Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yanis Varoufakis, Menteri Keuangan Yunani, mengenakan kemeja biru dongker dengan kerah dibiarkan terbuka dan tanpa dasi saat hadir dalam pertemuan para menteri keuangan Eropa di Brussel, Belgia, Senin tiga pekan lalu. Pria berkepala plontos itu juga mengenakan jaket kulit-penampilan tak lazim di antara kerumunan menteri lain yang memakai setelan jas dan dasi.
Nama Varoufakis muncul sebagai penyelamat ekonomi Yunani setelah pada Selasa pekan lalu ketegangan antara Yunani dan negara kreditornya berakhir dengan kesepakatan sementara. Negara-negara Uni Eropa yang awalnya ragu memperpanjang bantuan karena takut pada kemungkinan gagal bayar akhirnya mendukung rencana reformasi yang diajukan Yunani.
Yunani berjanji memerangi penghindaran pajak dan mereformasi sektor publik. "Kami meminta pemerintah Yunani mengembangkan dan memperluas ukuran reformasi berdasarkan rencana yang dibuat sekarang," demikian pernyataan Uni Eropa melalui situsnya, 24 Februari 2015. Perpanjangan bantuan berarti tambahan napas untuk Yunani selama empat bulan ke depan.
Utang Yunani mencapai 320 miliar euro. Bantuan dana talangan 240 miliar euro yang diberikan sejak krisis ekonomi pada 2010 berakhir pada 28 Februari lalu. Meski masih menunggu respons parlemen Yunani, saat ini Negeri Zeus itu bisa bernapas lega karena akan mendapat bantuan 7,2 miliar euro. Pencairan dana juga akan melihat sukses-tidaknya Yunani menjalankan program reformasi, yang bakal mulai ditinjau kreditor mulai April.
Di balik rencana perombakan ekonomi itu, ada peran Varoufakis, yang terkenal sebagai figur brilian, nonkonvensional, visioner, sekaligus ekstra-percaya diri. Dibanding menteri keuangan Uni Eropa lainnya, hanya dia yang belum punya pengalaman menduduki jabatan pemerintahan. Varoufakis memiliki latar belakang akademikus. Dia mengajar ekonomi di Universitas Essex, East Anglia, Cambridge, Inggris; Glasgow, Skotlandia; dan Sydney, Australia.
Lebih dari satu dekade, pria kelahiran Athena ini tinggal di Sydney, tempatnya meneliti game theory, studi matematis tentang pembuatan keputusan terkait dengan konflik dan strategi dalam masalah sosial. Varoufakis sempat menjadi profesor teori ekonomi di Universitas Athena, Yunani, lalu pindah ke Amerika Serikat dan mengajar di Universitas Texas setelah krisis ekonomi global. Namun akhirnya dia kembali ke Athena atas panggilan Presiden Yunani Alexis Tsipras. Ia bergabung dengan Syriza, partai kiri pengusung Tsipras.
Karier politik Varoufakis terbilang mulus. Pria yang menyebut diri penganut Marxisme liberal ini memegang rekor pemilih terbanyak dalam pemilihan umum distrik Athena dengan lebih dari 135 ribu suara. Padahal dia saat itu sudah tiga tahun tidak pulang kampung. Dia juga baru tiga pekan terjun ke dunia politik.
Menurut laporan The Guardian, di antara semua ekonom di lingkaran Presiden Tsipras, Varoufakis adalah yang paling konfrontatif. Dia terang-terangan menolak kebijakan penghematan yang disyaratkan negara-negara kreditor. Dia juga ingin mengakhiri inspeksi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Uni Eropa.
Yunani menjalani tahun-tahun yang sulit dengan tingkat pengangguran tinggi. Ketatnya syarat pinjaman dianggap menjadi penyebab kondisi itu. "Kami telah mengatur, untuk empat bulan ke depan, tidak akan ada pemotongan pensiun, tidak ada peningkatan pajak nilai tambah, dan akan ada rangkaian langkah pengurangan angka kemiskinan," kata pria 53 tahun itu kepada CNN.
Menurut Varoufakis, itulah yang dijanjikan partai Syriza semasa kampanye. Pria keturunan Yunani-Australia ini tak ingin negaranya kecanduan utang. "Kami tak ingin pinjaman lagi," ujar pria yang menduduki jabatannya sejak Januari ini.
Sikap kukuh serupa pernah ditunjukkannya saat pertemuan dengan para menteri keuangan Uni Eropa. Varoufakis berulang kali berbicara blakblakan kepada jurnalis bahwa negerinya bangkrut. Seorang pejabat yang tak mau menyebut nama bercerita, Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi menegur Varoufakis, mengingatkannya bahwa pernyataan semacam itu bisa membuat deposan kabur dari bank-bank Yunani. "Draghi memintanya berhati-hati. Komunikasi yang sembrono tak bagus untuk bank," kata pejabat itu, seperti dilaporkan Wall Street Journal.
Bagaimanapun, Varoufakis tetap dengan sikapnya, berbeda pandangan dengan kebanyakan ekonom Uni Eropa. "Saya diperlakukan sebagai orang asing karena saya bicara ekonomi makro. Bagi saya, mengherankan, diskusi canggih tentang ekonomi justru dianggap sikap buruk," ujarnya.
Atmi Pertiwi (the Guardian, Cnn, Abc, Irish Times, The Wall Street Journal)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo