Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Amerika
Pembongkaran Permukiman Palestina Dikecam
Amerika Serikat mengkritik Israel atas pembongkaran enam gedung yang berada di wilayah Yerusalem Timur, Selasa pekan lalu. Ini pembongkaran pertama yang dilakukan sejak dihentikan Oktober tahun lalu.
”Saya berharap pembicaraan dapat dilakukan secara langsung, sebelum moratorium pembongkaran (yang ada dalam kesepakatan) berakhir. Sebab, ini akan menciptakan kondisi ketika orang merasa tidak sia-sia atas usaha perdamaian,” kata Presiden Barack Obama, di Gedung Putih, Selasa pekan lalu.
Pembongkaran terhadap permukiman Palestina dilakukan seminggu setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji akan melakukan langkah konkret mewujudkan perdamaian dalam waktu beberapa hari ke depan. Ia menyampaikan janji itu di Gedung Putih setelah bertemu dengan Presiden Obama.
Iran
Hukum Rajam Ditunda
Hukum rajam bagi Sakineh Mohammadi Ashtiani tidak jadi diterapkan oleh pemerintah Iran pada saat ini. Sebelumnya, ibu dua anak itu dinyatakan bersalah karena melakukan perzinaan. Saat ini Ashtiani ditahan di penjara Teheran, Provinsi Azerbaijan Timur.
”Hukuman itu tidak dapat diterapkan sementara waktu,” kata pejabat Pengadilan Tinggi Iran, Malek Ajdar Sharifi, Senin pekan lalu. Menurut Sharifi, kesalahan Ashtiani cukup banyak dan beragam sehingga tidak menghapuskan hukum rajamnya, meski banyak tekanan dari Barat soal penghapusan hukuman ini.
Menurut Human Rights Watch, Ashtiani divonis pertama kali pada 2006. Ia dituduh melakukan hubungan gelap dengan dua lelaki setelah kematian suaminya. Ia dijatuhi hukuman cambuk 99 kali oleh Pengadilan Tabriz, Provinsi Barat Laut Iran. Rajam Ashtiani telah disetujui oleh Mahkamah Agung Iran. Namun Ashtiani masih berhak mengajukan permohonan banding dan pengampunan kepada pemimpin Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Bosnia Herzegovina
Peringatan 15 Tahun Tragedi Srebrenica
Ribuan penduduk Bosnia Herzegovina memperingati 15 tahun pembantaian Srebrenica, Ahad dua pekan lalu. Peringatan itu dilakukan dengan napak tilas jalur pelarian yang pernah dilewati warga muslim dari kejaran tentara Serbia. ”Bagi saya, ini semacam ziarah tahunan sebagai tanda bersyukur kepada Tuhan masih menyelamatkan hidup saya,” kata Sefik Begovic, 37 tahun, kepada AFP.
Setelah kejatuhan Srebrenica pada Juli 1995, pembantaian dilakukan di kamp warga muslim Bosnia. Sekitar 10 ribu dari 15 ribu warga mencoba melarikan diri ke dalam hutan dengan cara berjalan kaki, tapi 8.000 pria dan anak laki-laki dari kamp tersebut tertangkap dan dibunuh secara sistematis.
Sekitar 5.000 warga berpartisipasi dalam napak tilas yang dilakukan dengan cara berjalan kaki sepanjang 105 kilometer, selama tiga hari berturut-turut. Dimulai dari Tuzla pada Kamis, perjalanan diakhiri di pemakaman Potcari pada Sabtu malam.
Dalang pembantaian itu, Jenderal Ratko Mladic dan mantan Presiden Serbia Bosnia Radovan Karadzic, telah didakwa melakukan genosida oleh pengadilan kejahatan perang Perserikatan Bangsa-Bangsa. Saat ini Karadzic diadili di pengadilan di Den Haag, sedangkan Mladic masih buron. Ia diduga bersembunyi di Serbia.
Irlandia
Kerusuhan Sektarian
Sekitar 82 polisi cedera akibat kerusuhan setelah kelompok Katolik menyerang pawai kelompok Protestan di Belfast, Irlandia Utara, Senin pekan lalu. Kerusuhan ini pecah selama tiga hari berturut-turut dan baru berakhir pada Selasa malam.
Dalam kerusuhan itu, tiga petugas kepolisian menderita luka tembak. Salah satu yang cedera adalah perempuan. Dalam kerusuhan itu, kelompok Katolik melempari kelompok Protestan dengan lempeng beton dan botol berisi bensin.
Kerusuhan diawali saat kelompok Protestan, yang dikawal ratusan polisi, mengadakan pawai yang melewati daerah Ardoyne, salah satu daerah di Belfast Utara, Irlandia, dengan jumlah umat Katolik terbesar.
Menteri Provinsi Tingkat Satu, Peter Robinson, dan wakilnya, Martin Mcguinness, mengutuk kerusuhan itu. ”Saya muak pada premanisme langsung dan perusakan yang telah terjadi selama 48 jam terakhir,” kata Robinson, pemimpin Serikat Demokrat, partai Protestan terbesar Irlandia Utara, Selasa pekan lalu.
Prancis
Pelarangan Burqa
Parlemen Prancis menyetujui pelarangan pemakaian burqa, Selasa pekan lalu. Pelarangan ini, menurut pemerintah Prancis, untuk menjaga nilai budaya lokal yang hampir terhapuskan sejak banyaknya komunitas muslim yang datang ke Prancis.
Burqa, menurut keputusan parlemen, dianggap tidak sesuai dengan prinsip kesetaraan perempuan Prancis dan tradisi sekulernya. Rencananya pelarangan burqa dan niqab akan diajukan ke senat pada September.
”Burqa adalah penjara bagi wanita. Burqa mereka adalah tanda ketundukan mereka terhadap suami, ayah, atau saudara mereka,” ujar legislator pendukung Presiden Nicholas Sarkozy, Poletti Barengere, Selasa pekan lalu.
Italia
Tokoh Mafia Ditangkap
Kepolisian Italia berhasil menangkap tokoh mafia Ndrangheta—salah satu sindikat mafia terbesar yang berada di wilayah Italia Utara. Lebih dari 300 anggota sindikat ini juga sudah ditangkap pihak kepolisian. ”Penangkapan itu menghantam Ndrangheta di jantung sistem pidana, baik dalam hal organisasi maupun keuangan,” kata Menteri Dalam Negeri Roberto Maroni, Selasa pekan lalu.
Salah satu tokoh yang ditangkap adalah Domenico Oppedisano, 80 tahun, bos sindikat Ndrangheta terbesar selama 2009. Dari penangkapan itu, polisi menyita puluhan juta euro di Calabria dan Italia Utara. Dalam operasi terpisah pada Senin atau sehari sebelum penangkapan, polisi menyita properti senilai 330 juta euro milik pengusaha Gioacchino Campolo, yang berafiliasi dengan Ndrangheta dan dikenal sebagai raja poker.
Dalam dekade terakhir, Ndrangheta telah menjadi sindikat mafia terbesar dan paling ditakuti di Italia. Tiga sindikat lainnya meliputi Cosa Nostra di Sisilia, Camorra di Napoli, dan Sacra Corona Unita yang lebih kecil, di wilayah tenggara Puglia. Ndrangheta juga dianggap sebagai perantara utama dalam lalu lintas kokain internasional, dengan monopoli virtual kokain yang berasal dari Kolombia.
Amerika
Obama, Hitler, dan Lenin
Sebuah papan reklame di Amerika Serikat menyandingkan Presiden Amerika Serikat Barack Obama; pemimpin Nazi, Jerman, Adolf Hitler; dan pelopor Marxisme, Vladimir Lenin, sebagai pemimpin yang memiliki keputusan yang berakibat buruk. Papan itu mulai terpasang Rabu pekan lalu.
Papan reklame itu dipesan oleh organisasi Tea Party di Negara Bagian Iowa Utara. ”Kami berhasil menjadi pembicaraan pertama pagi ini,” kata Kent Beatty, manajer umum perusahaan pembuat papan reklame, Rabu pekan lalu.
Seminggu sebelumnya, sekitar 200 anggota Tea Party menandatangani papan reklame itu. Papan reklame itu memuat foto Obama, Lenin, dan Hitler dengan julukan masing-masing, ”Democrat Socialism”, ”Marxist Socialism”, dan ”National Socialism”. Billboard ini menuai kritik keras negara bagian lain. Tidak hanya itu, pemimpin nasional Tea Party dan anggota kelompok lokal juga meminta papan reklame tersebut segera diganti.
Cheta Nilawaty (AP, AFP, Al-Jazeera, Jerusalem Post)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo