Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Mikhail Gorbachev, Dianggap Pahlawan di Eropa Tapi Tak Sepenuhnya Dicintai Di Negeri Sendiri

Mikhail Gorbachev meninggal dalam usai 91 tahun. Ia salah satu tokoh yang mengakhiri perang dingin. Mengapa tak disukai di negeri sendiri?

2 September 2022 | 15.50 WIB

Mikhail Gorbachev, Mantan Presiden Uni Soviet, kanan dan mantan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagen, kiri, saat menanda tangani pakta pengendalian senjata nuklir pada 8 Desember 1987. Sumber: Xinhua / ZUMA Press/ Global Look Press/rt.com
Perbesar
Mikhail Gorbachev, Mantan Presiden Uni Soviet, kanan dan mantan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagen, kiri, saat menanda tangani pakta pengendalian senjata nuklir pada 8 Desember 1987. Sumber: Xinhua / ZUMA Press/ Global Look Press/rt.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev dikabarkan meninggal dunia dalam usai 91 tahun pada Selasa malam, 30 Agustus 2022 di Rumah Sakit Klinis Pusat Rusia, waktu setempat. Gorbachev dikenal sebagai tokoh yang mengakhiri perang dingin dengan blok Barat tanpa pertumpahan darah, tetapi gagal mencegah runtuhnya Uni Soviet.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Mikhail Gorbachev meninggal malam ini setelah penyakit yang serius dan berkepanjangan,” kata Rumah Sakit Klinis Pusat Rusia, seperti dikutip Reuters.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Media pemerintah Rusia RIA Novosti melaporkan Gorbachev akan dimakamkan pada Sabtu, 3 September setelah upacara publik di Aula Kolom Moskow. Presiden terakhir Uni Soviet, sebelum berganti nama jadi Rusia, itu akan disemayamkan di sebelah istrinya, Raisa Gorbachev, yang meninggal pada 1999. Gorbachev dimakamkan di tempat yang sama dengan tokoh terkenal Rusia lainnya, termasuk penulis Mikhail Bulgakov, Anton Chekhov dan Nikolai Gogol, komposer Sergei Prokofiev, Dmitri Shostakovich, serta mantan pemimpin Yeltsin dan Nikita Khrushchev.

Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan tak menghadiri sesi pemakaman Gorbachev. “Sayangnya, jadwal kerja presiden tidak mengizinkannya melakukan ini pada 3 September, jadi dia memutuskan untuk melakukannya hari ini,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan, seperti dikutip CNN. Di Eropa, Gorbachev dianggap pahlawan karena mewujudkan reunifikasi Jerman, membiarkan Eropa Timur lepas dari kendali komunis Soviet.

Namun reformasi internal yang dilakukan Gorbachev justru melemahkan Uni Soviet sampai pada titik di mana negara itu runtuh. “Momen yang oleh Presiden Vladimir Putin disebut sebagai “bencana geopolitik terbesar” abad kedua puluh”, tulis Reuters. Meski dianggap pahlawan di Eropa, nyatanya Gorbachev tidak dicintai di negaranya. Hal ini lantaran kekacauan yang ditimbulkan oleh reformasi “perestroika”-nya. Uni Soviet tercerai berai karena diberi kebebasan menentukan nasibnya sendiri.

Mengutip Britannica, Gorbachev meluncurkan perestroika ketika ia menjadi kepala Partai Komunis pada 1985. Ia menempuh kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan investasi modal. Investasi modal itu untuk meningkatkan basis teknologi ekonomi Soviet serta mempromosikan perubahan ekonomi struktural tertentu. Tujuannya cukup jelas, untuk membawa Uni Soviet setara secara ekonomi dengan Barat.

Namun, setelah dua tahun, Gorbachev sampai pada kesimpulan bahwa perubahan struktural yang lebih dalam diperlukan. Pada 1987–1988, ia mendorong reformasi menuju penciptaan sistem pasar semi-bebas. Konsekuensi dari bentuk ekonomi semi-campuran ini akhirnya membawa kekacauan ekonomi ke negara itu. Gorbachev kemudian meluncurkan kebijakan glasnost atau keterbukaan sistem politik sebagai upaya reformasi keduanya. Ia percaya bahwa jalan menuju pemulihan ekonomi dan sosial membutuhkan keterlibatan masyarakat dalam proses politik.

Keputusan Gorbachev membuat kebijakan Glasnost ini menginisiasi negara-negara blok komunis Soviet pascaperang menempuh jalannya sendiri. Termasuk menyatukan kembali Jerman Timur dan Barat. Akibatnya Soviet kehilangan 15 republik yang memilih untuk memisahkan diri. Kremlin pada Rabu, 31 Agustus 2022, memuji mendiang pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev sebagai negarawan global luar biasa yang membantu mengakhiri Perang Dingin. Tetapi Kremlin juga mengatakan Gorbachev salah besar tentang prospek pemulihan hubungan dengan Barat yang “haus darah”.

Komentar tersebut menggarisbawahi perasaan Presiden Vladimir Putin tentang keruntuhan Uni Soviet pada 1991, yang tanpa disadari dimotori Mikhail Gorbachev, yang dikeluhkan Putin sebagai bencana geopolitik terbesar abad ke-20. “Dia memimpin negara kita selama periode perubahan yang kompleks dan dramatis serta kebijakan luar negeri berskala besar, tantangan ekonomi dan sosial,” kata Putin, yang bertugas di dinas keamanan KGB ketika Gorbachev berkuasa.

HENDRIK KHOIRUL MUHID 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus