KEHIDUPAN di Hacienda Luisita terasa sangat kontras. Pemain golf yang berpakaian perlente tampak berjalan di sisi bedeng petani tebu yang kumuh. Rupanya, tak ada pilihan lain. Lapangan golf itu apik, dengan 18 lubang, dan di antara sekian lubang berdiri sejumlah bedeng reyot. Suasana kumuh juga terlihat di sembilan kampung petani, yang terpencar di kebun tebu seluas 6.500 ha ini. Menurut dokter setempat, 30% anak di situ menderita kekurangan gizi. Padahal, di sebuah bukit yang tampak bagai pulau di tengah lautan tebu itu -- yang disebut Barrio Alto -- enam rumah mewah tampak berdiri megah. Di halamannya ada kolam renang yang menyejukkan dan lapangan tenis yang aduhai. Sementara itu, beberapa kuda pilihan tampak berjejer di dalam kandang mereka yang bersih, lengkap dengan penyejuk ruangan. Kontras seperti ini, menurut laporan wartawan Newsweek, adalah hal yang umum terjadi pada ratusan perkebunan besar yang terdapat di Filipina. Di negeri ini, 90% lahannya dikuasai oleh hanya 10% penduduknya. Tapi yang membedakan Hacienda Luisita dari hacienda (pedukuhan) lainnya adalah pemiliknya. Ini adalah hacienda milik keluarga besar Cojuangco, keluarga Presiden Coraon Aquino Cojuangco. Hacienda Luisita kini menjadi titik api pandangan rakyat Filipina. Sebab, ini menjadi batu ujian bagi Presiden Cory. Sanggupkah ia membagikan tanah pusaka keluarganya pada ribuan buruh tani, sesuai dengan dekrit land reform yang dicanangkannya itu? "Kami sangsi hal ini akan dilaksanakan," kata seorang anggota serikat buruh di hacienda itu. "Soalnya, janji seperti ini sudah diberikan pada ayah dan kakek kami, tapi tak pernah ditepati," tuturnya. Tersebut kisah, pada tahun 1950-an ayah Cory, Melecio Cojuangco, berjanji pada Bank Sentral untuk membagikan tanahnya pada petani kecil, jika diberikan pinjaman dalam sejumlah mata uang asing. Janji itu ternyata gombal belaka. Dan kegombalan ini pernah dituntut ke pengadilan. Sejak tahun 1980, kementerian agraria menagih janji itu pada keluarga Cojuangco. Bahkan pada tahun 1985, pengadilan memvonis keluarga Cojuangco agar segera membagikan tanah, dengan imbalan sama seperti pinjaman mendiang ayah Cory dahulu. Tapi keluarga Cory naik banding. Adalah wajar jika dalam ketimpangan ssial yang begitu tajam, gerakan komunis menemukan lahan yang subur. Bahkan pimpinan partai kiri Partindo ng Bayan, Kumander Bernabe "Dante" Buscayno, pada umur belasan tahun pernah jadi buruh tani di Hacienda Luisita. Ia meninggalkan ladang tebu ini, lalu mendirikan NPA (Tentara Rakyat Baru), sayap militer Partai Komunis Filipina. Bagi keluarga Cojuangco, Hacienda Luisita adalah simbol sukses mereka di Filipina. Sebab, ketika kakek Cory, Jose Cojuangco, berangkat dari daerah asalnya di Provinsi Fujian, RRC, ke Manila, 1861, ia belum apa-apa. Namun, bakat bisnisnya yang cemerlang membuat lelaki yang berprofesi kontraktor bangunan ini segera mampu menabung sejumlah modal. Dan pada pertengahan 1890-an, tabungan itu cukup banyak untuk membeli sawah serta kebun tebu di Provinsi Tarlac. Ayah Cory, satu-satunya anak lelaki Jose Cojuangco, konon tak selihai ayahnya dalam bisnis. Tapi peruntungannya lebih baik. Ia kawin dengan putri seorang saudagar Cina yang kaya dan keluarga CoJuangco pun menjelma menjadi tuan tanah terbesar di Provinsi Tarlac, menguasai 6.500 ha tanah, 5.000 ha dapat dianggap subur. Corazon Aquino dan Jose (Peping) Cojuangco adalah anak kelima dan keenam Melecio. Dari keluarga Cojuangco ini, tampaknya, Peping yang paling berbakat dagang. Di bawah kendalinya Hacienda Luisita mampu memproduksi 7.080 ton gula setiap hari, 4% dari produksi nasional. Selain itu, diproduksi juga 40 ribu liter alkohol sehari, atau produsen alkohol terbesar di Pulau Luzon (nomor dua di seluruh negeri). Adapun Cory Aquino pernah memiliki sekitar 12% saham usaha Hacienda Luisita. Namun, separuh dari jumlah itu dijualnya ketika ia memerlukan biaya hidup saat suaminya, Ninoy, mendekam di penjara dan berobat ke AS. Saham yang tersisa dijualnya lagi, ketika Cory dilantik menjadi Presiden Filipina. Presiden Cory mungkin tak punya apa-apa lagi di Hacienda Luisita. Tapi sanggupkah ia menjalankan dekrit land reform-nya secara tegas di sana?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini