SERANGAN Fajar Ke-5 dicanangkan Khomeini Februari silam dan gelombang manusia Iran kembali menerobos perbatasan Irak. Pertempuran berkecamuk lagi di kawasan rawa-rawa, di selatan. Lapangan minyak Majnoon dapat direbut Iran dan Kota Basra, kedua terbesar sesudah Baghdad, terancam. Meski dipersenjatai lebih baik, tentara Irak tampak kewalahan. "Kami tidak akan menyambut mereka dengan bunga dan wewangian. Kami malah akan menggunakan alat apa saja untuk mempertahankan negeri ini," ucap Mayor Jenderal Sabah al Fakhri, komandan pasukan Irak di kawasan timur Sungai Tigris. Senjata kimia rupanya termasuk dalam apa yang disebut alat oleh perwira tinggi itu. Kendati Baghdad tetap membantah, bukti-bukti penggunaan senjata kimia oleh tentara Irak sulit dielakkan. Untuk itu, Iran dengan sengaja mengirimkan prajuritnya ke banyak negara di Eropa Barat dan Jepang untuk menjalani pemeriksaan medis yang lengkap. Demi hasil penelitian yang teliti dan tuntas, autopsi terhadap korban senjata kimia, yang semula dilarang Khomeini, akhirnya diizinkan. Dalam pada itu, menlu Iran Ali Akbar Velayatti mengirimkan nota ke PBB agar lembaga internasional itu mengirimkan beberapa ahli khusus untuk meneliti penggunaan senjata kimia Irak. Kamis pekan silam, sebuah tim PBB mulai memenuhi panggilan itu demi "kewajiban moral" seperti yang ditekankan Sekjen Xavier Perez de Cuellar. Mengenakan masker dan sarung tangan pelindung, mereka mengambil contoh cairan bom dari lubang sedalam satu meter. Sejak Oktober tahun silam, menurut majalah Time, AS sudah mensinyalir bahwa Irak menggunakan gas mustard yang dapat membakar, melumpuhkan, dan kadang kala membunuh manusia. Gas ini pertama kali digunakan Jerman dalam Perang Dunia I, kemudian dilarang oleh Konvensi Jenewa tahun 1925. Sumber diplomat di Baghdad memastikan, paling tidak dalam tiga pekan terakhir, tentara Saddam Hussein sudah menggunakan mustard. Malah mereka yakin, tahun lalu Irak juga sudah menjatuhkan bom mustard ke daerah musuh yang meledak dan menyebarkan kabut berminyak. Semula, Inggris dituduh menjual gas beracun itu kepada Baghdad, tapi belakangan diketahui bahwa Irak sendiri dapat membuat gas mustard. Pabriknya terletak di Kota Samawa, 225 km selatan Baghdad. Sebuah pabrik di Ramadi 96 km barat Baghdad, diduga menghasilkan gas sejenis. Di samping menimbulkan luka bakar yang parah, uap beracun yang disebarkan mustard itu merusakkan paru-paru dan mata serta bisa mengakibatkan pendarahan dalam tubuh. Diperkirakan ada 1.700 orang tewas seketika, korban selebihnya dirawat di rumah sakit Teheran. Beberapa sudah ada yang dapat disembuhkan, tapi tiga dari lima belas korban yang dikirim ke Eropa Barat dikabarkan meninggal dunia. Dokter pemeriksa di Austria dan wedia belum dapat memastikan apakah penyakit yang diderita tentara Iran adalah benar-benar akibat gas beracun. Tapi ahli racun di Belgia yang memeriksa darah korban menemukan dua jenis racun, yakni mycotoxin dan mustard. Mengapa Saddam Hussein nekat menggunakan gas beracun, padahal Irak mengaku telah membunuh 15.000 sampai 20.000 prajurit Iran? Laporan terakhir menyebutkan, Irak bukan saja berhasil memukul mundur Iran, tapi juga berusaha keras merebut kembali ladang minyak Majnoon. Menurut majalah The Economist, tentara Irak tidak terlatih baik hingga mereka tidak mampu menggunakan senjata mutakhir. Perwira Irak dikabarkan tidak mampu mengambil keputusan hingga acap kali mereka minta nasihat dulu ke Baghdad, sesuatu yang bukan saja tidak efisien, tapi lebih dari itu bisa fatal akibatnya dalam pertempuran. Tidak heran jika Saddam berkali-kali menekankan tanggung jawab penuh para perwira di lapangan. Hal lain yang juga tidak menguntungkan ialah watak tentara Irak yang selalu ragu-ragu untuk menyerang. Andaikata ada berita besar bahwa penerbang mereka berhasil menembak Pulau Kharg, maka itu belum tentu benar. Di pihak lain, Iran selalu siap mengirimkan gelombang demi gelombang syuhada muda ke perbatasan Irak, untuk menggertak dan menggasak. Beberapa di antara remaja sukarelawan itu ditampilkan sebagai tawanan perang oleh Irak untuk difoto dan diwawancarai. Liga Arab, yang bersidang di Baghdad pekan silam, mengutuk serangan Iran atas Irak dan menegaskan bahwa penolakan Khomeini untuk berunding akan membuat negara Arab meninjau kembali hubungan mereka. dengan Teheran. Mereka sepakat mcmbentuk komite tingkat tinggi yang mengatur kontak-kontak internasional dalam usaha menghentikan Perang Teluk. Justru pada saat yang sama Iran sedang mempersiapkan serangan baru yang lebih dahsyat dan semakin ditingkatkan apalagi menjelang pemilu April depan. Sidang Liga Arab juga menyerukan supaya Perang Teluk tidak diteruskan, tapi sebaliknya sama sekali tidak membicarakan senjata kimia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini