Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mikul Duwur ala Al Gore

Wakil Presiden AS, Al Gore, melobi Senat agar Clinton tak dipecat. Sebuah manuver untuk kampanye pemilihan presiden tahun 2000?

4 Januari 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Al GORE for 2000. Mulai awal tahun baru ini, ketika Clinton sibuk mempertahankan kursi kepresidenannya yang sudah mulai ringkih, sang wapres akan sibuk mencari dana kapmpanye untuk kursi kepersidenan tahun 2000. Tepat sehari sebelu memasuki tahun 1999, secara resmi Al Gore telah menyatkan secara resmi kepada Komisi Pemilu Federal bahwa ia akan mencalonkan diri untuk Presiden dan sudah membentuk organisasi pencari dana bagi kampanyenya. Tetapi, apakah itu berarti Al Gore telah menohok kawan seiring, mengingat secara resmi Clinton masih bos dan kawan seperjuangan? Tentu tidak. Menghadapi peradilan Senat bagi nasib Clinton yang berlangsung pekan ini, Al Gore malah tampil sebagai aktor penting dalam lobi yang menentang impeachment. Al Gore, yang dijadwalkan akan memimpin sidang praperadilan saat ini, tengah sibuk melancarkan kampanye agar bosnya selamat. Dalam wawancara dengan stasiun televisi CNN, Gore menyatakan bahwa Clinton tak akan mundur. "Hanya meteor jatuh yang bisa membuatnya berhenti," ujar Gore. Lebih lanjut Gore berpendapat bahwa Clinton tidak memberikan kesaksian palsu di bawah sumpah. Kesalahan Clinton tak lebih dari kurang membantu para pewawancaranya dan telah memberi jawaban yang menyesatkan. Sebetulnya, upaya untuk kompromi yang "menguntungkan" dua kubu ini telah dijajaki. Resolusi censure (teguran resmi) tampaknya menjadi pilihan ideal bagi dua pihak. Namun bisa saja kelompok yang fanatik di kubu Republik akan tetap ngotot agar Clinton tergusur. Bila dilacak ke belakang, sikap ini tampaknya dilandasi oleh terlemparnya Richard Nixon dari kursi kepresidenan pada 1974, setelah terbongkarnya skandal Watergate. Partai Republik yakin, sesungguhnya kesalahan Nixon tidaklah sebesar yang dituduhkan. Namun, karena tekanan yang begitu hebat dari publik, media, serta Partai Demokrat, Nixon memilih mundur. Bagi Partai Republik, hal ini sangat menyakitkan. Jadi, apa yang terjadi dengan "Lewinskygate" bisa dikatakan sebagai sebuah balas dendam politik. Dan jangan lupa, Hillary Clinton, pada saat skandal Watergate mencuat, masih berprofesi sebagai pengacara dan termasuk salah seorang yang gencar menyerang Nixon dengan dalil-dalil hukum. Clinton bisa dipastikan sangat berterima kasih terhadap apa yang dilakukan Al Gore saat ini. Namun, bila ia lebih teliti, bisa saja ia justru dilanda kecemasan. Al Gore terkenal sebagai seorang yang tidak bisa menahan diri agar tidak melontarkan pernyataan yang menyengat. Masih segar dalam ingatan ketika Oktober lalu ia hadir dalam KTT APEC di Kuala Lumpur, Gore secara terang-terangan mengecam pemerintah Malaysia, yang dianggapnya tidak demokratis. Tak mengherankan bila para pengamat politik menilai Gore tidak bijak karena pernyataan tersebut salah tempat dan salah waktu. Namun hal itu bukan pertama kali dilakukan pria kelahiran Washington 31 Maret 1948 ini. Pada September 1992, ketika ia memimpin delegasi Amerika ke KTT Bumi di Rio de Janeiro, ia mengkritik keras kebijakan Presiden George Bush dalam soal pelucutan senjata, lingkungan dunia, dan luar angkasa. Akibatnya, ayah empat anak ini dianggap tidak begitu pintar memainkan kartu diplomasi dalam pentas politik. Misi Gore kali ini barangkali adalah ujian apakah ia cukup lihai dalam menawarkan sesuatu. Tapi sebetulnya, bila gagal, Al Gore justru akan kejatuhan "berkah". Menurut konstitusi, kursi kepresidenan akan berpindah kepadanya. Namun tampaknya ia akan menghindari "siasat" ini. Apa alasannya? Sepanjang sejarah Amerika, presiden pengganti selain tak populer juga tak pernah bisa meneruskan jabatannya pada pemilihan berikutnya. Andrew Johnson malah terkena resolusi impeachment dua kali walau akhirnya lolos, Lyndon Johnson pengganti John F. Kennedy rontok oleh Nixon, Gerald Ford pengganti Nixon rontok oleh Jimmy Carter. Jadi, pembelaan Gore saat ini bisa dikatakan penyusunan kekuatannya untuk pemilihan presiden pada tahun 2000. Bila ia berhasil, predikat loyal dan setia kawan bisa menjadi penarik minat publik. Namun modal Al Gore bukan itu saja. Berbeda dengan Clinton yang mengecam Perang Vietnam, Gore terjun ke kancah tersebut dengan jabatan resmi sebagai wartawan angkatan darat. Dengan kecenderungannya menjadi bagian dari "kekuatan hijau" (Greenparty) di seluruh dunia, jejak langkah Al Gore bisa menjadi benih yang kuat. Maka, apa salahnya mikul duwur? Yusi A. Pareanom (sumber: AP & Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus