Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

19 September 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Myanmar
Kunjungan Suu Kyi ke Gedung Putih

Presiden Amerika Serikat Barack Obama menerima kunjungan pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, di Gedung Putih pada Rabu pekan lalu. Ini lawatan pertama Suu Kyi ke Amerika Serikat sebagai penasihat negara dan menteri luar negeri, sekaligus menandai berakhirnya perjalanan perempuan 71 tahun itu dari seorang tahanan politik menjadi pemimpin nasional.

Dalam pertemuan itu, Obama mengumumkan rencana pencabutan sanksi terhadap Myanmar. "Ini adalah hal yang tepat untuk memastikan rakyat Burma menerima ganjaran dari perubahan pemerintahan," kata Obama, yang menjamu Suu Kyi di Ruang Oval, menyebut nama lain Myanmar, seperti dikutip The New York Times.

Suu Kyi menyambut baik keputusan tersebut. Hubungan Amerika dengan Myanmar mengalami perbaikan setelah pemerintah junta militer mundur dan partai Suu Kyi berhasil menang dalam pemilihan umum sekaligus membuka babak baru demokratisasi Burma. "Waktunya telah tiba untuk menghapus semua sanksi yang merugikan perekonomian kami," ujar Suu Kyi, seperti dikutip Reuters.

Namun rencana Obama ini dikritik para pegiat hak asasi manusia. Sebanyak 46 organisasi nonpemerintah mengirim surat kepada Obama pada Senin pekan lalu untuk memprotes keputusannya. Menurut mereka, pelanggaran hak asasi masih terjadi, terutama terhadap etnis muslim Rohingya. "Pencabutan sanksi sebelum ada perubahan bagi komunitas yang menderita akan merugikan masyarakat tertindas, yang seharusnya layak mendapat perlindungan internasional," demikian tulis mereka.

Brasil
Dakwaan untuk Mantan Presiden Da Silva

Jaksa federal Brasil mendakwa mantan presiden Luis Inacio Lula da Silva dengan tuduhan korupsi pada Rabu pekan lalu. Seperti dilansir The New York Times, jaksa Deltan Dallagnol menuding Da Silva, yang berkuasa pada 2003-2010, sebagai dalang suap yang memungkinkan partainya, Partai Buruh, berkuasa di Kongres. "Lula adalah kepala dari skema korupsi yang terjadi di perusahaan minyak negara, Petrobras. Ia berada di puncak piramida kekuasaan," kata Dalagnol dalam konferensi pers.

Menurut Dalagnol, Da Silva telah menunjuk beberapa senior eksekutif di Petrobras, kemudian meminta mereka mengumpulkan dana bagi partai politik dalam pemerintahan koalisi dengan cara korupsi. "Tanpa kekuatan dan keputusan Lula, tidak mungkin ada skema seperti ini," ujar Dalagnol. Selain Da Silva, hampir 40 politikus dan pebisnis ditangkap sehubungan dengan skema korupsi Petrobras sejak 2014.

Tuduhan ini menyusul penyelidikan yang menyatakan Da Silva dan istrinya, Marisa Leticia, memiliki sebuah griya tawang atau unit hunian mewah di lantai teratas apartemen di kawasan resor pantai Guaruja. Griya tawang senilai US$ 1,1 juta itu diduga dibangun oleh sebuah perusahaan konstruksi yang terlibat dalam skandal korupsi di Petrobras.

Perusahaan konstruksi raksasa bernama OAS itu telah mendapat keuntungan selama Da Silva menjabat presiden. OAS mendapat kontrak kerja sama dengan Petrobras yang diduga terwujud dengan menyuap pria 70 tahun itu hingga US$ 26 juta. Da Silva membantah memiliki griya tawang tersebut dan mengatakan kasus ini sepenuhnya bermotif politik.

Korea Utara
Pyongyang Mampu Bikin 20 Bom Nuklir

Korea Utara dilaporkan memiliki cukup material untuk membuat 20 bom nuklir hingga akhir tahun ini. Pyongyang mempercepat produksi fasilitas pengayaan uranium dan memperbanyak persediaan plutonium miliknya. Berdasarkan analisis terbaru para pakar senjata, seperti dilansir Reuters pada Rabu pekan lalu, Korea Utara mengembangkan proses pengayaan uranium yang membuat negara komunis itu mampu menjalankan program nuklir mandiri.

Pakar terkemuka yang menganalisis program nuklir Korea Utara, Siegfried Hecker, mengungkapkan proyek itu diperkirakan mampu menghasilkan sekitar 150 kilogram uranium yang telah diperkaya dalam waktu setahun. Jumlah ini, menurut Hecker, bisa menghasilkan setidaknya enam bom nuklir. Hecker, yang pernah menjabat Direktur Laboratorium Nasional Los Alamos, Amerika Serikat, memperkirakan, dengan tambahan 32-54 kilogram persediaan plutonium, Korea Utara memiliki material fisi (pembelahan inti atom) untuk memproduksi sekitar 20 bom nuklir hingga akhir 2016.

Tahun ini pemerintah Pyongyang telah menggelar dua uji nuklir dan beberapa tes rudal. Uji nuklir terakhir, yang berlangsung dua pekan lalu, menimbulkan guncangan setara dengan gempa bumi berkekuatan 5,3 skala Richter di sekitar lokasi. Adapun peluncuran rudal balistiknya pada akhir Agustus mencatatkan sejarah karena berhasil terbang sejauh 500 kilometer sebelum mendarat di Laut Jepang. Provokasi Pyongyang ini membuat marah negara tetangga, seperti Cina, Korea Selatan, dan Jepang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus