JIKA tuduhan Iran benar, Irak bukanlah satu-satunya pelaku kejahatan kimia. Uni Soviet dan Vietnam pernah dituduh Washington menggunakan senjata biokimia terhadap "pemberontak" di Afghanistan, Laos, dan Kamboja. Ini diungkapkan Menlu George Shultz dalam laporan 10 halaman dua tahun berselang (Time, 13 Desember 1982). Moskow membantah, tapi sumber AS memperhitungkan sedikitnya 10.000 orang terbunuh akibat hujan kuning, sejenis kabut yang disebarkan dari pesawat terbang atau terhambur lewat ledakan bom kemudian jatuh menitik ke tanah. Korbannya akan melepuh terbakar, muntah-muntah, mengalami pendarahan dalam tubuh, akhirnya mati. Seorang pengungsi di Muangthai, May Xiong, memastikan, "tidak ada yang selamat dari serangan hujan kuning." Tapi AS juga tidak bebas dari dosa kimia. Dalam Perang Vietnam, tentara Amerika menjatuhkan bom napalm untuk membersihkan hutan dan memperjelas sasaran. Tindakan ini sering mengakibatkan manusia dan makhluk hidup lainnya ikut tersapu bersih. Kini, AS tidak lagi memproduksikan gas beracun, sebaliknya Uni Soviet konon punya 14 pabrik senjata kimia yang aktif bekerja. Banyak negara maju mampu membuat senjata kimia, tapi penggunaannya tidaklah populer. Antara tahun 1918 dan 1970 hanya dua negara yang dianggap pernah menggunakannya, yakni Italia dalam perang melawan Etiopia (1935-1936) dan Jepang terhadap Cina (1937-1942). Tahun 1915 Jerman menggunakan sejumlah tabung chlorine terhadap Inggris, tapi penggunaan topeng gas oleh Sekutu berhasil menggagalkan eksperimen itu. Adalah Jerman juga yang menemukan gas musard, dari campuran carbon, hydrogen, sulphur, dan chlorine. Belakangan ini ditemukan gas saraf, gas darah, gas air mata. Konvensi Jenewa tahun 1925 (khusus mengenai perang gas beracun) melarang penggunaan semua gas beracun atau metode perang bakteri. Tapi Louis XIV (1643-1715) lebih waspada. Ketika seorang ahli kimia Italia menawarkan senjata bakteri kepada Raja Matahari dari Prancis itu, ia kontan menolak. Dan orang Italia itu dipensiunkan dengan syarat, ia tidak boleh menyebarluaskan "penemuannya" yang amat berbahaya itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini