ISU suksesi tak kunjung reda di Damaskus, kendati Presiden Hafez Assad telah menunjuk tiga wakil presiden, Ahad pekan lalu. Keputusan ini menempatkan Rifaat Assad, Abdul Halim Khaddam, dan Zuheir Masharqa dalam sebuah tim yang bertugas "meringankan beban Presiden." Namun, menurut para pengamat Barat, langkah itu tak lebih dari usaha Hafez menjaga keseimbangan di aritara calon penggantinya yang sama kuat. Gebrakan pertama sebetulnya datang dari Rifaat, adik Hafez Assad. Sejak Hafez terpukul serangan jantung, 13 November tahun lalu, disusul dua bulan opname dengan penyakit resmi "usus buntu", Rifaat sudah memperlihatkan gelagat tak sabar. Suhu memuncak akhir bulan lalu, ketika Rifaat, komandan Saraya al-Difa (Pasukan Pertahanan), menempatkan 25.000 serdadunya di sekitar ibu kota. Tak sekadar itu. Rifaat juga memindahkan satuan rudal darat-ke-udara ke daerah pegunungan yang mengangkangi Damaskus. Dua batalyon roket di labuhkannya di pintu barat ibu kota. Sejumlah besar orang dan senjata dikirim ke Mezzeh, jalan raya penting di pinggiran Damaskus. Kekuatan ini tampaknya disiapkan untuk menghadang Divis III tentara reguler yang berniat memasuki kota. "Rifaat mengacungkan tinju militernya untuk memperingatkan dan menantang tentara reguler pemerintah," ujar seorang pengamat. Aksi ini dibarengi Rifaat dengan kampanye poster. Dalam gelombang pertama, dinding-dinding di berbagai kota di Syria mempertontonkan potret besar Rifaat, bergandengan dengan Hafez. Pada gelombang berikutnya, yang tampil hanya Rifaat sendiri. Poster-poster ini kemudian diturunkan polisi tanpa insiden yang berarti. Rifaat Assad, 46, memang bukan orang baru dalam percaturan kekuasaan di Syria. Ia banyak berperan sejak hari pertama Hafez Assad mengambil alih kekuasaan, November 1970. Pasukan Pertahanan yang dipimpinnya sekaligus merupakan jaringan sekuriti yang paling ditakuti di dalam negeri. Pasukan yang dijuluki "Harimau Jingga" ini memiliki 280 tank, "brutal, terlatih baik, dan berdisiplin tinggi." Dalam berkas inteligen Israel, Rifaat dilukiskan "licik dan berbahaya bagaikan ular". Pasukannya terutama disiapkan untuk menangkal musuh dalam negeri. Bebruari 1982 misalnya, 8.000 serdadu Rifaat memadamkan pemberontakan Ikhwanul Muslimun di Kota Hama yang bersejarah. Sepuluh ribu penduduk sipil terbunuh dalam peristiwa itu. Tapi Rifaat juga dilukiskan sumber Barat sebagai biang korupsi. Ia, konon, mendapat keuntungan pribadi sekitar Rp 100 milyar dari perdagangan obat bius di sekitar Lembah Bekaa, dan perdagangan senjata di dunia Arab. Berbeda dengan Hafez yang lebih mencirikan "bapak rumah tangga", Rifaat dikabarkan menghidupi tujuh istri, sejumlah wanita simpanan, dan 17 anak. SEBALIKNYA, di luar negeri, citra Rifaat elok belaka. Ia memesonakan Putra Mahkota Abdullah dari Arab Saudi, pemerintah yang memberi bantuan sekitar Rp 6 trilyun kepada Syria dalam lima tahun terakhir. Ia pun bermanis-manis dengan pemimpin PLO, Yasser Arafat. Bahkan Presiden Reagan berterima kasih atas peranan Rifaat yang telah menghubungi pemerintah Iran dalam usaha membebaskan Rektor Universitas Amerika di Beirut, David Dodge, tahun silam. Namun, dalam satu hal, Rifaat dan Hafez tak berbeda: mempertahankan kekuasaan minoritas Alawi-Syiah di tengah penduduk Suni yang mencapai 80% jumlah kawula Syria. "Dalam waktu dekat, tak ada harapan untuk sebuah pemerintahan non-Alawi di negeri ini," tutur seorang diplomat Barat. Di pusat kekuasaan di Damaskus hanya terdapat tiga Suni: Menteri Pertahanan Mayor Jenderal Mustafa Tias, Kepala Staf Hikmat Shehabi, dan Menteri Luar Negeri Abdul Halim Khaddam - kini salah seorang wakil presiden. Hafez, dalam upaya membenahi persoalan, telah memanggil Komando Regional Partai Ba'ath untuk bersidang. Partai yang berkuasa d Syna inl biasanya bertemu secara rahasia dua atau tidak minggu sekali. Setelah sidang itulah, Hafez melakukan perombakan kecil kabinet yang dipimpin PM Abdul Rauof al-Kasm. Ia juga merencanakan mutasi di tubuh angkatan bersenjata, tapi tak sempat terlaksana karena, konon, ditentang keras oleh sang adik. Mutasi itu kabarnya merugikan para perwira yang setia kepada Rifaat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini