi. Lalu, siapa yang diproyeksikan Deng untuk menduduki posisi perdana menteri? Menurut dugaan, orang yang mempunyai peluang besar adalah Zhu Rongji. Zhu, salah satu wakil perdana menteri dan bekas wali kota Shanghai, juga duduk dalam Politbiro. Ia dianggap sebagai pengikut setia dan pendukung program-program Deng. Tapi para analis mengatakan, agak sukar bagi Deng memaksakan Zhu duduk di kursi perdana menteri. Ia pendatang yang relatif baru dalam konfigurasi politik nasional sehingga agak sukar baginya tiba-tiba berada di puncak. Hanya saja, bila memang dialah calon Deng, terbuka kemungkinan Zhu bakal jadi juga. Yang juga terancam untuk digeser adalah anggota kelompok yang dinamakan Xin Sirenbang atau "Kelompok Empat baru" (Kelompok Empat yang lama adalah klik radikal Jiang Qing, istri Ketua Mao, di masa Revolusi Kebudayaan). Mereka itulah Song Ping, Wang Renzhi, He Jingzhi, dan Gao Di. Song adalah anggota Politbiro yang mengurus organisasi, sedangkan Wang bertanggung jawab atas propaganda. He Jingzhi adalah pejabat menteri kebudayaan yang akhir-akhir ini diberitakan ingin mengundurkan diri karena tekanan Deng. Gao Di menjabat sebagai pemimpin redaksi Renmin Ribao (Harian Rakyat), mulut partai. Keempat orang itu bernaung di bawah lindungan politisi senior Deng Liqun, anggota Politbiro penganut garis keras. Dalam tiga tahun terakhir ini keempat orang tersebut terus berkoar tentang bahaya reformisme yang akan membawa Cina ke jalan kapitalis. Karena itu, menurut mereka, meningkatkan kesadaran politik dan ideologi Marxisme-Leninisme-Maoisme harus dinomorsatukan. Kabarnya, pendongkelan keempat orang itu menjadi prioritas utama manuver politik Deng Xiaoping dalam dua bulan terakhir ini. Sehingga beberapa pengamat mengatakan kalau mereka masih duduk dalam posisi masing-masing setelah sidang tahunan Kongres Rakyat Nasional berakhir, artinya Deng gagal. Yang juga akan terangkat posisinya kalau Deng berhasil menyingkirkan kelompok garis keras adalah anggota Politbiro Li Ruihuan. Li kni tergolong "muda", masih 58 tahun, dan sangat dikenal dengan pikiran-pikirannya yang sangat pragmatis dan tak sikapnya yang jauh dari ideologi. "Li si reformis" ini, untuk membedakan dengan Li Peng yang konservatif, meniti kariernya dari bawah sekali. Ia menjadi anggota Partai Komunis Cina pada 1959 ketika masih menjadi buruh bangunan. Ada lagi faktor kunci lain yang memberi peluang Deng Xiaoping untuk merangsek lebih jauh. Hampir semua politisi sepuh yang menjadi saingan-saingannya sudah tua renta dan tidak bisa berbuat banyak. Namun, tak berarti kemenangan akan dengan mudah dipetik Deng. Ia sendiri Agustus nanti 88 tahun. Dalam kongres Partai ke-14 di musim gugur tahun ini, tampaknya akan terjadi piebu (duel) menentukan antara garis keras dan reformasi. A. Dahana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini